Jarak PKB dan PBNU Terjadi Karena Konflik Masa Lalu Cak Imin dan Gus Dur
Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya menegaskan, PKB bukan partai yang merepresentasikan Nahdlatul Ulama (NU). ... ...
TIMESINDONESIA, JAKARTA – Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya menegaskan, PKB bukan partai yang merepresentasikan Nahdlatul Ulama (NU). Menurutnya, berdasarkan hasil Muktamar, NU telah mengambil jarak dengan politik praktis.
Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR), Ujang Komarudin menilai, pernyataan tersebut adalah indikasi adanya jarak PBNU di bawah kepemimpinan Gus Yahya dengan PKB yang dipimpin oleh Muhaimin Iskandar atau Cak Imin.
Menurutnya, sikap menjaga jarak tersebut dilakukan oleh Gus Yahya karena Cak Imin pernah berkonflik dengan Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, hingga Presiden ke-4 itu "terlempar" dari kepemimpinan PKB.
"Bahwa NU tidak mau lekat atau di tarik-tarik dengan PKB, karena ini dua kubu yang berbeda. Dulu Gus Yahya PKB versi Gus Dur, sedangkan yang sekarang yang berkuasa adalah PKB-nya Cak Imin," katanya kepada TIMES Indonesia, Selasa (8/8/2023).
Menurutnya, hubungan PBNU dan PKB ini tak sama dengan saat Kiai Said Aqil Siradj jadi nakhoda PBNU. Dimana, kelompok Said Aqil lebih condong politiknya kepada Cak Imin. Sedangkan Gus Yahya justru sebaliknya.
"Sebelum Gus Yahya yahya terpilih, NU dukung PKB gitu, ketika Kiai Said Aqil Siroj jadi Ketua Umum PBNU. Tapi setelah Gus Yahya jadi Ketua Umum PBNU, tidak mau di gabungkan dengan PKB begitu," jelasnya.
Dengan pernyataan Gus Yahya tersebut, lanjut Ujang, maka kemungkinan PKB akan berjuang mencari jalannya sendiri di Pemilu 2024 nanti. "Artinya PKB harus berjuang sendiri. Dengan cara PKB berjuang untuk terus masuk ke basis-basis NU kelas bawah atau kelas kultural begitu," ujarnya.
Merugikan PKB
Dosen Tetap Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) ini menyampaikan, problem yang terjadi dengan PBNU tersebut merugikan pihak PKB sebagai organisasi politik praktis.
"Secara umum memang merugikan, karena struktur PBNU itu kan besar ya, penting bagi PKB. Yang kita tahu bahwa PKB itu lahir dari rahim PBNU sejarahnya kan seperti itu, historisnya seperti itu," jelas Ujang.
"Tapi fakta dan kenyataan saat ini, karena dari kubu yang berbeda antara Gus Yahya dan Cak Imin, maka ketika PBNU yang di bawah kendali Gus Yahya, maka PKB-nya gak didukung," katanya.
Ia melihat, Gus Yahya tak akan berpaling kepada PKB-nya Cak Imin hingga kapanpun. Itu karena, Gus Yahya dalam sejarahnya satu gerbong dengan Gus Dur dan Yenny Wahid.
"Kalau misalkan PKB-nya kubu Yenny, baru Gus Yahya akan mendukung karena sama-sama satu kubu. Yenny dan Gus Yahya itu kan di kubu PKB Gus Dur dulu ketika kalah oleh Cak Imin ketika berkonflik," ujarnya.
Kuncinya Bersatu
Menurut Ujang, PKB dan NU dalam persoalan politik praktis adalah sangat potensial di Pemilu. Itu karena, dua organisasi tersebut memiliki massa yang sangat besar di Indonesia.
Nah, menurutnya, jika dua organisasi ini bisa satu dan jalan kembali, bukan tidak mungkin akan mendapatkan kemenangan yang besar di pesta demokrasi lima tahunan.
"Ya (kuncinya) berkompromi, bersilaturahmi, mereka kan keluarga besar NU, baik ada yang di PBNU maupun di PKB. Ya bersatu. Tetapi kan ini soal satu rumah hijau yang sedang berkonflik dari dulu. Perebutan PKB di masa lalu," ujarnya.
Menurutnya, konflik dua kubu tersebut terjadi hingga saat ini karena masih ada rasa tidak terima satu sama lain. "Ya tinggal silaturahmi saja, mereka yang satu rumah ya. Tinggal berkompromi saja, tinggal bersilaturahmi saja, hilangkan ego masing-masing itu saja," ujarnya. (*)
Apa Reaksi Anda?