Teruji untuk Industri Indonesia, Honeywell Hadirkan Teknologi Penangkapan Karbon Dioksida
Honeywell hari ini mengumumkan kesiapannya untuk mendukung industri beremisi tinggi dengan serangkaian teknologi dan solusi penangkapan karbon, atau CCUS
TIMESINDONESIA, JAKARTA – Honeywell hari ini mengumumkan kesiapannya untuk mendukung industri beremisi tinggi dengan serangkaian teknologi dan solusi penangkapan karbon, atau CCUS (Carbon Capture, Utilization and Storage). Indonesia adalah negara pertama di Asia Tenggara yang menerapkan kerangka peraturan pemerintah untuk mendorong penangkapan, penyimpanan, dan penggunaan karbon dioksida hingga pengunaannya.
Teknologi dan solusi CCUS yang dihadirkan Honeywell fokus pada manajemen emisi industri-industri beremisi tinggi seperti minyak dan gas, energi, baja, semen, kilang, bahan kimia, dan petrokimia. Dengan teknologi CCUS Honeywell, industri dapat mendeteksi, mengukur, memantau, dan memitigasi lebih dari 20 gas rumah kaca. Saat ini, perusahaan-perusahaan mancanegara yang menggunakan teknologi CCUS Honeywell sanggup menangkap 40 juta ton CO2 per tahun, atau setara dengan emisi lebih dari 8,6 juta mobil.
Teknologi dan solusi CCUS dari Honeywell antara lain, pelarut kimia seperti AmineGuard™ Process, AmineGuard™ FS Process, and Benfield ACT-1: Teknologi ini menangkap CO2 dengan beragam pelarut seperti monoethanolamine.
Selain itu, teknologi dan solusi CCUS dari Honeywell juga sebagai pelarut seperti Selexol™ Process: Teknologi ini menangkap CO2 dengan menggunakan material penyerap (adsorbent).
Juga, sebagai proses kriogenik, dan penggunaan membrane seperti sistem Separex™ dan Fraksinasi CO2 Ortloff: Teknologi Kriogenik menangkap CO2 dengan mendinginkan dan mengeringkan gas buangan industri, sedangkan teknologi membran menangkap CO2 dengan cara pelarutan dan pembauran melalui filter pemisah yang solid.
Kata Steven Lien, Presiden Honeywell Asia Tenggara dan Chief Commercial Officer High Growth Regions, teknologi Honeywell siap untuk menangkap emisi karbon dioksida dari proses industri dan menyimpannya di bawah tanah agar dapat digunakan untuk beragam aplikasi, seperti pengambilan minyak bumi atau menjadi bahan baku untuk produksi bahan bakar sintetis yang berkelanjutan.
"Penangkapan karbon sebelum atau sesudah proses pembakaran industri dapat membantu mengurangi efek gas rumah kaca dan mendukung transisi ke ekonomi rendah karbon," ucap Steven Lien, di Jakarta, Senin (31/7/2023).
Indonesia memiliki banyak industri penyumbang CO2, seperti pembangkit listrik yang menggunakan batu bara, pabrik pengolahan gas alam, kilang minyak, serta pabrik kimia. Dengan banyaknya formasi geologi di penjuru Indonesia yang berpotensi menjadi lokasi penyimpanan karbon dioksida yang ditangkap, beberapa proyek telah dimulai dan sebagian besar ditargetkan untuk mulai beroperasi sebelum tahun 2030.
Sementara Staf Ahli Ketua SKK Migas Dr. Luky Yusgiantoro menyebut, Indonesia memiliki formasi geologi yang dapat digunakan untuk menyimpan karbon secara permanen dengan menggunakan teknologi yang tepat.
"Dekarbonisasi industri hulu dan berat merupakan langkah penting untuk mewujudkan target Net Zero Emission Indonesia pada tahun 2060. PP ESDM 2/2023 bertujuan untuk memotivasi dan memfasilitasi industri hulu di Indonesia untuk mengurangi emisi karbon. SKK Migas akan terus berperan aktif dalam penerapan CCS/CCUS di Indonesia di wilayah kerja industri hulu migas," tutur Dr. Luky Yusgiantoro.
Senada, Sofia Subur, Country Manager UOP Indonesia menyampaikan, industri berat Indonesia lainnya juga bisa memulai pengurangan emisi gas rumah kaca dengan menggunakan teknologi yang sesuai dengan skala dan kesiapan operasional mereka.
"Teknologi-teknologi Honeywell yang siap mendukung termasuk Leak detection & Remediation. Dengan menerapkan teknologi dan solusi yang tepat bagi bisnis mereka, industri berat non-hulu dapat mengurangi emisi CO2 mereka sekarang," imbuhnya.
Teknologi-teknologi Honeywell lainnya yang dapat membantu Indonesia mencapai Net Zero Emission pada tahun 2060 termasuk: Blue Hydrogen via penangkapan CO2; Sumber daya energi terbarukan (Renewable Fuels) yang dibuat dari e-methanol/ethanol, biomassa serta lemak, minyak, pelumas: Baterai penyimpanan daya (Battery Energy Storage System); dan pendauran plastik (Plastics Circularity) yang menggunakan proses kimia canggih. (*)
Apa Reaksi Anda?