Mahasiswa Unmuh Jember Kembangkan Budidaya Lele dengan Memanfaatkan Kotoran Lele sebagai Pangan
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Jember (Unmuh Jember) Prodi Agribisnis, Nurojib Abdurachman
TIMESINDONESIA, JEMBER – Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Jember (Unmuh Jember) Prodi Agribisnis, Nurojib Abdurachman, bersama timnya meraih hibah Program Pembinaan Mahasiswa Wirausaha (P2MW) untuk pengembangan bisnis budidaya lele dengan metode bioflok.
Tim yang terdiri dari Lailatul Karomah (Manajemen, semester 5), Achmad Ramadhani (Agribisnis, semester 7), dan Angelita Leilia Putri (Manajemen, semester 5), menggabungkan latar belakang keahlian mereka untuk menciptakan keberhasilan bisnis ini.
Proses pemberian probiotik kedalam kolam ikan Lele untuk mengubah kotoran menjadi pangan
Dalam proyek ini, setiap anggota tim memiliki peran khusus antara lain, Lailatul mengelola keuangan, Achmad mengurusi pemasaran, dan Angelita mengatasi operasional.
Metode bioflok adalah kunci keberhasilan mereka. Ini adalah pendekatan inovatif di mana kotoran dan amoniak dari ikan lele digunakan sebagai pakan organik, mengurangi ketergantungan pada pakan pabrikan dan meminimalkan biaya operasional.
“Jadi kotoran yang berasal dari lele kami manfaatkan dengan sistem bioflok yang dimana kami gunakan kotoran tersebut untuk jadi pakan lele seperti semacam mikroorganisme atau kalau orang awam biasanya memanggil istilah itu dengan nama plankton, untuk mengubah kotoran tersebut kami picu dengan probiotik, kotoran ini bisa kami ubah jadi pakan sebanyak tiga kali, setelah tiga kali maka kotoran tersebut menjadi feses dan akan mengendap di dasar kolam lalu kami bersihkan," jelas Nurojib Abdurachman.
Produk utama dari budidaya ini adalah lele segar, yang menjadi sorotan bisnis mereka.
Meskipun relatif singkat, mereka telah memahami budidaya ikan lele selama empat tahun.
Mereka telah mengembangkan teknik fermentasi air selama minimal 3-7 hari sebelum bibit ikan ditebarkan ke kolam.
Proses pemberian pakan kedalam kolam ikan Lele
Ini mempersiapkan pakan alami seperti plankton atau mikroorganisme untuk ikan lele setelah ditebarkan.
“Untuk tahapan ini memang sedikit berbeda dari sistem sistem lainnya yang mana metode ini perlu adanya fermentasi air sebelum penebaran bibit pada kolam kurang lebih selama minimal 3 - 7 hari. hal ini bertujuan untuk menghidupkan plankton atau mikroorganisme pada kolam untuk mempersiapkan pakan alami untuk si lele setelah penebaran,” ungkapnya.
Lokasi proyek, berada di Perum Green Tegal Gede, Blok AA, proyek ini bukan hanya beroperasi lokal tetapi juga telah mengirimkan lele segar ke Situbondo, memperluas jangkauan bisnis mereka.
Mereka memilih budidaya lele metode bioflok sebagai proyek wirausaha dikarenakan keuntungan yang lebih besar, perawatan yang lebih mudah, dan pemasaran yang lebih sederhana dibandingkan dengan budidaya lele konvensional.
Keunggulan metode ini meliputi operasional panen dan sortir yang lebih mudah, minim bau yang tidak sedap, pertumbuhan ikan yang lebih cepat, serta ketahanan ikan yang lebih baik terhadap penyakit.
Proses teknis budidaya lele metode bioflok melibatkan langkah-langkah seperti pengisian air kolam, campuran garam krosok, probiotik, dan molase ke dalam kolam, serta penambahan batang pohon pisang untuk mempercepat fermentasi selama minimal 3 - 7 hari.
Mereka juga telah mengembangkan strategi pemasaran yang kuat, menjual produk mereka kepada tukang kulak, pasar, dan warung di sekitar wilayah mereka.
Selain itu, mereka terus melakukan riset untuk mengembangkan pakan buatan mereka sendiri, memastikan bahwa hasil budidaya mereka berkualitas dan sesuai dengan preferensi konsumen. Inovasi dan kreativitas adalah kunci kesuksesan mereka dalam menciptakan produk berkualitas dan memenangkan hati konsumen.
“Yang harus kami siapkan untuk menjalankan proyek ini secara berkelanjutan, kami harus memainkan peran yang sangat teliti dalam mengelola keuangan, menjalin kemitraan dengan pemasok bibit, pakan, dan pembeli hasil panen," tutupnya. (*)
Apa Reaksi Anda?