Tiga Risiko yang Berpotensi Hambat Indonesia Emas 2045?

Jakarta – Bonus demografi menjadi momentum penting bagi Pemerintah Indonesia untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045. Tingginya usia produktif penduduk yang mencapai 68,3% pada 2030 mendatang berpotensi besar dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional. Lantas, apa saja tantangan yang dapat menghambat produktivitas generasi emas?Ketua Masyarakat Sadar Risiko Indonesia (MASINDO), Dimas Syailendra, menjelaskan ada tiga jenis tantangan yang berpotensi mengancam produktivitas generasi emas, yakni risiko kesehatan, lingkungan, dan sosial. Terkait risiko kesehatan, penyakit kronis dan gaya hidup tidak sehat dapat mengurangi daya kerja individu. Contohnya, kebiasaan mengonsumsi produk-produk dengan risiko kesehatan yang tinggi seperti minuman berpemanis, alkohol hingga rokok.Dari aspek risiko lingkungan, lanjut Dimas, perubahan iklim hingga pencemaran lingkungan berpotensi merusak sumber daya alam. Adapun risiko sosial mencakup ketimpangan pendapatan, pengangguran, dan kurangnya akses pendidikan berkualitas yang dapat memperlebar kesenjangan kompetensi dalam masyarakat.“Semua risiko ini dapat menghambat produktivitas dan pertumbuhan ekonomi Indonesia secara jangka panjang,” ucap Dimas.Untuk mengantisipasi ketiga risiko tersebut, Dimas menyuarakan pentingnya membangun budaya sadar risiko di masyarakat. Misalnya dalam risiko kesehatan, masyarakat dapat beralih menggunakan produk-produk dengan tingkat risiko yang lebih rendah, seperti minuman rendah gula dan produk tembakau alternatif, seperti rokok elektronik dan produk tembakau yang dipanaskan.“Masyarakat seharusnya mendapatkan akses informasi akurat soal faktor pengurangan risiko dan kajian ilmiah dari produk-produk alternatif yang terbukti secara kajian ilmiah memiliki risiko yang lebih rendah. Salah satu alasan didirikannya MASINDO adalah untuk mempermudah akses atas informasi yang penting tersebut,” kata Dimas.Dalam tiga tahun terakhir ini, Dimas mengatakan, MASINDO berperan aktif dalam meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya membangun budaya sadar risiko. MASINDO menjalankan ragam program edukasi, pelatihan, dan kampanye kepada berbagai kelompok masyarakat. MASINDO juga bersinergi dengan pemerintah dan organisasi non-pemerintah dalam mempromosikan praktik terbaik untuk kehidupan yang lebih ideal.“Melalui upaya yang dilakukan selama ini, MASINDO berharap generasi produktif menjadi pelopor dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045. Dengan memanfaatkan bonus demografi secara efektif dan bertanggung jawab, serta mengadopsi pendekatan yang sadar risiko dalam segala aspek kehidupan, generasi ini dapat membantu Indonesia mencapai potensi sepenuhnya sebagai negara yang maju, inklusif, dan berkelanjutan,” tutup Dimas.

Juni 21, 2024 - 16:30
Tiga Risiko yang Berpotensi Hambat Indonesia Emas 2045?

Bonus demografi menjadi momentum penting bagi Pemerintah Indonesia untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045. Tingginya usia produktif penduduk yang mencapai 68,3% pada 2030 mendatang berpotensi besar dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional. Lantas, apa saja tantangan yang dapat menghambat produktivitas generasi emas?

Jakarta – Bonus demografi menjadi momentum penting bagi Pemerintah Indonesia untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045. Tingginya usia produktif penduduk yang mencapai 68,3% pada 2030 mendatang berpotensi besar dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional. Lantas, apa saja tantangan yang dapat menghambat produktivitas generasi emas?

Ketua Masyarakat Sadar Risiko Indonesia (MASINDO), Dimas Syailendra, menjelaskan ada tiga jenis tantangan yang berpotensi mengancam produktivitas generasi emas, yakni risiko kesehatan, lingkungan, dan sosial. Terkait risiko kesehatan, penyakit kronis dan gaya hidup tidak sehat dapat mengurangi daya kerja individu. Contohnya, kebiasaan mengonsumsi produk-produk dengan risiko kesehatan yang tinggi seperti minuman berpemanis, alkohol hingga rokok.

Dari aspek risiko lingkungan, lanjut Dimas, perubahan iklim hingga pencemaran lingkungan berpotensi merusak sumber daya alam. Adapun risiko sosial mencakup ketimpangan pendapatan, pengangguran, dan kurangnya akses pendidikan berkualitas yang dapat memperlebar kesenjangan kompetensi dalam masyarakat.

“Semua risiko ini dapat menghambat produktivitas dan pertumbuhan ekonomi Indonesia secara jangka panjang,” ucap Dimas.

Untuk mengantisipasi ketiga risiko tersebut, Dimas menyuarakan pentingnya membangun budaya sadar risiko di masyarakat. Misalnya dalam risiko kesehatan, masyarakat dapat beralih menggunakan produk-produk dengan tingkat risiko yang lebih rendah, seperti minuman rendah gula dan produk tembakau alternatif, seperti rokok elektronik dan produk tembakau yang dipanaskan.

“Masyarakat seharusnya mendapatkan akses informasi akurat soal faktor pengurangan risiko dan kajian ilmiah dari produk-produk alternatif yang terbukti secara kajian ilmiah memiliki risiko yang lebih rendah. Salah satu alasan didirikannya MASINDO adalah untuk mempermudah akses atas informasi yang penting tersebut,” kata Dimas.

Dalam tiga tahun terakhir ini, Dimas mengatakan, MASINDO berperan aktif dalam meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya membangun budaya sadar risiko. MASINDO menjalankan ragam program edukasi, pelatihan, dan kampanye kepada berbagai kelompok masyarakat. MASINDO juga bersinergi dengan pemerintah dan organisasi non-pemerintah dalam mempromosikan praktik terbaik untuk kehidupan yang lebih ideal.

“Melalui upaya yang dilakukan selama ini, MASINDO berharap generasi produktif menjadi pelopor dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045. Dengan memanfaatkan bonus demografi secara efektif dan bertanggung jawab, serta mengadopsi pendekatan yang sadar risiko dalam segala aspek kehidupan, generasi ini dapat membantu Indonesia mencapai potensi sepenuhnya sebagai negara yang maju, inklusif, dan berkelanjutan,” tutup Dimas.

Apa Reaksi Anda?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow