Syarat Makna, Ini Puisi Gus Mus di Acara Untaian Doa dan Puisi untuk Palestina

Setelah membacakan puisi milik Nizar Qabbani, KH Ahmad Mustofa Bisri atau yang akrab disapa Gus Mus membawakan puisinya sendiri tentang Palestina di acara Untaian Doa dan ...

Januari 3, 2024 - 11:30
Syarat Makna, Ini Puisi Gus Mus di Acara Untaian Doa dan Puisi untuk Palestina

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Setelah membacakan puisi milik Nizar Qabbani, KH Ahmad Mustofa Bisri atau yang akrab disapa Gus Mus membawakan puisinya sendiri tentang Palestina di acara Untaian Doa dan Puisi untuk Palestina yang diselenggarakan Kemenag pada Selasa (2/1/2024) malam. 

Sebagai pembaca puisi terakhir, Gus Mus membawakan puisinya dihadapan Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas, Wakil Menteri Agama (Wamenag) Saiful Rahmat Dasuki, Duta Besar Palestina Dr. Zuhair S.M. Al Shun dalam acara Untaian Doa dan Puisi untuk Palestina. 

Selain Gus Mus, hadir juga para sastrawan dan budayawan yang sebelumnya ikut membacakan puisi di acara Untaian Doa dan Puisi untuk Palestina diantaranya KH Zawawi Imron, Sutardji C Bachri, Sosiawan Leak, Ine Febriyanti dan Olivia Zalianty. 

“Sekarang saya akan membacakan puisi saya sendiri,” ucap Gus Mus usai membacakan puisi milik Nizar Qabbani yang berjudul Satu Jalan saat acara Untaian Doa dan Puisi untuk Palestina pada Selasa (2/1/2024) malam. 

Dengan iringan musik yang menggugah hati, Gus Mus membacakan puisi yang berjudul 'Apakah kau terlalu bebal atau aku yang terlalu peka'. 

Berikut isi puisi lengkap yang dibawakan oleh Gus Mus. 

Apakah kau terlalu bebal 

Atau aku yang terlalu peka

Ketika mobilmu melindas seekor anjing dijalan

Dan kurasakan derag tengkoraknya yang remuk digilas ban radialmu

Aku ingin muntah dan kau mengakak sambil mengumpat mampus kau najis

Apakah kau terlalu bebal atau aku yang terlalu peka

Didepan layar datar televisi, produkmu tak akhir, diruang keluarga yang lapang dan terang benderang 

Kau dan keluargamu menyaksikan gelombang gelap melanda beberapa kawasan didunia

Bahkan dinegeriku sendiri sambil melahap pizza dan ayam goreng Amerika

Dilayar kaca dalam warna sesuai aslinya, 

Kalian lihat asap mengepul 

orang-orang berlarian tanpa arah 

Bocah-bocah kurus pucat dipelukan ibunya yang meraung-raung disamping mayat lelaki yang terkapar berbantalkan sepotong paha kawannya

Terdengar dari speaker stereo 

Dentuman demi dentuman gelegar meriam berbaur dengan lengking tangis dan jeritan putus asa anak-anak manusia 

Layar kaca terus menayangkan gambar hidup orang-orang mati dan orang-orang yang berangkat maju di Somalia 

Kerangka-kerangka hidup rakyat tanpa daya dikeroyok anjing-anjing dan dikerubuti lalat-lalat yang juga lapar

Anak-anakmu berebut fried chicken yang hangat seperti politisi-politisi musiman berebut kursi,

Seperti pakar-pakar kambuhan berebut benar,

Puing-puing di Irak, di Libya, di Syiria, di Yaman meluapkan bau bangke dan mesiu

di Gaza potongan-potongan mayat bergelimpangan diantara reruntuhan bangunan sepeti kena kutuk 

Kematian dan pembantaian terus berlangsung diberbagai belahan dunia 

Istrimu menyodorkan piring pizaa kemukamu,

Kau menghirup sedap aromanya sebentar lalu menjajalkan sepotong ke mulutmu

Seperti para pengamat yang menjajalkan potongan-potongan pernyataan ke telinga-telinga media yang terbuka

Seperti kelompok muslim kota yang baru menghirup sedap aroma islam lalu menjajalkan sepotong pemahaman mereka kemana-mana,

Kekuatan dengan dingin terus menggerus yang lemah 

Keganasan dengan bangga melalap segala kekerasan mencabik-cabik persaudaraan, dendam, membakar sisa kemanusiaan, 

Kengerian mencekam seantero kota dan desa

Ibu pertiwi pun bersimpah darah air mata tak putus-putus pula mengalir di tanah air dan kau sekeluarga bersendawa setelah mengeroyok makanan amerika dan menengguk kaleng-kaleng coca cola 

Seperi para elit politik yang merasa lega manuver mereka berhasil meramaikan pers yang merdeka 

Seperti para mualaf metropolitan yang merasa nyaman meneriakkan takbir jihad dan retorika takwa dan iman

Pemandangan memilukan pun tak mampu mengusik seleramu 

Apalagi tak lama kemudian sinetron yang seronok dengat cepat membawamu kembali ke duniamu 

Seperti para koruptor tak terusik oleh berita-berita pengusutan korupsi 

Apalagi tak lama kemudian berita pengusatan itu menguap tak berkelanjutan lagi

Apakah kau terlalu bebal atau aku yang terlalu peka 

Kau dan kawan-kawanmu menyaksikan Ibu dan saudara-saudaramu diperkosa dan dilecehkan

Dan zakar kalian tegang seperti menonton film biru picisan

Seperti para cerdik pandai dan jurkam partai yang orgasme mendengar suara mereka sendiri

Oh, virus apa gerangan yang telah menyerang nurani kalian

Pemandangan yang mengerikan pun tak mampu mengganggu nafsumu 

Apalagi segera datang tayangan gosip selebriti yang penuh gelak tawa, 

Mengasikkan dan menghiburmu seperti para pemimpin yang tak terganggu oleh keluh kesah keresahan rakyat mereka 

Apalagi setelah datang dukungan dari kawan untuk mempertahankan kedudukan 

Bila kau dan kawan-kawanmu sesekali membicarakan bencana kemanusiaan ini di kafe-kafe sambil mendengarkan artis bernyanyi

Atau di hotel-hotel berbintang sambil mendengarkan para pakar berteori 

Kaupun telah merasa ikut berjasa dalam mencari solusi

Dan setelah itu kehidupan pun kalian jalani seperti biasa dengan gaya yang sama dan irama yang sama 

Seolah-olah kalian berada diluar masalah manusia. (*) 

Apa Reaksi Anda?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow