Indonesia Perlu Mempersiapkan Sumberdaya Muslim yang Cinta Bangsa dan Berwawasan Global

Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid, menerima delegasi Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia Mesir atau PPMI Mesir. Dalam pertemuan tersebut, Hidayat Nur Wahid men ...

Juli 16, 2023 - 17:00
Indonesia Perlu Mempersiapkan Sumberdaya Muslim yang Cinta Bangsa dan Berwawasan Global

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid, menerima delegasi Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia Mesir atau PPMI Mesir. Dalam pertemuan tersebut, Hidayat Nur Wahid menekankan pentingnya mempersiapkan sumber daya muslim yang mencintai bangsanya dan memiliki wawasan global.

Dia juga mengungkapkan bahwa meningkatnya jumlah mahasiswa Indonesia yang belajar di luar negeri, termasuk di Mesir, merupakan bagian dari bonus demografi yang harus diapresiasi dan dimanfaatkan secara maksimal.

Negara Indonesia memberikan kesempatan untuk mengembangkan sumber daya manusia yang unggul, oleh karena itu kita harus menghargai dan terus meningkatkannya untuk memberikan manfaat bagi masa depan mereka dan Indonesia yang lebih baik.

Dalam era globalisasi ini, Hidayat Nur Wahid menekankan bahwa negara dengan visi yang kuat, sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945, memiliki kesempatan lebih besar untuk memaksimalkan peran anak bangsa, termasuk mahasiswa dan alumni yang berada di luar negeri. Mahasiswa memiliki peran yang semakin penting dalam menjadi sumber daya manusia yang memiliki pengaruh global.

Hal ini diungkapkan oleh Hidayat Nur Wahid dalam pertemuan di Ruang Kerja Wakil Ketua MPR, Gedung Nusantara III Lantai 9, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, pada Jumat (14/7/2023). Delegasi pimpinan PPMI Mesir yang hadir terdiri dari Auzi'na Azmal Umuur, Mufliha Ramadya, dan Bagas Ade.

Hidayat mengungkapkan perbedaan sejarah antara Indonesia dan Mesir. Mesir adalah negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia, tetapi pada awal berdirinya Republik Arab Mesir, terdapat hubungan yang kurang harmonis antara militer dan sipil.

"Sebaliknya, perjuangan kemerdekaan Indonesia dimulai oleh masyarakat sipil," ucapnya.

Tokoh-tokoh seperti Soekarno, Mohammad Hatta, Kahar Muzakir, K.H. Mas Mansur, K.H. Wahid Hasyim adalah tokoh-tokoh masyarakat sipil. Para anggota BPUPK dan Panitia Sembilan juga tidak memiliki latar belakang militer. Persiapan kemerdekaan Indonesia dilakukan oleh tokoh-tokoh sipil yang kemudian berjuang bersama dengan kalangan militer.

Hidayat melanjutkan dengan menyebutkan bahwa ketika Indonesia hampir dijajah kembali oleh Belanda melalui serangan di Surabaya, masyarakat sipil berhasil menggagalkan agresi tersebut. Meskipun tentara nasional Indonesia memiliki keterbatasan, (Jenderal) Soedirman, yang sebelumnya adalah seorang guru dan juga berlatar belakang sipil, mengusulkan kepada Bung Karno untuk meminta bantuan dari para kiai untuk melibatkan umat dalam melawan tentara Belanda.

Bung Karno setuju dengan usulan tersebut dan mengutus Roeslan Abdulgani untuk bertemu dengan K.H. Hasyim Asyári. K.H. Hasyim Asyári kemudian mengumpulkan ulama dari Jawa dan Madura, dan pada tanggal 22 Oktober 1945, dikeluarkan fatwa Resolusi Jihad. Fatwa ini mendorong munculnya generasi muda seperti Bung Tomo, Lasykar Santri, Laskar Kiai, dan sebagainya, yang berhasil menggagalkan agresi sekutu. Masyarakat sipil berhasil menyelamatkan Indonesia.

Hidayat menyatakan bahwa relasi harmonis antara Islam, negara, dan TNI di Indonesia tidak menghadapi masalah seperti negara otoriter atau militeristik, dan gerakan demokrasi dapat berkembang dengan baik. Ini karena hubungan sejarah yang harmonis tersebut perlu dijaga dan ditingkatkan.

"Untuk menjaga dan meningkatkan kualitas hubungan tersebut, bahwa perlu mempersiapkan sumber daya muslim yang mencintai bangsanya, memiliki wawasan global, dan mengglobal," ucapnya.

Hal ini bertujuan agar Indonesia tetap sesuai dengan jalur sejarahnya, mulai dari bagaimana Indonesia ada dan merdeka, hingga bagaimana Indonesia berhasil melewati pemberontakan PKI dan mengapa rakyat menginginkan reformasi. Semua ini dapat terealisasi melalui sumber daya manusia yang unggul dengan wawasan global. Hal ini dapat dilakukan oleh mahasiswa Indonesia yang tersebar di seluruh dunia, termasuk di Mesir.

Politisi Partai Keadilan Sejahtera ini menambahkan bahwa pemerintah Indonesia membuka peluang untuk mengembangkan potensi sumber daya manusia dari kalangan milenial dan generasi Z, dengan harapan bahwa bonus demografi dapat memberikan dampak positif dan konstruktif dalam menyambut Indonesia Emas pada tahun 2045.

Salah satu contohnya adalah pendirian Madrasah Aliyah Negeri Insan Cendekia Serpong pada tahun 1996 oleh Presiden Ketiga RI, B.J. Habibie, dan Madrasah Aliyah Negeri Program Keagamaan (MAN PK). Saat ini, MAN Insan Cendekia merupakan salah satu sekolah menengah atas terbaik di Indonesia berdasarkan UTBK 2022. MAN PK Pekalongan juga menempati peringkat ke-4 berdasarkan UTBK 2022.

Hidayat menyebutkan bahwa kedua sekolah tersebut merupakan contoh dari upaya negara dalam mengembangkan sumber daya manusia. Peluang ini tidak boleh disia-siakan, bahkan perlu dijaga dan ditingkatkan, untuk memberikan manfaat yang lebih luas bagi generasi bonus demografi dan masa depan Indonesia.

Hidayat memberikan pesan kepada PPMI Mesir untuk terus memaksimalkan potensi Timur Tengah dalam hal pengetahuan, sejarah, dan jaringan ilmiah. Negara kita memiliki visi yang kuat yang memungkinkan kita untuk memaksimalkan peran alumni luar negeri, termasuk dari Mesir.

"Oleh karena itu, jangan sia-siakan kesempatan ini. Persiapkan diri secara maksimal untuk memberikan kontribusi terbaik bagi kebaikan, kemajuan, dan kemakmuran bangsa dan negara," ucapnya. (*)

Apa Reaksi Anda?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow