Akademisi UWG Malang Motori Seruan Luhur untuk Pemilu yang JURDIL
Dr Purnawan Dwikora Negara SH MH, Zulkarnain, SH MH, Dr Solehoddin SH MH, bersama puluhan akademisi dan gabungan masyarakat Malang Raya
TIMESINDONESIA, MALANG – Dr Purnawan Dwikora Negara SH MH, Zulkarnain, SH MH, Dr Solehoddin SH MH, bersama puluhan akademisi dan gabungan masyarakat Malang Raya, menggelar aksi protes di Bundaran Tugu, Malang pada Senin (5/2/2024). Protes ini disampaikan sebagai bentuk kecaman terhadap minimnya moral dan etika yang dianggap kurang diperhatikan oleh pemimpin negara.
Aksi yang dihadiri oleh dosen lintas kampus, para wakil rektor sejumlah perguruan tinggi swasta, dan perwakilan elemen masyarakat sipil ini, dilakukan dengan membacakan sikap dari akademi lintas perguruan tinggi. Seruan bersama dari 86 elemen masyarakat sipil dan akademisi ini dinamakan "Seruan Luhur" sebagai bentuk peringatan terhadap hilangnya etika dan moral dalam kepemimpinan negara.
Purnawan Dwikora Negara, perwakilan akademisi Malang Raya dari Universitas Widyagama Malang, menjelaskan bahwa aksi ini dilandasi oleh kekecewaan terhadap hilangnya moral dan etika yang seharusnya menjadi contoh dari para pemimpin negara. Dia menyatakan bahwa selama ini masukan-masukan dari forum akademisi tidak pernah didengarkan, sehingga akademisi dan masyarakat memutuskan untuk turun ke jalan sebagai bentuk protes.
Menurut Dwikora Negara, etika moral merupakan landasan pada perundang-undangan Tap MPR RI No.VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa. Dia menegaskan bahwa Indonesia mengalami krisis keteladanan, krisis etika, krisis hukum, dan krisis multidimensi. Runtuhnya etika berbangsa dapat membawa akibat pada runtuhnya bangsa tersebut.
Dosen Fakultas Hukum Universitas Widyagama Malang ini menambahkan bahwa etika dalam kehidupan berbangsa mengedepankan nilai-nilai seperti kejujuran, amanah, keteladanan, sportivitas, disiplin, etos kerja, kemandirian, sikap toleransi, rasa malu, tanggung jawab, serta menjaga kehormatan dan martabat diri sebagai warga bangsa. Dia juga menyoroti gejala kemunduran dalam pelaksanaan etika kehidupan berbangsa, terutama praktik penyalahgunaan kewenangan dan kekuasaan.
Seorang ibu rumah tangga, Happy Budi Febriasi, juga ikut angkat bicara dalam aksi protes ini. Menurutnya, pemimpin negara yang kehilangan etika akan memberikan contoh buruk kepada generasi penerus bangsa. Ia menyayangkan praktik KKN yang dilakukan dengan telanjang dan kasar, yang menunjukkan kurangnya moralitas pemimpin yang dipilih oleh masyarakat.
Aksi ini merupakan bagian dari rangkaian protes menolak pembungkaman demokrasi dan berkurangnya etika moral yang dilakukan oleh Presiden Republik Indonesia Jokowi dan beberapa pejabat negara. Masyarakat Malang Raya, termasuk akademisi, mengancam akan menggelar reformasi jilid dua jika minimnya moralitas dan etika terus berlanjut. (*)
Apa Reaksi Anda?