Temuan Terduga Capai 28 Ribu Lebih, Butuh Sinergi Percepatan Eliminasi Kasus TBC
Dinas Kesehatan Kabupaten Malang mendapati angka temuan terduga Tuberkulosis (TBC) sangat tinggi. Hingga akhir tahun ini, jumlahnya ditemukan pada 28 ribu lebih orang ter ...
TIMESINDONESIA, JAKARTA – Dinas Kesehatan Kabupaten Malang mendapati angka temuan terduga Tuberkulosis (TBC) sangat tinggi. Hingga akhir tahun ini, jumlahnya ditemukan pada 28 ribu lebih orang terduga TBC.
Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kabupaten Makang, Tri Awignami Astoeti mengungkapkan, penemuan terduga awal TBC ditemukan sebanyak 19.040 terduga.
Pemaparan penemuan terduga dan kasus TBC di Kabupaten Malang, yang diinisiasi komunitas kader TBC dari Yayasan Bhanu Yasa Sejahtera (YABHYSA), di Kepanjen, Senin (4/12/2023). (FOTO: amin)
"Sedangkan, hingga akhir November 2023 ini Kabupaten Malang telah menemukan sebanyak 28.073 orang terduga atau 140,8 persen. Angka temuan ini bahkan telah melampaui target 100 persen SPM (Standar Pelayanan Minimal) Kesehatan tahun ini," terang Tri Awignami, di Kepanjen, Senin (4/12) siang.
Selain itu, lanjut Awig, hingga akhir November 2023 ini tercatat sebanyak 3.108 (79,33%) kasus TBC yang telah ditemukan dan diobati. Kasus tersebut, berasal dari 28.073 orang terduga TBC yang telah melakukan pemeriksaan dahak.
Akan tetapi jumlah penemuan kasus tersebut, menurutnya masih kurang dari target estimasi, yakni sebanyak 3.918 kasus.
"Untuk tingkat keberhasilan pengobatan TBC kepada penderita yang ditemukan 2022 di Kabupaten Malang, sampai saat ini masih mencapai 83,82%. Dan, ini masih kurang dari target nasional, yakni 90 persen," jelas Awignami.
Menurutnya, sangat perlu dilakukan percepatan eliminasi kasus TBC, yang ditargetkan tuntas pada 2030 mendatang.
Target eliminasi TBC di tahun 2023 ini, adalah penurunan angka kejadian TBC menjadi 65 per 100 ribu penduduk, dan penurunan angka kematian akibat TBC menjadi 6 per 100 ribu jumlah penduduk.
Awig menambahkan, penemuan kasus penderita TBC di Kabupaten Malang saat ini, masih diperkirakan di bawah permukaan, karena masih banyak kasus yang belum berhasil terlaporkan. Kabupaten Malang sendiri merupakan salah satu daerah prioritas dalam program penanggulangan TBC di Provinsi Jawa Timur.
Dijelaskan, masih kurangnya jumlah temuan kasus yang diobati ini dikarenakan beberapa faktor. Diantaranya, masih ada penderita TBC yang belum mengakses layanan berobat, dan masih banyak terduga yang sudah mengakses layanan kesehatan, tetapi belum mampu mengeluarkan dahak untuk dilakukan pemeriksaan.
Beberapa upaya telah dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten Malang untuk mengatasi kendala-kendala tersebut. Strategi akselerasi dan optimalisasi penemuan kasus dimulai dari melakukan surveilans penemuan kasus baik secara aktif masif maupun pasif intensif.
"Penemuan kasus dilakukan secara aktif dan masif melalui kegiatan penemuan (tracing) pasien TBC di luar faskes, dan melakukan investigasi kontak pada orang yang kontak erat dengan pasien TBC," jelas Awig.
Selain itu, upaya penemuan kasus di tempat khusus, seperti pondok pesantren, tempat kerja, atau lapas, dan populasi berisiko. Juga, dilakukan melalui skrining masal, dan kolaborasi lintas program seperti PIS-PK, KIA, dan gizi.
Penemuan kasus pasif intensif juga dilakukan, melalui penguatan jejaring layanan antarfaskes satu dengan lainnya, kolaborasi layanan antarfaskes.
"Penjaringan kasus TBC bisa juga dilakukan melalui skrining batuk oleh petugas kesehatan kepada pasien saat berada di faskes," imbuh Awignami.
Dukungan dan peran serta multisektor mitra juga dilibatkan Dinas Pendidikan, Kementerian Agama wilayah Malang, Dinas Ketenagakerjaan, dan pihak BPJS. Termasuk, melibatkan komunitas kader TBC dari Yayasan Bhanu Yasa Sejahtera (YABHYSA).
Semua upaya tersebut, menurutnya dilakukan untuk mendukung upaya percepatan penemuan dan pelaporan kasus TBC. Sehingga, target Indonesia mencapai eliminasi tuberkulosis di tahun 2030 diharapkan dapat terwujud. (*)
Apa Reaksi Anda?