Tingkatkan Nilai Tambah dan Gizi, BBPP Ketindan Latih Penyuluh Pertanian Tuban
Guna meningkatkan nilai gizi dan pendapatan petani, Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan bekerja sama dengan Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (D ...
TIMESINDONESIA, MALANG – Guna meningkatkan nilai gizi dan pendapatan petani, Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan bekerja sama dengan Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKP2P) Kabupaten Tuban melaksanakan Pelatihan Pekarangan Pangan Lestari (P2L) pada awal Juni 2023. Salah satu materi yang disampaikan pada pelatihan tersebut adalah Materi Pengolahan Hasil Berbahan Lokal. Topik tersebut sangat penting untuk disampaikan dalam kurikulum pelatihan karena diharapkan setelah mengikuti pembelajaran peserta mampu mengolah bahan lokal yang selanjutnya dapat disampaikan kepada petani binaan penerima manfaat Program P2L Kementerian Pertanian.
Kementerian Pertanian dalam merespon permasalahan krisis pangan global, telah mengimplementasikan kebijakan diversifikasi pangan, optimalisasi produktivitas, hingga smart farming.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) menekankan agar terus meningkatkan berbagai produksi pertanian dalam negeri, hingga penguatan cadangan, sistem logistik pangan, dan mengurangi impor produk pertanian seperti gandum.
Pada kegiatan pembelajaran di Laboratorium Pengolahan Hasil BBPP Ketindan, Murdani yang merupakan Widyaiswara Bidang Pengolahan Hasil Pertanian menyampaikan bahwa melalui kegiatan pengolahan berbahan lokal ini diharapkan nilai pola pangan harapan (PPH) masyarakat Kabupaten Tuban semakin meningkat. “Tidak hanya untuk memperbaiki gizi keluarga, namun juga dapat meningkatkan pendapatan rumah tangga petani”, jelasnya.
Berdasarkan hasil analisis dan penyusunan neraca bahan makanan Kabupaten Tuban Tahun 2022 yang dilaksanakan oleh DKP2P Kabupaten Tuban bekerjasama dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Institut Pertanian Bogor (LPPM-IPB), ketersediaan pangan di Kabupaten Tuban pada Tahun 2022 secara kuantitas dan kualitas sudah baik dan cukup beragam. Capaian kuantitas dan kualitas ketersediaan pangan Kabupaten Tuban tahun 2022 sudah melebihi target dari tahun 2021 yaitu ketersediaan energi 2.750 kkal/kap/hari dengan skor PPH 87,5 menjadi 2.841 kkal/kap/hari dengan skor PPH (88,8) pada tahun 2022.
Walaupun telah mencapai target, namun DKP2P Kabupaten Tuban terus berupaya mencapai program ketahanan pangan berbasis potensi dan keuanggulan lokal yang berdaya saing dalam rangka mendukung peningkatan pembangunan ekonomi dan sumberdaya manusia di wilayahnya. Secara nasional, sasaran Skor PPH ideal yaitu 100% sesuai dengan bobotnya masing-masing. Di tahun 2022 Skor PPH Nasional mencapai 92,9 di atas target 92,8. Sementara target Skor PPH Nasional tahun 2024 sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yaitu 95,2. Tentu saja walaupun sudah terjadi peningkatan PPH di Kabupaten Tuban, namun angka tersebut masih berada di bawah target nasional sehingga masih harus terus ditingkatkan.
Melalui capaian PPH yang ideal, Presiden Jokowi berharap persoalan gizi buruk dan stunting dapat segera diatasi. BBPP Ketindan melalui program pelatihannya juga terus membangun sinergi dan kolaborasi bersama berbagai pihak baik pemerintah daerah, akademisi, pelaku usaha, komunitas, hingga peran media massa, salah satunya ialah melalui Program Pelatihan P2L.
Dedi Nursyamsi sebagai Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian mengatakan, berbagai upaya dilakukan untuk ketersediaan pangan.
“Untuk menyediakan pangan dan kebutuhan masyarakat, Kementan terus menggerakkan pemanfaatan pekarangan masyarakat. Peran penyuluh penting agar mengedukasi masyarakat untuk mulai mengisi waktu luang dengan bercocok tanam mengembangkan pertanian urban farming," jelas Dedi Nuryamsi.
Ahmad Dedy Syathori sebagai Widyaiswara Bidang Penyuluhan Pertanian BBPP Ketindan juga menyampaikan bahwa sebagai penyuluh pertanian, hal yang paling penting dilakukan oleh penyuluh pertanian adalah menggugah minat petani untuk dapat mengimplementasikan program P2L ini di lingkungan sekitarnya.
Sementara itu, Nining Hariyani sebagai Widyaiswara Bidang Sosial Ekonomi Pertanian juga menambahkan bahwa nilai tambah dari produk olahan harus dihitung nilai input dan outputnya, agar dapat diketahui kelayakan finansial sebuah usaha. Bila usaha ini dapat dikembangkan oleh masyarakat, maka bukan mustahil selain mampu meningkatkan kesejahteraan keluarga petani kasus stunting akan semakin berkurang. (*)
Apa Reaksi Anda?