Tak Hanya Kuasai Teknologi, Petani Milenial Perlu Bekal Kelola Pemasaran
Sektor pertanian merupakan sumber pangan utama bagi seluruh umat manusia. Guna memenuhi kebutuhan pangan tersebut, maka perlu adanya faktor pengungkit produktivitas seper ...
TIMESINDONESIA, BATU – Sektor pertanian merupakan sumber pangan utama bagi seluruh umat manusia. Guna memenuhi kebutuhan pangan tersebut, maka perlu adanya faktor pengungkit produktivitas seperti inovasi teknologi, pemenuhan sarana dan prasarana, dukungan kebijakan pemerintah, pemanfaatan kearifan lokal (local wisdom) dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) pertanian.
Salah satu faktor pengungkit yang paling penting adalah kapasitas SDM pertanian perlu ditingkatkan tidak hanya dalam penguasaan inovasi teknologi pertanian, namun juga bekal keterampilan dalam memasarkan produk pertanian. Setinggi apapun teknologi yang digunakan maka pemasaran merupakan hal penting yang tidak boleh dilupakan.
Selama ini banyak orang berpikir bahwa kegiatan pemasaran adalah penjualan, padahal itu adalah bagian kecil dari kegiatan pemasaran. Kegiatan pemasaran dimulai dengan kegiatan merencanakan pasar terkait produk apa yang dibutuhkan pasar, menciptakan produk, menentukan harga, promosi dan distribusi produk.
Guna memberikan pembekalan petani milenial dalam penguasaan materi pemasaran dan meningkatkan jiwa kewirausahaan, Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan mengajak 17 orang peserta pelatihan long term training “project enhanching millenial farmers by adopting K-Smart Technology in Indonesia melakukan kunjungan lapangan ke Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) Bumiaji Sejahtera Batu, pada Rabu(13/12/2023) lalu.
Sesuai dengan arahan Kepala BPPSDMP Dedi Nursamsyi pada kesempatan yang lain bahwa, "Intinya smart farming adalah pertanian cerdas, dilakukan oleh orang yang cerdas, cara yang cerdas dengan mengadopsi teknologi, dan yang paling penting petani harus menguasai pasar.”
Ketua P4S Bumiaji Sejahtera Batu Rahmad Hardiyanto mengatakan sebelum petani menerapkan smart farming maka harus menjadi smart farmer dan mampu membangun ekosistem bisnis. Petani milenial juga harus menghitung estimasi produktivitas berapa kg/tanaman, harga pokok penjualan (HPP), estimasi modal yang dibutuhkan dan rencana keuntungan yang akan diperoleh.
“Strategi pemasaran sangat penting untuk dilakukan. Secara harfiah, manusia diciptakan pintar bertransaksi, hanya saja mereka terbiasa memposisikan diri sebagai konsumen bukan produsen. Terdapat 7 bauran pemasaran yaitu product, priice, place, promotion, people, physical evidence dan process, namun semua itu tidak boleh hanya dijadikan teori tapi harus diterapkan dengan benar. Jangan sampai jadi petani itu merasa rugi dan bisnis pertanian itu kalau ditekuni pasti sukses, ketika mempunyai business plan yang jelas” jelas Hardi. (*)
Apa Reaksi Anda?