Dinas Peternakan Jatim Sudah Distribusikan 40 Ribu Dosis Vaksin Antrhax
Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur bergerak cepat mencegah penyakit Antrhax pada hewan ternak setelah beberapa waktu lalu muncul kasus di Bantul ...
TIMESINDONESIA, SURABAYA – Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur bergerak cepat mencegah penyakit Antrhax pada hewan ternak setelah beberapa waktu lalu muncul kasus di Bantul Yogyakarta.
Kepala Dinas Peternakan Pemprov Jatim Ir Indyah Aryani mengatakan, pihaknya terus meningkatkan kewaspadaan terutama dalam mengantisipasi penyebaran Antrhax melalui lalu lintas hewan ternak antar wilayah.
Antraks (Anthrax) sendiri merupakan penyakit hewan menular yang disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis. Antraks umumnya menyerang hewan herbivora seperti sapi, kambing, domba, dan lainnya serta dapat menular ke manusia.
"Antrax disebabkan oleh bakteri tetapi Zoonosis. Bisa menular dari ternak ke manusia. Ini yang bahaya karena kita interaksinya lalu lintas ya orangnya ya ternaknya ini kan cukup ramai. Dari Jateng, DIY ke Jatim termasuk orang ini kan juga bisa membawa bakteri yang ada di satu tempat ke tempat yang lain baik bakteri maupun virus," kata Indyah, Sabtu (26/8/2023).
Indyah menambahkan, penyebaran Antrhax juga dipengaruhi faktor lain seperti perubahan iklim, kondisi global dan lalu lintas internasional.
Kemunculan Antrhax dipengaruhi oleh pergantian musim seperti kondisi tanah kering dan berdebu sehingga membuat virus muncul ke permukaan. Virus Antrhax tidak mudah mati bahkan bisa hidup di tanah sampai seratus tahun dan bisa muncul kembali.
"Ini memang rawan," katanya.
Karena itulah perlu pengendalian komprehensif. Antara lain dengan meningkatkan security, disinfektan, pengendalian mikroorganisme di kandang ternak serta tidak mengonsumsi ternak sakit agar tidak menular ke orang.
"Cuaca yang tidak menentu ini justru menjadi pengaruh yang paling dominan menurut kami. Termasuk pengaruh efek rumah kaca, udara panas dingin pancaroba ini yang juga menjadi pengaruh tumbuh kembangnya bakteri dan virus timbul. Merupakan saat yang nyaman bagi pertumbuhan bakteri. Saat suhu, iklim dan kondisi ternak memungkinkan, bakteri ini akan muncul untuk menyerang," katanya.
Indyah menyebut jika Antrhax sendiri pernah terjadi sebanyak 1 kasus di Pacitan pada tahun lalu. Indyah memastikan tak ada temuan kasus baru pada tahun ini. Kendati demikian, Dinas Peternakan Jatim terus meningkatkan kewaspadaan.
"Pengendalian lalu lintas ternak juga menjadi kewaspadaan kita. Untuk KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) kita berikan edukasi kepada peternak-peternak kita sebagai early warning system terhadap PHMS (Penyakit Hewan Menular yang Strategis) yang berdampak secara ekonomi dan global," ucap Indyah.
Dinas Peternakan Jatim juga sudah mendistribusikan vaksin Antrhax di beberapa kabupaten. Terutama wilayah perbatasan antara Jatim dan Jateng.
"Itu sudah kita lakukan vaksinasi. Jumlahnya ada 40 ribu an dosis yang sudah kita distribusikan kepada wilayah -wilayah perbatasan yang sekiranya lalu lintasnya padat dari luar Jatim," ujarnya.
Sementara Kepala Pusvetma Dokter Hewan Edy Budi Susila menjelaskan, vaksin yang digunakan untuk pengendalian Antrax menggunakan produk buatan Pusvetma.
"Kami mempunyai kapasitas produksi cukup yang bisa digunakan untuk pengendalian Antrhax di Indonesia. Karena kasus Antrhax juga sifatnya sporadis dari satu tempat ke tempat lain tidak terlalu banyak dan ini masih bisa kita kendalikan," kata Edy.
Sebagaimana diketahui, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur bergerak cepat mencegah penyakit Antrhax pada hewan ternak setelah beberapa waktu lalu muncul kasus di Bantul Yogyakarta.
Kepala Dinas Peternakan Jatim Ir Indyah Aryani mengatakan, pihaknya terus meningkatkan kewaspadaan terutama dalam mengantisipasi penyebaran Antrhax melalui lalu lintas hewan ternak antar wilayah dan juga distribusi vaksin di kabupaten perbatasan Jatim dan Jateng. (*)
Apa Reaksi Anda?