Jadi Orang Tua Asuh, ASN Banyuwangi Bergandengan Tangan Hadapi Kemiskinan

Semangat gotong royong dalam menangani kemiskinan terus berkobar di ujung Timur Pulau Jawa. Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, mendorong Aparatur Sipil Negara (ASN) un ...

Februari 1, 2024 - 15:00
Jadi Orang Tua Asuh, ASN Banyuwangi Bergandengan Tangan Hadapi Kemiskinan

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Semangat gotong royong dalam menangani kemiskinan terus berkobar di ujung Timur Pulau Jawa. Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, mendorong Aparatur Sipil Negara (ASN) untuk turut serta dalam gerakan "ASN Berbagi" dengan menjadi "orang tua asuh" bagi keluarga miskin.

Dalam gerakan ini, setiap ASN akan bertanggung jawab mengasuh sejumlah keluarga miskin yang terdaftar dalam data by name by address.

Bupati Ipuk menyampaikan bahwa gerakan ini merupakan bagian dari upaya untuk menggugah kepedulian ASN terhadap masalah sosial di sekitar mereka.

"Kami ajak mereka turun untuk berempati kepada warga miskin dan membantu penanganannya," kata Bupati Ipuk saat menyerahkan bantuan ASN Berbagi kepada keluarga Hariani, Kamis (1/2/2024).

ASN yang terlibat dalam gerakan ini setiap pekan membawa bahan makanan lauk pauk untuk diserahkan kepada keluarga miskin yang diasuhnya. Misalnya, minggu pertama membawa telur, minggu kedua membawa daging ayam, dan seterusnya.

Gerakan ASN Berbagi ini merupakan kelanjutan dari gerakan Hari Belanja yang rutin dilakukan oleh ribuan ASN hingga pegawai BUMN/swasta di Banyuwangi sejak tahun 2021, di setiap tanggal cantik tiap bulannya.

Menurut Bupati Ipuk, penanganan kemiskinan harus dilakukan secara holistik dan melibatkan banyak pihak, termasuk para ASN.

"Jumlah ASN di Banyuwangi sangat besar. Dengan melibatkan mereka, kami optimistis Banyuwangi bisa menurunkan angka kemiskinan di tahun 2024. Tentunya, keterlibatan pihak lainnya juga sangat kami harapkan," ungkap Ipuk.

Saat ini, angka kemiskinan Banyuwangi mencapai 7,34 persen, menjadi angka terendah dalam sejarah Banyuwangi.

Dalam program ASN Berbagi, para ASN juga diwajibkan untuk memonitor kondisi keluarga yang diasuh. Mereka harus melaporkan hasil kunjungan melalui aplikasi Smart Kampung, memperhatikan kondisi seperti apakah sebatangkara, kesehatan, pendidikan anak usia sekolah, penerimaan bantuan rutin dari pemerintah, serta kondisi rumah.

"Monitoring dan evaluasi menjadi kunci keberhasilan program ini. Dengan melibatkan teknologi seperti aplikasi Smart Kampung, kami berharap mendapatkan data yang akurat untuk memastikan bantuan yang tepat sasaran," kata Ipuk. (*)

Apa Reaksi Anda?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow