Menilik Ladang Cuan Petani Milenial di Kabupaten Banyuwangi
Mungkin dalam benak masyarakat menjadi seorang petani semestinya selalu bergelut dengan hal yang berbau kotor. Belum lagi, pusingnya ketika harus berurusan dengan repotny ...
TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Mungkin dalam benak masyarakat menjadi seorang petani semestinya selalu bergelut dengan hal yang berbau kotor. Belum lagi, pusingnya ketika harus berurusan dengan repotnya membasmi serangga hingga gulma penggangu tanaman, bahkan, cuaca tak menentu juga menjadi sebuah ancaman.
Tapi tidak ditangan petani milenial asal Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, ini. Menjadi petani “zaman now” yang berdedikasi tinggi dalam bertani dan tanpa harus berkutat dengan hal yang kotor dan terik panas matahari sudah menjadi prinsip dalam perkembangan produksi pertanian yang ia terapkan.
“Terjun ke dunia pertanian khususnya hidroponik jangan setengah-setengah, pelajari pasar dan ilmu dalam pertanian yang akan digeluti adalah prinsipnya,” ucap Petani Hidroponik Banyuwangi, Daniel Oktavianus, Senin (9/10/2023).
Tatkala fajar telah menyingsing, Daniel sapaan akrabnya, selalu mengunjungi keempat lokasi kebun hidroponiknya berada setiap hari.
Mengecek kondisi air, nutrisi, keasaman dan memastikan kondisi tanaman terawat dengan baik adalah pekerjaanya. Dengan begitu pantaslah jika sayur Selada air hasil produknya memiliki Grade A.
“Kebun hidroponik ada di empat lokasi yakni di Sukowidi, Sukorojo, Lateng dan Krasak. Ada juga beberapa mitra kami,” jelas Owner Sukofarm itu.
Pria lulusan Teknik Informatika, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini bercerita, apabila dirinya mulai mencoba peruntungannya dalam dunia bercocok tanam ini sejak Januari 2021 dengan lahan awalnya di atap rumah.
Daniel juga mengaku, jika ilmu hidropononik yang ia dapatkan secara otodidak tersebut diperolehnya dengan melihat video tutorial di Youtube.
“Jadi saya belajar mandiri hanya bermodal nekat dengan melihat video di Youtube, khususnya budidaya selada air, apalagi latar belakangnya sama sekali tidak sesuai,” paparnya seraya bergurau.
Dengan menggunakan sistem hidroponik Deep Flow Technique (DFT), Daniel perharinya, bisa memanen sekitar 15 Kilogram (Kg) Selada Air. Sedangkan dalam sebulan, total hasil Selada Air dari keempat kebun hidroponik milik Daniel, bisa mencapai kurang lebih 3 Kwintal untuk saat ini. Untuk itu, bisa dikatakan jika kebun hidroponik Daniel, sudah masuk kedalam skala industri.
Usaha hidroponik yang sudah masuk dalam kategori skala industri itulah, lanjut Daniel, kini menjadi tantangan baru. Ia harus selalu menjaga kualitas agar tidak mengecewakan konsumen.
Faktanya memang demikian, sayur Selada Air yang diproduksi oleh Daniel masuk dalam Grade A. Bisa dilihat dari daun yang hijau, segar dan lebat dengan batang sayur pendek. Lalu bobot dari sayur sendiri cukup berat. Terlebih Daniel juga tidak menggunakan pestisida dalam sayur selada air miliknya.
“Rasanya Selada saya manis kalau dimakan dan lebih awet karena tidak ada pestisida. Cirinya Selada dengan pestisida itu cepat layu,” terangnya.
Bobotnya sendiri, lanjut Daniel, dalam perkilo ada 5 ikat Selada Air, dengan harga dibandrol sebesar Rp30.000. Ditambah ada ribuan lubang tanam dari total kebun miliknya. Sedangkan untuk biaya produksi seperti PDAM dan Listrik tidak memakan begitu banyak biaya.
“Bisa dihitung sendiri, berapa Omzet yang saya dapatkan,” pungkasnya
Karena kualitas itulah, sayuran Selada Air hidroponik milik Daniel dipercaya oleh hotel-hotel, resto, rumah makan dan supermarket besar di Banyuwangi.
“Jadi selain Selada Air, dikebun kita juga produksi daun Mint dan Cabai Hidroponik,” tungkas Daniel seraya sambil mengurus kebun.
“Harapan saya, pemerintah bisa mewadahi pelaku usaha pertanian seperti saya, dengan adanya sertifikasi produk, saat ini saya masih bingung urus kemana,” ungkap Daniel. (*)
Apa Reaksi Anda?