Saluran Irigasi Jebol, Petani Songgon Banyuwangi Terancam Gagal Tanam
Imbas dari jebolnya saluran irigasi utama persawahan di Songgon, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, menyita rasa duka pada kalangan petani. Dikarenakan adanya musibah ters ...
TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Imbas dari jebolnya saluran irigasi utama persawahan di Songgon, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, menyita rasa duka pada kalangan petani. Dikarenakan adanya musibah tersebut, para petani terancam gagal tanam.
Jebolnya saluran irigasi utama yang berhulu di DAM Sardi, Desa Sumberbulu di bawah kantor wilayah Singojuruh tersebut, adalah dampak dari musibah banjir bandang dari Sungai Badeng yang terjadi sepekan lalu, pada 7 juli 2023. Padahal, saluran air tersier pertanian tersebut menjadi penopang utama persawahan yang ada di Desa Sumberbulu, Kecamatan Songgon, Banyuwangi.
Ambrolnya saluran irigasi utama sepanjang 40 Meter tersebut, membuat resah beberapa petani di Desa Sumberbulu. Pasalnya ratusan hektar sawah yang dialiri saluran irigasi tersebut seharusnya sudah saatnya memasuki musim tanam.
Beberapa keluhan muncul dari salah seorang petani asal Dusun Sumberagung Desa Sumberbulu, Katiman (53). Ia mengeluh, atas ambrolnya saluran air yang mengaliri sawahnya itu. Selain itu, Katiman, juga merasa khawatir bila ambrolnya plengsengan semen tersebut jika tidak segera teratasi akan memperlambat penghasilannya sebagai petani.
"Saya sudah terlanjur Ngurit (Nyemai padi) 15 hari lalu, padahal tinggal beberapa hari kedepan harus sudah tanam padi. Karena saluran utama ambrol kita gak tahu harus bagaimana " tutur, Katiman, Jumat (14/7/2023).
Imbas dari banjir bandang Sungai Badeng Songgon, membuat lahan termakan air. (FOTO : Anggara Cahya /TIMES Indonesia)
Dengan ambrolnya saluran utama, masih Katiman, tidak memungkinkan untuk membersihkan puing-puing hingga sampah kayu besar itu jika hanya dikerjakan secara manual atau gotong royong bersama masyarakat. Sebab, kerusakan yang diakibatkan terbilang cukup parah.
“Saluran yang ambrol itu harus diplengseng ulang dan membuat saluran baru, ini tidak mungkin bisa kami kerjakan bersama para petani" imbuhnya.
Hal senada juga disampaikan oleh petani Desa Sumberbulu, Wagiran, (51). Ia menjelaskan, jika petani harusnya sudah menanami sawahnya, jika telat tanam dampaknya akan tambah panjang, seperti serangan hama, sehingga membuat biaya pengeluaran petani untuk perawatan tanaman lebih banyak.
”kami bulan ini musimnya mengerjakan sawah, apabila sawah ini tidak diolah akibat puing dan sampah, para petani akan gagal tanam musim ini," jelas, Wagiran.
Lebih lanjut, Wagiran, berharap adanya tindak lanjut cepat dari peran pemerintah, seperti pembangunan ulang saluran irigasi, alat atau massa untuk membersihkan bekas banjir. Dimaksudkan agar musim tanam bulan ini bisa tepat waktu, agar para petani bisa mulai beraktivitas dalam mencari nafkah.
"Para petani disini ingin segera teratasi masalah ambrolnya Saluran utama ini, kami mohon dan berharap besar agar ada perhatian dengan cepat dari pemerintah, agar kami warga petani tidak gagal tanam musim ini" Pungkas, Wagiran. (*)
Apa Reaksi Anda?