Hadapi Dampak Musim Kemarau, Pemkab Banyuwangi Gencarkan Program Diversifikasi Pangan
Musim kemarau yang telah berlangsung dalam beberapa waktu belakangan ini, di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, memberikan tantangan besar ketahanan pangan di kabupaten ya ...
TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Musim kemarau yang telah berlangsung dalam beberapa waktu belakangan ini, di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, memberikan tantangan besar ketahanan pangan di kabupaten yang terletak di paling ujung timur Pulau Jawa.
Dalam upaya untuk mengatasi kondisi tersebut, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyuwangi melalui Dinas Pertanian dan Pangan (Dispertan) setempat, menggencarkan program diversifikasi pangan yang bertujuan untuk memperkuat ketahanan pangan di Bumi Blambangan.
Diversifikasi pangan adalah strategi penting dalam rangka mengurangi ketergantungan terhadap satu jenis tanaman atau produk pertanian tertentu (padi).
Dispertan Banyuwangi telah mengambil inisiatif untuk mendorong petani di Bumi Blambangan memanagement pola tanam yang menyesuaikan dengan kondisi debit air. Khususnya bagi daerah hilir yang kekurangan air irigasi bisa menananm palawija atau tanaman semusim selain padi.
“Untuk mengatasi dampak El Nino yang menyebabkan musim kemarau ini, kami bersinergi dengan Dinas Pekerjaan Umum (PU) Pengairan yaitu agar kelompok tani menerapkan Rencana Tatat Tanam Global (RTTG),” kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dispertan Banyuwangi, Ilham Juanda, Jumat (13/10/2023).
Selain itu, Dispertan Banyuwangi juga menghimbau kepada kelompok tani di daerah hulu yang masih memiliki cukup air, supaya menanam varietas padi yang toleran terhadap air seperti, varietas Inpari 42, Situbagendit dan Cakrabuwana.
“Kami juga mengoptimalkan percepatan tanam padi dengan alat mesin pertanian (Alsintan) dan uritan diluar lahan persawahan. Sekaligus juga mengembangkan kelompok tani yang sudah advance teknologinya dalam pupuk alternatif,” urainya.
Menurut Ilham, fenomena El Nino ini memang sangat berdampak pada sektor petanian khususnya pada tanaman yang bernama ilmiah Oryza Sativa. Lantaran tanam tersebut secara fisiologis membutuhkan suplai air yang banyak. Dispertan memperkirakan terdapat penurunan luas tanam padi di Bumi Blambangan saat ini sekitar 5 persen.
Disisi lain sebagai langkah untuk menjaga ketahanan pangan, Dispertan Banyuwangi menggalakkan program diversifikasi pangan dengan menggandeng ibu-ibu PKK. Supaya masyarakat Bumi Blambangan tidak bergantung pada beras saja.
“Bukan berarti mengganti nasi (dari beras) dengan ubi, tetapi sebagai alternatif pangan yang bervariasi dengan nilai karbohidrat dan gizi yang tidak kalah dengan nasi,” ucapnya.
Pria yang akrab disapa Ilham berharap, semoga nanti di bulan Desember sudah turun hujan, sehingga petani di Banyuwangi dapat segera menanam padi kembali. (*)
Apa Reaksi Anda?