Mahasiswa Ubaya jadi Perwakilan Indonesia Ikuti Program Internasional di Luar Negeri
Sebagai kampus swasta yang telah diakui secara internasional, Universitas Surabaya (Ubaya) berkomitmen menghasilkan lulusan yang memiliki wawasan berkualitas internasional.
TIMESINDONESIA, SURABAYA – Sebagai kampus swasta yang telah diakui secara internasional, Universitas Surabaya (Ubaya) berkomitmen menghasilkan lulusan yang memiliki wawasan berkualitas internasional. Pengembangan hard skill dan soft skill ke luar negeri selalu ditekankan pada mahasiswa selama proses perkuliahan. Sehingga, setelah lulus, mereka memiliki pengalaman dan kompetensi yang memadai untuk bersaing pada level mancanegara.
Bentuk implementasinya adalah aktif mengikuti berbagai program internasional seperti yang dilakukan dua mahasiswa Ubaya, yaitu Andi Dina Ayu Paramitha dari Fakultas Kedokteran Ubaya angkatan 2019 dan Steven Brian Kenneth Hutomo dari Fakultas Bisnis dan Ekonomika Ubaya angkatan 2021.
Dina, sapaan akrabnya, terpilih menjadi perwakilan Indonesia untuk mengikuti research exchange di University of Zagreb, Kroasia. Research exchange diwadahi oleh Center for Indonesian Medical Students’ Activities (CIMSA).
Kegiatan ini merupakan program bagi mahasiswa jurusan kedokteran untuk terlibat dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti medis di luar negeri. Selama satu bulan, Dina ikut meneliti topik “Histology and Molecular Analysis of the Mouse Brain After Stroke” milik mahasiswa S3.
“Topik ini sesuai dengan apa yang saya pelajari saat di semester 6. Saya belajar tentang neurologi dan ada mata kuliah tentang stroke. Cukup sulit, namun challenging buat saya,” ungkapnya.
Selain Dina, Steven juga berkesempatan belajar di luar negeri. Ia mengikuti Student Exchange Program (SEP) yang diadakan oleh Universiti Tunku Abdul Rahman (UTAR), Malaysia. Program ini dijalaninya selama tiga bulan mulai dari bulan Oktober 2022.
Di UTAR, Steven mengambil jurusan global economics yang se-linear dengan program studi yang ditempuhnya di Ubaya. “Ada beberapa topik yang pernah diterangkan oleh dosen di Ubaya, salah satunya ekonomi mikro. Walaupun begitu, ada penambahan materi di UTAR yang jadi insight baru buat saya,” jelasnya.
Tak hanya perbedaan dari segi materi, sistem perkuliahannya pun diakui Steven memiliki perbedaan dengan yang ada di Indonesia. Mahasiswa semester 3 itu mengambil sembilan SKS (Satuan Kredit Semester) yang didalamnya terdiri dari kelas lecturer dan kelas tutorial. Bahasa yang digunakan pun adalah bahasa inggris dan bahasa mandarin. Beruntung, Steven mendapat dosen yang mau memberikan kelas tambahan seusai kelas untuk membantunya memahami materi.
Mengikuti program ini membuat Steven memiliki relasi dengan orang-orang dari berbagai macam negara. Ia memiliki teman dari Taiwan, Cina, Rusia, Jepang dan Brunei Darussalam. Begitu juga dengan Dina. Di Kroasia, ia mengikuti kegiatan national food dan drink party. Tiap mahasiswa diminta membawa makanan dan minuman khas negaranya.
Dina membawa keripik singkong yang tak disangka menjadi favorit orang-orang di sana. Ia pun juga mencicipi makanan dari negara lain serta makanan Kroasia. Tak hanya makanan, ia juga membagikan Gelang Tridatu Bali kepada teman-temannya sebagai kenang-kenangan.
Walaupun sudah pernah pergi ke luar negeri, namun semua pengalaman belajar ini merupakan kali pertama bagi Dina dan Steven. Karena belum ada pengalaman sebelumnya, mereka mendapat bimbingan dari dosen dari sebelum berangkat hingga saat menjalani program. “Para dosen sering menghubungi saya selama di Kroasia secara online. Saya diberikan survival kit untuk dapat bersosialisasi dan beradaptasi dengan lingkungan baru di sana,” jelas Dina.
Hal yang sama juga diakui Steven. Untuk administrasi dan konversi nilai serta SKS, ia dibantu oleh unit-unit yang ada di Ubaya. Karena masih ada SKS yang harus ditempuh di Ubaya, ia mendapat dispensasi untuk melakukan pengambilan nilai secara online. “Teman-teman saya juga rutin memberikan informasi tentang mata kuliah yang tidak saya ikuti. Jadi saya dapat banyak ilmu, baik dari UTAR maupun Ubaya,” ujarnya.
Dari apa yang sudah mereka tempuh selama program exchange, Dina dan Steven membagikan pengalamannya kepada adik tingkat agar semakin banyak yang tertarik untuk ikut pertukaran pelajar atau research exchange ke luar negeri. “Jangan khawatir untuk teman-teman yang ingin belajar di luar negeri. Ubaya punya program untuk mewadahi itu. Ada para dosen dan unit kelembagaan di Ubaya yang siap membantu kalian,” pesan Dina. (*)
Apa Reaksi Anda?