Kementan Ajak Genjot Produktivitas Pertanian dengan Rabigabah Plus Smart Farming
Peningkatan produktivitas pertanian harus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. Untuk itu, Kementerian Pertanian melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan ...
TIMESINDONESIA, PASURUAN – Peningkatan produktivitas pertanian harus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. Untuk itu, Kementerian Pertanian melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) mengajak petani untuk menerapkan rabigabah dan smart farming.
Hal tersebut disampaikan Kepala BPPSDMP saat melakukan kunjungan kerja ke Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Beji, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, Selasa (26/9/2023).
Kunjungan tersebut juga dihadiri Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian, Kepala Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan, Kepala BBPP Batu dan Direktur Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Malang.
Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo mengatakan, memastikan perkembangan varietas-varietas tanaman unggul harus terus dilakukan dari waktu ke waktu. Hasilnya, Indonesia mampu menjadi salah satu negara pertanian kuat di dunia yang memiliki ketahanan pangan berkualitas dan berkelanjutan.
Syahrul menambahkan, faktor pendorong dari keberhasilan ini adalah hadirnya teknologi dan sistem pertanian mumpuni, serta kemampuan SDM pertanian unggul di seluruh Indonesia.
“Teknologi yang berkembang saat ini telah membuat Indonesia memiliki varietas unggul dan mampu beradaptasi dengan tantangan yang ada. Saya mendapatkan banyak masukan dari apa yang kita lihat hari ini sebagai salah satu tantangan besar, terutama dalam menghadapi kekeringan. Oleh karena itu varietas-varietas tanaman pangan kita sudah menunjukkan kemajuan yang luar biasa karena hasilnya, misal padi bisa rata rata di atas 10 ton bahkan ada yang 14 ton per ha,” sebut Syahrul.
Tujuan pembangunan pertanian adalah menyediakan pangan bagi 273 juta penduduk Indonesia, meningkatkan kesejahteraan petani, serta menggenjot ekspor. Hal ini dijelaskan oleh Kepala BPPSDMP, Dedi Nursyamsi dihadapan 50 orang penyuluh pertanian, petani, dan petani milenial di BPP Beji.
Untuk menggenjot produktivitas pertanian, Dedi menganjurkan kepada petani untuk mengaplikasikan panca usahatani atau yang dikenal juga dengan rabigabah yakni rabuk/ pupuk, benih tepat, garapan atau lahan olahan, pengairan, dan penanganan hama.
Namun harus ditambah agar menjadi rabigabah plus smart farming. Yakni dengan pemanfaatan alsintan yang menghemat biaya 40 sampai 60%, pemanfaatan IoT serta varietas unggul yang bisa menghasilkan banyak cuan.
Dedi juga mengatakan insan pertanian harus meningkatkan keunggulan komparatif, itu yang harus digenjot. Kabupaten Pasuruan mempunyai keunggulan komparatif yang bisa diolah dengan cara cerdas. Salah satunya dengan menggunakan smart farming.
"Smart farming adalah pertanian cerdas, yang dilakukan orang cerdas dan cara cerdas serta menggunakan varietas tinggi bermutu. Manfaatkan alsintan utk mempercepat proses produksi, dan manfaatkan IoT yang lebih praktis, mudah dan cepat," jelas Dedi.
Dedi menambahkan, sebaik-baiknya petani adalah petani yang mengimplementasikan rabigabah plus smart farming dan memberikan manfaat bagi orang lain.
Petani di Indonesia telah membuktikan menghasilkan pertanian yang baik, bukan hanya menyediakan pangan, tapi juga sandang dan papan.
“Saya yakin jika pangan aman di Pasuruan, maka di Jawa Timur juga aman, tentu di Indonesia juga aman,”pungkas Dedi Nursyamsi.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Pasuruan, Lilik Widji Asri, mengucapkan rasa terima kasihnya atas kunjungan dan motivasi dari Kepala BPPSDMP.
“Kami sangat berterima kasih atas kunjungan dan motivasi Bapak Kepala Badan PPSDMP ke BPP Beji, dan juga program-program yang diluncurkan seperti YESS. Pada tahun 2025 kami akan mereplikasikan program tersebut dan menyesuaikan dengan rencana strategis yang telah kami susun,” ujar Lilik.
Kabupaten Pasuruan mempunyai 24 BPP, 120 SDM yang terdiri dari penyuluh pertanian PNS 56 orang dan P3K sebanyak 64 orang. Sedangkan total Gapoktan berjumlah 365 di 365 desa yang tersebar di Pasuruan.
Sementara dari total 24 BPP, 18 di antaranya menjadi BDSP (Business Development Service Providers) dan dari 15 Pusat Pelatihan Pertanian di Perdesaan Swadaya (P4S) 3 diantaranya, menjadi BDSP Program YESS (Youth Entrepreneurship and Employment Support Services).(*)
Apa Reaksi Anda?