Othek, Melodi Lesung Padi Unik Suku Osing Banyuwangi
Desa Adat Kemiren, Kabupaten Banyuwangi, menyimpan segudang kekayaan budaya yang unik dan memikat. Salah satunya yakni melodi merdu Othek, alat musik tradisional Suku Osi ...
TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Desa Adat Kemiren, Kabupaten Banyuwangi, menyimpan segudang kekayaan budaya yang unik dan memikat. Salah satunya yakni melodi merdu Othek, alat musik tradisional Suku Osing Banyuwangi yang menghasilkan melodi indah nan merdu dari alu dan lesung padi.
Tradisi unik ini dilestarikan oleh kelompok nenek berusia 70 hingga 90 tahun. Ketika memasuki musim panen mereka berkumpul di bawah rindangnya pohon besar di tengah desa, membentuk lingkaran dengan senyum khas yang terpancar dari wajah mereka.
Meski tubuh mungkin sudah renta, namun jari-jari mereka masih tetap lincah dan penuh keahlian ketika mengeksekusi melodi unik ini. "thok thek thok thek." Begitu kiranya suara bersahut-sahutan yang dihasilkan dari alu atau yang kerap disebut alat penumbuk padi dan lesung padi yang saling bertemu.
Sebagai bagian dari tradisi yang telah diwariskan dari generasi ke generasi, menumbuk padi bukanlah tugas yang monoton bagi kelompok nenek ini. Mereka melakukan tugas dengan penuh keceriaan, mengubah setiap hentakan tumbuk menjadi bagian dari pertunjukan.
Dengan alat tumbuk yang terbuat dari kayu yang kuat, nenek-nenek ini saling bergantian menumbuk padi yang sudah dipersiapkan. Setiap hentakan tumbuk diiringi dengan nyanyian riang yang menggema di antara hamparan sawah. Mereka berdendang dan tertawa, menciptakan ritme yang menggambarkan kebersamaan dan kegembiraan.
Nenek-nenek yang pada umumnya terlihat serius ketika menumbuk padi, di Suku Osing berubah menjadi penari-penari berjiwa muda yang memancarkan semangat kebahagiaan. Sementara padi menjadi pulen di bawah tangan-tangan penuh pengalaman, desa itu dipenuhi dengan gelak tawa dan melodi yang menciptakan suasana yang penuh keceriaan.
Dahulu kala, tradisi Othek atau yang juga disebut Gejuk Lesung memang menjadi bagian tak terpisahkan dari keseharian masyarakat. Othek menjadi simbol rasa syukur atas hasil panen melimpah yang telah diberikan oleh alam.
Seiring berjalannya waktu, tradisi Othek tidak hanya dijalankan sebagai ungkapan syukur atas hasil bumi. Di Desa Adat Kemiren, Othek kini mengalami transformasi menjadi seni pertunjukan yang menjadi daya tarik bagi masyarakat sekitar.
Lesung yang semula berfungsi sebagai alat pertanian kini menjadi alat musik yang dimainkan dengan penuh keahlian oleh generasi muda dan seniman lokal. Setiap malam, panggung di Desa Adat Kemiren menjadi saksi dari keindahan Othek yang dimainkan untuk kesenian dan sebagai bentuk kebanggaan atas warisan budaya mereka.
Othek kini menjadi bagian dari penyambutan tamu di Desa Adat Kemiren. Setiap kunjungan dihiasi dengan pertunjukan Othek yang meriah, memberikan pengalaman unik kepada para tamu yang berkunjung.
Salah satunya seperti di Sanggar Genjah Arum. Sanggar yang terletak di bawah naungan Pak Iwan, seorang ahli kopi kelas internasional yang telah menjadi tempat yang menyimpan dan merawat kekayaan budaya Suku Osing.
Meski awalnya didirikan sebagai kedai kopi, kini sanggar yang memiliki berbagai koleksi pernak pernik asli suku Osing tersebut telah menjadi pusat kegiatan budaya dan seni.
Di Sanggar Genjah Arum, wisatawan pun dapat menikmati berbagai paket pertunjukan yang disajikan, salah satunya yakni penampilan gandrung dengan diiringi langsung oleh penembang kawakan asli Bumi Blambangan yakni Mbok Temu, sosok maestro tari Banyuwangi yang telah melanglang buana hingga kancah internasional.
"Suka, ternyata budaya Banyuwangi sangat keren," kata Devi, salah satu pengunjung yang terkesan, ketika mengunjungi Sanggar Genjah Arum pada Selasa (16/1/2024).
Meski Othek mungkin telah jarang terdengar di sepanjang waktu, namun melalui upaya Sanggar Genjah Arum, tradisi ini kembali hidup dan menjadi daya tarik budaya yang istimewa di Banyuwangi. Sebuah perjalanan musik yang menggugah kenangan dan mempertahankan kekayaan warisan nenek moyang Suku Osing. (*)
Apa Reaksi Anda?