Selama Ramadan, Pemkab Banyuwangi Menyulap Wilayah Pedesaan Jadi Pusat Ekonomi Baru
Semangat bulan Ramadan di Kabupaten Banyuwangi menjadi momen emas bagi pengembangan ekonomi lokal. ...
TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Semangat bulan Ramadan di Kabupaten Banyuwangi menjadi momen emas bagi pengembangan ekonomi lokal. Dengan inisiatif "Festival Ngerandu Buko", Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, di bawah kepemimpinan Bupati Ipuk Fiestiandani, berhasil mengubah wilayah pedesaan menjadi pusat ekonomi yang dinamis.
"Ngerandu Buko", sebuah istilah dalam bahasa Osing yang berarti menunggu waktu berbuka, menjadi jembatan bagi ribuan warga dan pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) untuk bersatu dalam kegiatan ekonomi yang menyeluruh.
Festival pasar takjil Ramadan selama sebulan penuh ini dimulai dari tanggal 12 Maret hingga 9 April 2024, di 39 titik yang tersebar di seluruh kelurahan dan desa Banyuwangi.
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani mengungkapkan pentingnya momentum Ramadan sebagai panggung bagi pertumbuhan ekonomi kerakyatan.
"Berburu takjil telah menjadi bagian dari tradisi kita saat Ramadan. Kami memanfaatkan kesempatan ini untuk mengembangkan ekonomi lokal," ujarnya, Rabu (27/3/2024).
Pasar takjil ini tidak hanya menjadi tempat menjual aneka kuliner tradisional, tetapi juga platform bagi inovasi kuliner kekinian yang menggoda lidah.
Dari patola khas Banyuwangi hingga es blewah segar, semua tersedia di sini. Tidak hanya itu, sejumlah lokasi pasar takjil juga menampilkan atraksi bernuansa islami untuk menghibur para pengunjung.
Selain memberdayakan para pelaku UMKM, festival ini juga memberikan peluang bagi warga untuk menambah penghasilan dengan menjual kuliner rumahan mereka.
"Momen Ramadan harus dimanfaatkan secara maksimal, bukan hanya bagi pelaku usaha, tetapi juga bagi warga," tambah Bupati Ipuk.
Pentingnya koordinasi dalam penyelenggaraan festival ini tidak terlewatkan. Bupati Ipuk menekankan perlunya pengelolaan yang baik untuk menghindari kemacetan dan penumpukan sampah.
Pedagang diwajibkan menyediakan tempat sampah, sementara pengunjung didorong untuk membawa kantong belanja sendiri guna mengurangi penggunaan plastik.
Tidak hanya itu, keselamatan konsumen juga menjadi perhatian utama. Setiap makanan dan minuman harus memenuhi standar keamanan dan kesehatan yang ditetapkan.
"Para camat diinstruksikan untuk berkoordinasi dengan puskesmas setempat guna memastikan keamanan produk yang dijual," pesan Bupati Ipuk.
Pada festival ini, Pemkab Banyuwangi juga mendorong transaksi non-tunai dengan memfasilitasi penggunaan QRIS bagi semua pedagang, sebagai langkah untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi digital.
Dengan demikian, "Festival Ngerandu Buko" tidak hanya menjadi momen kebersamaan dalam aspek spiritual, tetapi juga momentum untuk memperkuat ekonomi lokal yang berkelanjutan. (*)
Apa Reaksi Anda?