Bebatuan di Kawasan Wisata Ijen Bondowoso Ini Awalnya Lahar Panas
Pernah datang ke destinasi wisata alam di kawasan Ijen Kabupaten Bondowoso? Seperti Kawah Wurung ...
TIMESINDONESIA, BONDOWOSO – Pernah datang ke destinasi wisata alam di kawasan Ijen Kabupaten Bondowoso? Seperti Kawah Wurung, Lava Plalangan, Aliran Sungai Kalipait dan sejumlah destinasi lainnya.
Di Kawah Wurung, selain disuguhkan padang ilalang, pengunjung akan mendapati bebatuan yang bertumpuk seperti bukit-bukit kecil.
Begitu juga ketika di Aliran Sungai Kalipait. Terdapat bebatuan dengan permukaan yang lebih halus dibandingkan dengan bebatuan yang ada di Kawah Wurung.
Batu-batu andesit semakin mudah ditemui jika anda berkunjung ke geologi Aliran Lava Plalangan di antara Desa Kalianyar dan Desa Sempol Kecamatan Ijen Kabupaten Bondowoso.
Batu-batu di lokasi tersebut berwarna gelap dengan permukaan yang sangat tajam. Anda akan disuguhkan hamparan bebatuan yang sangat indah.
Aliran Lava Plalangan sangat strategis. Yakni berada di dekat jalan raya utama Kecamatan Ijen dengan lokasi lebih tinggi.
Aliran Lava Plalangan dikelilingi Dinding Kaldera Ijen Purba yang terhampar dari Barat ke Timur sepanjang 12 kilometer dengan luas 10.51 km2 membentang dari Gunung Anyar sampai Blawan.
Batu-batu di sejumlah lokasi di atas ternyata adalah lava atau lahar panas akibat proses vulkanisme Gunung Ijen Purba sekitar ratusan ribu tahun lalu.
Kemudian lahar panas tersebut mengalami pendinginan, dan akhirnya membeku berbentuk bebatuan seperti saat ini.
Secara makroskopik, Aliran Lava berwarna kehitaman, vesikuler, bertekstur AA, dan berasal dari material erupsi Gunung Anyar (Jabal Kirmit).
Aliran Lava menunjukkan karakter dominan batuan cenderung Basalt-Andesit Basaltik yang lebih dikenal dengan nama Black Lava.
Tenaga Ahli Budaya dan Pendidikan Masyarakat pada Pengurus Harian Ijen Geopark (PHIG), Hosnul Wahid mengatakan, proses terbentuknya wisata alam Ijen diawali sejak ratusan ribu tahun lalu.
Kawasan Ijen merupakan gunung api aktif yang dikenal dengan Gunung Ijen Purba. Kemudian mengalami ledakan dahsyat dan memuntahkan lahar dan bebatuan panas.
Lontaran material ledakan Gunung Ijen Purba lebih condong ke utara hingga ke Klabang dan Kecamatan Cermee. salah satu buktinya adalah Batu So'on Solor.
Menurutnya, berdasarkan ahli geologi, Gunung Ijen Purba diperkirakan memiliki ketinggian 3.500 Mdpl (meter di atas permukaan laut).
Kemudian Gunung Ijen Purba mengalami ledakan dahsyat sekitar 300.000 hingga 50.000 tahun lalu.
Ledakan tersebut terjadi dalam beberapa tahap. Hingga lava di dapur magma terus berkurang yang mengakibatkan Gunung Ijen Purba ambrol dan membentuk kaldera berdiameter 18 kilometer.
Akibat ledakan itu, kemudian muncul 22 anak gunung di Kawasan Ijen. Saat itu pula proses vulkanisme masih terus berlangsung.
"Anak gunung tersebut juga mengalami erupsi dan memuntahkan lahar panas," kata Wahid.
Salah satunya Gunung Anyar, yang memuntahkan aliran lahar panas, dan mengalir hingga ke Kawah Wurung dan Plalangan.
Kemudian lava cair tersebut mengalami pendinginan dan membeku, berbentuk batu seperti yang anda lihat saat ini.
Bebatuan di Kawah Wurung dan Plalangan memiliki permukaan kasar, karena proses pendinginannya lebih cepat.
"Saat pendinginan masih ada sisa-sisa gas di dalam dan meletup. Makanya menyisakan lubang dan permukaannya tajam," jelas dia.
Kondisi ini berbeda dengan permukaan batu di aliran sungai Kalipait yang cenderung lebih halus. "Karena proses pendinginannya lebih lama dan perlahan," kata dia. (*)
Apa Reaksi Anda?