Diskusi dan Kritik di Gelaran Peluncurkan Buku Cerpen Karya Kevin Alfirdaus

Acara bincang dan peluncuran buku sering kali menjadi wadah apresiasi bagi penulis sekaligus sarana promosi yang efektif. Namun, muncul pertanyaan, bagaimana idealnya sebuah acara seperti ini berlangsung?

Maret 14, 2025 - 14:00
Diskusi dan Kritik di Gelaran Peluncurkan Buku Cerpen Karya Kevin Alfirdaus

TIMESINDONESIA, BATU – Acara bincang dan peluncuran buku sering kali menjadi wadah apresiasi bagi penulis sekaligus sarana promosi yang efektif. Namun, muncul pertanyaan, bagaimana idealnya sebuah acara seperti ini berlangsung? Apakah wajar jika diskusi yang terjadi justru berisi kritik tajam yang dapat mempengaruhi penulis dan karyanya?

Hal ini terjadi dalam acara bincang dan peluncuran buku kumpulan cerpen Yang Hampir Redup di Setengah Jalan karya Kevin Alfirdaus, yang digelar pada Rabu, 12 Maret 2025, di Omah Diksi, Kota Batu.

Selama acara berlangsung, Kevin Alfirdaus, yang duduk bersama tiga pembicara, tampak seperti sedang menghadapi sidang skripsi. Tak jarang, para pembicara melontarkan koreksi dan kritik pedas terhadap karya yang baru saja diterbitkan.

Farhan, salah satu audiens yang hadir, bahkan meminta agar para pembicara juga menyampaikan sisi menarik dari buku tersebut.

"Ketimbang acara bincang buku, jujur, saya merasa ini seperti persidangan sastra," ujar Farhan dalam sesi tanya jawab. "Saya tidak mendapatkan hal yang asyik dari buku ini yang bisa membuat orang tertarik untuk membacanya."

Meski begitu, Kevin Alfirdaus justru menyambut baik kritik yang diberikan.

"Saya merasa, insight itu saya dapatkan dari kritik. Kritikan membangun akan membantu saya terus bertumbuh," ungkap Kevin.

Sementara itu, Musawir, salah satu pembicara, menyatakan bahwa pola diskusi seperti ini bukanlah hal baru.

"Inilah yang membuat komunitas sastra kecil seperti ini bertahan. Seperti di Jogja, tradisinya memang begitu," jelas Musawir.

Namun, di samping kritik yang membangun, strategi pemasaran juga tetap diperhatikan.

"Terkadang, acara bedah buku atau peluncuran buku diadakan dengan megah, menghadirkan tokoh bergelar untuk menarik perhatian. Itu bagian dari strategi marketing. Tapi ketika berbicara tentang sastra, yang menjadi tujuan utama adalah teks," tambah Musawir.

Kevin sendiri melihat acara ini sebagai ruang untuk bertumbuh. Alumni Universitas Negeri Malang ini memandang hubungan antara penulis dan pembaca sebagai dua sisi mata uang yang saling mempengaruhi.

"Pembaca adalah subjek yang membentuk ekosistem kreatif. Penulis bertumbuh karena bersinggungan dengan sekelilingnya. Seperti yang dikatakan Wahyu Kris, 'Penulis adalah pembaca yang menulis'," kata Kevin. (*)

Apa Reaksi Anda?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow