Raga Awandayu Prakasa, Sosok Ketua Pelaksana Deklarasi TKN Fanta (Pemilih Muda) di Turki
Raga Awandayu Prakasa atau yang kerap disapa dengan sapaan Agha, menuturkan bahwa sebagai pemuda ia difasilitasi akan kemewahan gagasan dan ide, sehingga ada sedikit perbedaan dengan konsep deklarasi…
TIMESINDONESIA, JAKARTA – Raga Awandayu Prakasa sesuai dengan instruksi dan arahan Komandan TKN Fanta (pemilih muda) Prabowo-Gibran Arief Rosyid Hasan dan Kordinator TKN Fanta diaspora Turki Adhe Nuansa Wibisono telah dipercaya dan diamanahi sebagai Ketua Pelaksana Deklarasi TKN Fanta Diaspora di Turki pada 24 Desember 2023 yang dilaksanakan di Kota Ankara.
Raga Awandayu Prakasa atau yang kerap disapa dengan sapaan Agha, menuturkan bahwa sebagai pemuda ia difasilitasi akan kemewahan gagasan dan ide, sehingga ada sedikit perbedaan dengan konsep deklarasi kali ini, ia menawarkan konsep Tur Sejarah di Ankara (Ankara Historical Tour) sehingga deklarasi politik kali ini disambut baik terutama oleh kalangan pemuda yang menyukai agenda politik yang santai dan tidak kaku.
Diketahui puluhan diaspora Indonesia mengagendakan hadir pada acara deklarasi tersebut di Ankara, setidaknya mereka semua berasal dari empat kota yang berbeda dari berbagai penjuru di Turki.
Komandan TKN Fanta (pemilih muda) Prabowo-Gibran Arief Rosyid Hasan menilai deklarasi pemuda diaspora di Turki menunjukkan bahwa orang muda percaya bahwa Prabowo-Gibran adalah paslon yang memiliki kombinasi kompetensi global dan lokal serta berpihak terhadap generasi muda.
“Ini bukti bahwa orang muda percaya Prabowo-Gibran adalah dua sosok yang bisa membawa Indonesia yang lebih maju dengan kompetensi yang dimiliki masing-masing," kata Arief dalam keterangannya, Selasa (26/12/2023).
Agha menyebutkan pembacaan deklarasi yang dilakukan di Ankara tersebut dilakukan di beberapa lokasi diantaranya, Masjid Malike Hatun sebagai salah satu masjid terbesar di Turki dan Masjid Haci Bayram yang terdaftar sebagai daftar tentatif situs warisan dunia UNESCO , kemudian deklarasi dan tur sejarah di lanjutkan ke Grand National Assembly (TBMM) sebagai situs sejarah dan parlemen pertama Republik Turki, dan terakhir deklarasi berhenti di Anitkabir sebelum di tutup dengan forum silaturrahmi dan makan bersama.
“Indonesia dihadapkan terhadap masa preparasi Indonesia Emas 2045, sehingga penting bagi pemuda untuk menentukan pemimpin Indonesia kedepannya, karena pemimpin tersebutlah yang akan menyiapkan regenerasi kepemimpan bangsa di masa yang akan datang, ia melihat Prabowo-Gibran merupakan pasangan yang saling melengkapi, di satu sisi Prabowo memiliki bekal yang mumpuni untuk melanjutkan dominasi Indonesia kepada medan Internasional, dan Gibran yang tentunya akan menjadi representatif anak muda.” ujar Agha, Rabu, (27/12/2023).
Diketahui Agha merupakan mahasiswa Hubungan Internasional di Universitas Uludag dan London School of Public Relation diketahui ia sebelumnya telah menyelesaikan Foundation Studies nya di Management and Science University Malaysia pada tahun 2018 silam.
Ia juga diketahui terlibat aktif sebagai organisator di perhimpunan pelajar dan organasisai lainnya, Agha juga aktif mengikuti berbagai konferensi tingkat nasional maupun internasional dan juga kegiatan sosial, terakhir ia tercatat telah berpartisipasi pada The 6th International Conference On Stratregic and Global Studies yang diadakan oleh Universitas Indonesia dan Universitas Medipol di Istanbul dan juga International Youth Dialogue yang diadakan oleh National Youth Council Indonesia, disamping kegemarannya menggeluti dunia akademik dan organisasi, ia juga tertarik untuk terjun kedalam dunia bisnis, diketahui saat ini ia sedang merintis usaha bisnisnya di tanah air.
“Sebagai pemuda, yang tentu akan mewarisi estafet kepemimpinan bangsa dan negara Indonesia, sudah menjadi kewajiban untuk kita terlibat aktif ke dalam politik, tentu kita ingin cita-cita Indonesia Emas 2045 itu terwujud, dan jangan sampai kita sebagai pemuda hanya menjadi penonton dan pasif bahkan apatis terhadap dinamika politik di Indonesia” ungkap Agha.
Agha juga menambahkan bahwa jarak bagi diaspora-diaspora Indonesia di Luar Negri tidak boleh dijadikan suatu halangan yang berarti, karena satu hak suara yang kita miliki telah berkontribusi terhadap bangsa Indonesia tentu dengan pemimpin siapa yang akan kita pilih nanti pada 14 Februari 2024 yang akan membawa kepada masa depan Indonesia. (*)
Apa Reaksi Anda?