Awas Pedofil di SMA Favorit Bondowoso, Korban Mulai Angkat Bicara
Sekolah favorit tidak menjamin anak-anak sepenuhnya aman dari kejahatan pedofilia atau kekerasan seksual pada anak. Seperti yang terjadi di Kabupaten Bondowoso, Jawa Timu ...
TIMESINDONESIA, JAKARTA – Sekolah favorit tidak menjamin anak-anak sepenuhnya aman dari kejahatan pedofilia atau kekerasan seksual pada anak. Seperti yang terjadi di Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur.
Salah seorang alumnus SMA favorit di Bondowoso, Ranti (nama samaran) mengaku menjadi salah satu korban pelecehan seksual selama menempuh pendidikan di sekolah tersebut.
Pelakunya adalah Abang, begitu siswa menyebut sapaan familiar pelaku. Pedofil yang diduga telah memakan puluhan korban tersebut ternyata adalah pak kebun yang berstatus seorang ASN (Aparatur Sipil Negara).
Pada TIMES Indonesia Ranti menyebutkan, selain sebagai pak kebun palaku juga sering membantu kegiatan di UKS (Usaha Kesehatan Sekolah).
Meskipun pelecehan yang dialaminya sudah bertahun-tahun, tetapi trauma dan rasa takut masih terus menghantui Ranti. Padahal ia sekarang juga sudah berkeluarga.
Ia pun memutuskan membuka ini ke publik setelah beberapa korban lain juga memberikan pengakuan serupa dengan apa yang dialaminya. Ranti juga tidak ingin adik-adiknya menjadi korban dari kejahatan pedofil tersebut.
Ia sendiri menjadi korban pelecehan seksual pada Tahun 2012. Kala itu kejadiannya di UKS, dengan modus si pelaku mengaku bisa mengobati.
Memanfaatkan situasi yang sepi dan korban dalam kondisi tidak sadarkan diri karena pingsan, pelaku kemudian mulai memijat bagian kepala korban.
Setelah itu pelaku mulai memijat kaki korban. Tapi lama-kelamaan naik ke betis, lalu pindah ke paha. Tidak berhenti hanya di situ, pelaku kemudian menggeser tangannya ke area vital korban.
"Lama-lama kok tangannya naik. Naik ke betis, naik ke paha, lama-lama sampek ke kemaluan, " kata dia saat dikonfirmasi, Rabu (27/3/2024).
Kala itu ia tidak tahu kalau perlakuan ASN tersebut masuk kategori pelecehan seksual. Ranti pun mengaku takut untuk bercerita kepada orang tua, akhirnya dipendamnya seorang diri.
Setelah bertahun-tahun memendam rasa marah dan trauma, pada Juli 2022 dia memberanikan diri curhat ke teman-teman alumni yang lain melalui grup WA.
Ternyata banyak alumnus yang menghubunginya dan mengaku pernah mendapatkan perlakuan serupa. "Malah ada yang lebih parah dari saya," jelas dia.
Masih menurut Ranti berdasarkan pengakuan salah seorang korban bernama Bunga (nama samaran), bahwa kala itu Bunga kesurupan. Si pelaku kemudian menawarkan diri untuk melakukan ruqyah dan mengusir jin dari tubuh Bunga.
Modus kejahatannya pun dimulai, dimana Bunga dibawa ke musala sekolah. Di sanalah pelaku diduga melakukan aksi bejatnya.
Pelaku berpura-pura menjadi ahli supranatural yang bisa mengusir jin. Dengan alasan jin-nya akan masuk melalui alat vital, si pelaku dengan leluasa memainkan kemaluan Bunga.
"Tangan si Abang ini masuk ke lubang mis V-nya, sampai hymen (selaput darah) robek. Sampai dia tidak bisa pipis berhari-hari, " kata Ranti berdasarkan pengakuan Bunga.
Menurut Ranti, sudah ada sekitar 30 korban yang curhat kepadanya dan mengaku mendapatkan perlakuan tak senonoh dari pedofil tersebut. Mereka yang curhat adalah lulusan 2006 hingga lulusan 2015.
Sementara pelaku yang diceritakan para korban adalah satu orang yang sama, dan kejadiannya kebanyakan di UKS. "Yang lapor (ngadu) sekitar 30, lain di luar yang diam aja yang gak ngomong," terang dia.
Hingga kini Ranti mengaku masih merasa takut jika bertemu dengan pelaku. “Karena trauma ya mas,” imbuh dia dengan nada gemetar.
Ranti dan korban yang lain menginginkan agar pelaku dikeluarkan dari sekolah. Berdasarkan kabar yang ia terima, pelaku sudah dipindah ke Cabang Dinas Pendidikan Jawa Timur di Bondowoso. Namun belakangan, pelaku didapati masih sering ada di sekolah. “Ternyata kok ada di sekolah lagi. Itu yang bikin kaget,” sesalnya.
Kami pun mencari informasi terkait keberadaan diduga pelaku pedofilia tersebut. Salah seorang narasumber kami yang juga seorang wali siswa inisial S menjelaskan, rumah pelaku memang tidak jauh dari sekolah.
“Kabarnya pelaku ini masih kerja di sekolah dan diberikan untuk jaga shift malam agar tidak ketahuan,” kata dia singkat saat kami temui.
Sementara Kepala Sekolah SMA 2 Bondowoso, Jarimin menjelaskan, diduga pelaku pelecehan seksual tersebut adalah seorang ASN. Tetapi sudah diberhentikan dari SMA 2 dan dalam pembinaan Cabang Dinas Pendidikan.
Ia sendiri mengaku tidak tahu soal dugaan pelecehan seksual tersebut. Sebab kejadiannya berlangsung sebelum dirinya menjabat di SMA 2. “Jadi sudah lama, saya tidak tahu peristiwanya,” imbuh dia.
Ia membantah, diduga pelaku pelecehan seksual tersebut bekerja lagi di SMA 2. Sebab yang bersangkutan telah dirumahkan. Meskipun demikian kata dia, yang bersangkutan tidak dipecat dan tetap sebagai ASN. Apalagi sekolah tidak memiliki kewenangan untuk memecat.
“Gini loh, pecat ini kan gak bisa wong ASN ini kan prosesnya panjang. Lewat pembinaan Cabang Dinas,” terang dia.
Namun di sisi lain kata dia, karena yang bersangkutan masih ASN aktif, sehingga urusan administrasi kadang-kadang masih berurusan dengan sekolah. “Tapi di bawah kendali Cabang Dinas,” terang Jarimin. (*)
Apa Reaksi Anda?