Gus Mus Bawakan Puisi Nizar Qabbani di Acara Untaian Doa dan Puisi untuk Palestina
KH Ahmad Mustofa Bisri atau yang akrab disapa Gus Mus membacakan puisi dari Nizar Qabbani di acara Untaian Doa dan Puisi untuk Palestina yang diselenggarakan oleh Kemente ...
TIMESINDONESIA, JAKARTA – KH Ahmad Mustofa Bisri atau yang akrab disapa Gus Mus membacakan puisi dari Nizar Qabbani di acara Untaian Doa dan Puisi untuk Palestina yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama (Kemenag) pada Selasa (2/1/2024) malam.
Gus Mus yang hadir mengenakan batik dan syal bergambarkan bendera Indonesia dan Palestina di acara Untaian Doa dan Puisi untuk Palestina ini membawakan puisi milik Nizar Qabbani seorang penyair kelahiran Damaskus Suriah tahun 1923.
Gus Mus membawakan puisi milik Nizar Qabbani di acara Untaian Doa dan Puisi untuk Palestina. (FOTO: Fahmi/TIMES Indonesia)
Sebagai penutup dalam acara Untaian Doa dan Puisi untuk Palestina, Gus Mus yang awalnya membacakan puisi Nizar Qabbani dengan bahasa arab kemudian menerjemahkan puisi tersebut ke bahasa Indonesia.
“Bagi yang tidak mengerti akan saya terjemahkan dalam bahasa Indonesia,” ucap Gus Mus menerjemahkan puisi Nizar Qabbani pada Selasa (2/1/2024) malam.
Berikut puisi Nizar Qabbani yang diterjemahkan oleh Gus Mus kedalam bahasa Indonesia dengan judul Satu Jalan.
Aku ingin senapan
Cincin Ibuku, aku jual demi senapan
Tasku, kugadaikan untuk senapan,
Bahasa yang kami pelajari
Buku-buku yang kita baca
Puisi-puisi yang kita hapal
Tak sepadan sedirham pun didepan senapan
Kini, aku punya senapan
Ke Palestina, ajaklah aku bersama kalian
Ke bukit-bukit berduka bagai wajah Magdalena
Ke kubah hijau.. dan batu suci
Dua puluh tahun
Aku mencari-cari kampung halaman dan identitas
Mencari rumahku yang ada disana
Mencari negeriku yang dikelilingi kawat berduri
Mencari masa kanak-kanakku
Dan kawan-kawan kampungku
Mencari bukuku .. foto-fotoku
Mencari ke setiap sudut yang hangat dan setiap vas
Aku kini punya senapan
Ke Palestina, bawalah aku bersama kalian
Wahai para lelaki
Saya ingin hidup atau mati sebagai lelaki
Aku ingin tumbuh ditanah Palestina
Bagai zaitun atau jeruknya
Atau bunga-bungaan yang wangi
Katakan kepada mereka yang menanyakan masalahku
Senjatalah yang menjadi masalah
Aku kini punya senapan,
Aku kini masuk daftar pejuang
Kuterjang duri dan debu
Dan ku kenakan baju kematian
Kehendak takdir tidak membuatku mundur
Akulah yang mengubah takdir
Wahai para pejuang, di Quds, di Khalil, di Bisan, di Lembah Yordan, di Betlehem
Dimana kalian para pejuang kemerdekaan tinggal, majulah, majulah
Kisah perdamaian adalah sandiwara
Keadilan adalah sandiwara
Ke Palestina, hanya ada satu jalan
Melalui senjata. (*)
Apa Reaksi Anda?