Psikolog UMM: Kematangan Kognitif Jadi Perisai Caleg Tak Stres Meskipun Gagal di Pemilu
Fenomena Caleg yang stres karena gagal di Pemilu selalu muncul setiap 5 tahun sekali. Banyak faktor yang mendasari kenapa seorang Caleg bisa sampai terkena gangguan keseh ...
TIMESINDONESIA, MALANG – Fenomena Caleg yang stres karena gagal di Pemilu selalu muncul setiap 5 tahun sekali. Banyak faktor yang mendasari kenapa seorang Caleg bisa sampai terkena gangguan kesehatan mental ketika mereka gagal menduduki kursi seperti yang mereka impikan. Salah satunya yakni karena mereka telah banyak mengorbankan apa yang mereka miliki, tetapi apa yang dia inginkan tidak terpenuhi karena suara rakyat tidak mencukupi.
Psikolog dari Universitas Negeri Malang (UM) Ika Andrini Farida mengatakan, hal yang mendasari seorang Caleg akan mengalami gangguan mental atau tidak setelah gagal dalam Pemilu adalah kesiapan dari individu itu sendiri.
"Kesiapan bisa kita lihat dari beberapa aspek, yang pertama, aspek kognitif intelektualnya," ucapnya Jumat (16/2/2024).
Dengan mempunyai kematangan kognitif, intelektual, dan emosi, seseorang akan bisa menimbang sejauh mana peluang yang dia miliki, sebelum terjun ke medan perang untuk menggaet suara rakyat, dengan mengorbankan apa yang dimiliki.
"Mau kompetisi harusnya orang itu menganalisis dulu, paling tidak SWOT nya. Peluangnya seberapa, kemudian kompetitor sejauh mana," kata wanita yang juga menjabat sebagai Wakil Dekan II Fakultas Psikologi UM itu.
SWOT merupakan singkatan. S berarti strengths (kekuatan), W adalah weaknesses (kelemahan), O berarti opportunities (peluang), dan T singkatan dari threats (ancaman). Ika menyebut, kematangan kognitif akan berpengaruh pada daya analisis seseorang.
"Kalau dia punya analisis yajg baik, dia bisa memprediksi peluangnya sejauh mana," ujarnya.
Dengan begitu, dia bisa memperkirakan kemenangan atau kekalahannya ketika memutuskan untuk bertarung di suatu daerah pemilihan. Sehingga dia sudah bersiap pada kemenangan atau kekalahannya.
"Berbeda kalau caleg yang kognitifnya kurang dia tidak bisa menghitung, dia bisa memprediksi, over confident. kalau kalah bisa bahaya, bisa down," tuturnya.
Dia pun memberikan saran kepada Caleg yang sudah merasa down karena kekalahan di Pemilu. Pertama yakni untuk menerima kekalahan yang mereka alami. Kedua, seseorang harus bisa merasa legowo dengan apa yang terjadi, dan berusaha lebih maksimal lagi di kemudian hari.
"Kemudian juga harus sadar batasan, kapan harus ikhtiar (berusaha) dan tawakal (berpasrah). Tidak boleh berfikir kalau kita begini maka hasilnya begini. Karena hasil bukan kita yang menentukan" pesannya.
Dia juga menganjurkan agar para Caleg yang merasa telah mengalami gangguan mental, baik ringan ataupun berat agar tidak segan untuk mengkonsultasikan masalah mereka kepada keluarga, teman dekat, ataupun medis. Sehingga masalah yang mereka alami bisa teratasi dengan benar. (*)
Apa Reaksi Anda?