Nur Enifah Berbagi Pengalaman Ubah Data Peserta Program JKN: Tidak Ada Keribetan

TIMESINDONESIA – Kebaikan dari program JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) telah dirasakan oleh banyak masyarakat, termasuk Nur Enifah.

Warga Jember, Jawa Timur berusia 47 tahun tersebut merupakan peserta Program JKN dari segmen Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) atau biasa disebut sebagai peserta mandiri.

Menjadi peserta Program JKN, Nur berharap urusan pembiayaan masalah kesehatan dirinya dan keluarganya terjamin.

“Saya terdaftar sebagai peserta JKN sejak tahun 2015. Saya ingin terlindung apabila nanti saya atau keluarga sakit. Saya dan anggota keluarga terdaftar dengan iuran kelas 3,” kata Nur, Jumat (10/3/2023).

Dia mengaku bahwa selama tercatat aebagai peserta Program JKN, dirinya tidak pernah telat dan dan absen membayar iuran tiap bulannya.

“Sejak 2015 hingga saat ini, saya hanya 2 kali berkunjung ke BPJS Kesehatan Jember. Kedatangan pertama saat mendaftar pertama kali itu tahun 2015. Kemudian kedua kalinya saat pelaporan meninggal dunia ibu saya,” ceritanya.

Nur juga menceritakan pengalamannya menjadi peserta program pemerintah itu.

Salah satu pengalamannya yakni saat mengurus pengubahan data peserta.

“Tadinya saya ragu dan takut, kalau-kalau saya tidak dilayani dengan baik oleh petugas. Tapi nyatanya hal itu tidak terjadi. Saya datang ke BPJS Kesehatan Jember membawa kartu JKN surat kematian almarhumah ibu saya, kemudian langsung bilang ke satpam, dicek, diberikan nomor antrian, diproses oleh petugasnya dan selesai sudah,” ceritanya dengan ceria.

Ia menyampaikan bahwa pelaporan pengubahan administrasi di BPJS Kesehatan tidaklah serepot yang masyarakat ceritakan. 

Nur berpendapat bahwa masyarakat jangan mudah terpengaruh dengan cerita-cerita yang belum tentu bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.

“Maklum lah namanya juga masyarakat kan macam-macam, ada yang gampang percaya ada yang kritis mencari tahu kebenarannya. Tapi saya sudah merasakannya, tidak ada keribetan seperti yang orang-orang bilang di luar sana,” ungkapnya.

Selain menceritakan pengalamannya mengurus pengubahan data peserta, ibu dari dua anak ini membagikan kisahnya bagaimana ia terbantu melalui Program JKN untuk terbebas dari penyakit batu empedu yang dideritanya tanpa biaya tambahan sepeserpun.

“Saya itu tidak pernah sakit berat selama ini. Sekalinya sakit langsung kena batu empedu. Tidak pernah saya rasakan selama ini. Tapi memang gejalanya itu saya susah makan, tidak nafsu makan. Saya merasa ya seperti sakit ringan biasa. Tapi lama kelamaan kok sakit di bagian tengah perut kok nyeri. Akhirnya saya ke UGD RS Citra Husada Jember dan akhirnya saya rawat inap selama 3 hari,” jelasnya.

Selama rawat inap di Rumah Sakit Citra Husada, Nur mengaku tidak ada perbedaan pelayanan kesehatan bagi peserta JKN dengan hak kelas rawat kelas III (tiga). 

Bahkan Ia mengaku kaget dengan kesigapan dan penuh perhatiannya para tenaga medis yang merawatnya.

“Sampai hari ketiga itu keadaan saya memang sudah membaik dari sebelumnya. Tapi dokter yang memeriksa saya itu melihat warna kulit saya menjadi kuning. Beliau menyarankan untuk pemeriksaan lebih lanjut, dan ternyata saya didiagnosa batu empedu. Kemudian saya dirujuk ke Rumah Sakit Baladhika Husada Jember,” ungkapnya.

Akibat penyakit batu empedu tersebut, Nur menjalani pengangkatan batu empedu di bulan Februari 2023. 

Biaya rawat inap saat itu, termasuk dokter dan obat, ditanggung oleh BPJS Kesehatan. 

Nur merasa beruntung telah terdaftar sebagai peserta JKN, sehingga saat membutuhkan pelayanan kesehatan dirinya bisa merasakan manfaat Program JKN.

“Kalau tidak terdaftar sebagai peserta Program JKN entah berapa banyak biaya yang harus saya keluarkan. Hikmah dari sakit yang saya alami ini memacu saya untuk rutin membayar iuran JKN. Karena kita tidak akan pernah tahu kapan sakit menimpa kita,” tutupnya. (*)