Geliat UMKM Disekitar Tambang Emas PT Bumi Suksesindo
Siapa bilang praktik pertambangan hanya memunculkan kisah konflik dan kritik lingkungan. Di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, misalnya. Disitu pelaku investasi tambang em ...
TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Siapa bilang praktik pertambangan hanya memunculkan kisah konflik dan kritik lingkungan. Di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, misalnya. Disitu pelaku investasi tambang emas PT Bumi Suksesindo (PT BSI), justru sukses menorehkan peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar melalui UMKM.
Ya, anak perusahaan PT Merdeka Copper Gold Tbk (PT MCG) tersebut melatih para kaum hawa untuk mengolah buah naga menjadi makanan siap saji. Kenapa buah naga?. Karena buah naga adalah salah satu komoditas hortikultura andalan masyarakat Banyuwangi. Khususnya diwilayah Kecamatan Bangorejo, Purwoharjo, Muncar dan Tegaldlimo. Termasuk diwilayah ring satu PT BSI, Kecamatan Pesanggaran dan Siliragung.
“Kami ini awalnya adalah sekumpulan ibu-ibu yang belum punya kegiatan di rumah. Akhirnya kami dilatih oleh PT BSI untuk membuat produk olahan, dengan fokus pengolahan buah naga jadi dodol,” kata Zaenab Alfian, Ketua UKM Center, Jumat (16/2/2024).
Semula banyak yang meragukan upaya ini. Apakah para emak bisa dilatih. Apakah hasil olahan buah naga bisa laris manis dipasaran. Serta angan ragu lainnya.
“Cuma kami tetap memotivasi teman-teman. Bisnis itu dijalani. Nanti kalau ada masalah, kita cari solusinya. Dan menurut kami, problem harus dihadapi bersama melalui ide dan inovasi,” cetusnya.
Semula mereka kesulitan memasarkan produk, sehingga baru berproduksi ketika ada pesanan dari PT BSI. Namun optimisme melambung. Karena ternyata manajemen tambang emas di gunung Tumpang Pitu, Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi, itu tak hanya mengajarkan cara pengolahan. Namun juga memberi pendampingan, pembinaan serta membantu sarana pra sarana pendukung.
Setiap satu bulan sekali diadakan pertemuan untuk mengevaluasi kondisi, persoalan dan sekaligus menemukan solusi.
Dengan pendampingan dari PT BSI, kini diwilayah Kecamatan Pesanggaran, di tahun 2023, sudah ada 20 pelaku UMKM yang telah mengantongi sertifikat Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) dan sertifikasi halal. Mereka terintegrasi pula dengan aplikasi Smart Kampung milik Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyuwangi.
Sedang UKM Center, merupakan usulan Zaenab untuk menjadi semacam tempat bersama dalam menjual produk UMKM binaan PT BSI. Tahun 2018, perusahaan memfasilitasi pembentukan UKM Center untuk menjadi semacam etalase sekaligus tempat penjualan terpadu produk-produk UMKM makanan olahan dari warga Kecamatan Pesanggaran, Siliragung dan Bangorejo.
“Syarat bergabung dengan UKM Center cukup mudah. Di sini ada saham dan tabungan. Saham Rp100 ribu untuk mengikat keanggotaan. Biasanya pada akhir periode, keuntungan bisnis kami rupakan parcel saat lebaran,” ujar Zaenab.
Sementara tabungan digunakan untuk keperluan usaha. “Tidak semua hasil penjualan diambil. Ada yang ditabung. Kadang ada kenaikan harga bahan atau saat covid, minyak goreng langka. Tabungan itu diambil ketika mereka membutuhkan,” jelasnya.
Sejak 2018 hingga 2023, kurang lebih 100 orang pelaku UMKM bergabung dengan UKM Center. Namun, menurut Zaenab, tak semua rutin menitipkan makanan olahan produk mereka.
“Yang rutin mengisi display berjualan sekitar 35-40 UKM. Ada seratus item yang dijual, antara lain keripik, kerupuk, olahan pisang dan kopi. Paling best seller yang dodol buah naga,” katanya.
Para pelaku UMKM sempat terpukul ketika pandemi Covid-19 melanda pada 2020. Produk mereka tak laku, karena tak ada wisatawan yang datang ke Pulau Merah. Omzet mereka benar-benar anjlok, hanya tersisa sekitar Rp1-2 juta per bulan.
Namun, dalam setiap kesulitan selalu ada jalan keluar. Pandemi justru membuka ruang bagi PT BSI untuk memfasilitasi terciptanya ekosistem ekonomi UMKM di Pesanggaran. Semua berawal saat perusahaan memutuskan untuk membuka peluang penjualan produk UMKM di site atau minishop dalam area tambang.
“Kami dibikinkan toko untuk berjualan di sana. Alhamdulillah kami tidak terlalu terdampak. Teman-teman UMKM tetap bisa berproduksi, berjualan produk masing-masing,” tutur Zaenab.
Minimnya kontak langsung antar manusia membuat PT BSI membina platform pemasaran digital bernama warung.com. Melalui aplikasi ini, warga dan karyawan bisa memesan makanan dari para pelaku UMKM. Bisnis makanan pun berkembang.
“PT BSI mendampingi warga untuk mengemas produk, membantu pengurusan perizinan, hingga memasarkannya, melalui kegiatan-kegiatan expo UMKM di Banyuwangi maupun luar Banyuwangi,” ucap Namhar Hernanto dari tim Communicatiion and Public Relation PT BSI.
“Perusahaan lebih memberi kail dan alat pancing. Bukan ikan. Dan puji syukur, roda ekonomi masyarakat sekitar perusahaan terus berjalan bahkan dimasa pandemi Covid-19,” imbuhnya.
Setelah pandemi berlalu, omzet penjualan produk-produk UMKM di UKM Center melesat pada kisaran Rp 100-200 juta per bulan. Nama mereka mulai dikenal, dan pasar pun meluas tak hanya di lokal, namun juga menembus Kalimantan, Hongkong, Taiwan.
Pemberdayaan ekonomi masyarakat merupakan salah satu program prioritas Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM) perusahaan atau lebih dikenal dengan tanggung jawab sosial perusahaan. PT BSI ingin berkhidmat memberi manfaat. Tak hanya di sektor UKM, tapi dalam pemberdayaan ekonomi yang lain, seperti sektor peternakan dan pembangunan infrastuktur, pendidikan dan kesehatan di Banyuwangi.
Ada sebuah momentum yang membuat Zaenab dan kawan-kawan bangga saat mengikuti pameran produk UMKM di Banyuwangi. Produk dodol buah naga memperoleh respons luar biasa dari sejumlah artis yang berkunjung. Bahkan, ada beberapa desa di Malang datang ke Banyuwangi untuk belajar. (*)
Pewarta : Syamsul Arifin
Editor :
Apa Reaksi Anda?