Suaidah: Gabung Program JKN, Layaknya Sedia Payung Sebelum Hujan
Hampir satu dekade program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) berjalan, sudah 248 juta lebih penduduk Indonesia terdaftar sebagai peserta. Tidak terkecuali Suaidah (54), salah satu warga Jember yang telah terdaftar sebagai peserta JKN bersama kedua anaknya.
TIMESINDONESIA – Hampir satu dekade program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) berjalan, sudah 248 juta lebih penduduk Indonesia terdaftar sebagai peserta. Tidak terkecuali Suaidah (54), salah satu warga Jember yang telah terdaftar sebagai peserta JKN bersama kedua anaknya.
“Saya mendaftar jadi peserta JKN sejak 2014 awal. Saat itu anak saya yang pertama sedang mengandung juga. Saya berpikir dengan biaya lahiran yang cukup besar kalau tidak dipersiapkan mulai sekarang pasti kami akan keteteran untuk cari biayanya,” ceritanya.
Suaidah dan kedua anaknya mendaftarkan diri ke BPJS Kesehatan Jember sebagai peserta segmen Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) dengan memilih iuran kelas III.
“Total keluarga saya ada tiga orang, saya dan kedua anak saya. Setelah hitung-hitungan pengeluaran sehari-hari, saya dan anak-anak setuju untuk memilih kelas III. Kami berpendapat lebih baik memilih iuran kelas rawat yang bisa kami bayar secara rutin setiap bulannya,” ungkapnya.
Semenjak menjadi peserta JKN, Suaidah mengaku sangat merasakan manfaatnya. Dia tidak perlu khawatir apabila dirinya atau salah seorang keluarganya dilanda sakit karena telah terdaftar sebagai program JKN.
“Alhamdulillah kami merasa sangat terbantu dengan Program JKN ini. Kalau saya sampai saat ini belum pernah menggunakannya. Tapi kalau anak saya yang pertama sudah pernah dipakai untuk lahiran,” kenangnya.
Suaidah menambahkan, layaknya sedia payung sebelum hujan, mendaftar sebagai peserta JKN sebelum sakit itu sangat penting. Menanggapi masih adanya masyarakat yang baru mendaftar kepesertaan Program JKN pada saat dilanda sakit, menurutnya hal tersebut akan sangat merepotkan.
“Namanya orang ya, beda-beda. Ada yang sadar akan pentingnya terdaftar Program JKN, tapi ada juga yang masih merasa sehat-sehat saja, tidak akan sakit, jadi malas mau daftar. Padahal menurut saya, justru saat sehat adalah waktu yang tepat untuk mendaftar,” tambah Suaidah.
Ida begitu sapaannya, berkomitmen untuk menyisihkan penghasilannya dari berdagang agar tetap bisa membayarkan iuran JKN.
“Saya ini pernah menunggak. Tapi Alhamdulillah sekarang sudah lunas karena dapat uang arisan dan selalu diingatkan melalui Kader JKN yang datang ke rumah. Sebenarnya saya tidak bermaksud untuk tidak membayar tapi saya tidak tau caranya bayar, karena yang biasa bayar iuran itu anak saya. Kemarin anak saya sempat ikut suaminya ke Sumbawa Nusa Tenggara Barat,” cerita Ida.
Ia dan anaknya beranggapan saat itu pembayaran iuran JKN hanya bisa dilakukan di Jember saja. Ida mengganggap bahwa pembayaran harus sama dengan tempat pendaftaran JKN.
“Maklum ya kami waktu itu belum mengerti. Kami menganggap kalau pembayaran iuran JKN hanya bisa dilakukan di Jember. Kami belum tahu saat itu kalau pembayaran iuran JKN bisa dilakukan dimana saja,” kenangnya.
Ibu dua anak ini mengungkapkan penyesalannya karena ketidaktahuan atas kemudahan pembayaran iuran JKN.
“Kalau sekarang kami sudah tahu, iuran JKN bisa dibayar dimana saja. Sekarang kami bayarnya melalui Indomaret. Karena paling dekat dari rumah dan alhamdulillah saya selalu diingatkan oleh Kader JKN di wilayah saya untuk selalu membayar iuran secara rutin setiap bulannya,” ungkapnya.
Di akhir perbincangan, Ida mengungkapkan bahwa selain untuk menjaga diri, menjadi peserta JKN sama halnya dengan beramal kepada sesama. Ia juga paham betul prinsip gotong royong yang diusung BPJS Kesehatan. Iuran terkumpul digunakan bagai pelayanan peserta JKN yang sakit, peserta berkecukupan membantu peserta yang kurang mampu.
“Saya ucapkan terima kasih kepada BPJS Kesehatan atas program mulia ini, alhamdulillah juga sekarang saya sudah dialihkan peserta PBI APBD Kabupaten Jember,” tutupnya. (*)
Apa Reaksi Anda?