Prof Ilfi Nurdiana Jabarkan Soal Konsep Kepemimpinan Islami
Prof. Dr. Ilfi Nurdiana, M.Si. CAHRM, CRMP banyak menjelaskan soal kepemimpinan islami. Hal itu dia sampaikan dalam orasi ilmiah yang dia lakukan ketika dikukuhkan sebaga ...
TIMESINDONESIA, MALANG – Prof. Dr. Ilfi Nurdiana, M.Si. CAHRM, CRMP banyak menjelaskan soal kepemimpinan islami. Hal itu dia sampaikan dalam orasi ilmiah yang dia lakukan ketika dikukuhkan sebagai guru besar bidang ilmu manajemen sumber daya manusia (SDM) Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang, Kamis (24/8/2023).
Dalam orasi ilmiah yang berjudul Kepemimpinan Islami; Paradigma Baru dalam Menghadapi Era Disrupsi itu, Prof Ilfi berupaya menemukan sebuah konsep baru dalam bidang manajemen sumber daya manusia khususnya kepemimpinan. Dimana teori kepemimpinan mengalami evolusi dari masa ke masa.
Hal ini menunjukkan bahwa para ahli terus mencari solusi dan mencari model kepemimpinan yang efektif dan tangguh dalam menghadapi disrupsi yang membawa perubahan luar biasa. Mereka berpandangan bahwa teori-teori yang ada tidak mampu membawa perubahan yang berkelanjutan pada sebuah organisasi atau masyarakat saat ini.
"Dari beberapa riset menunjukkn bahwa disrupsi tersebut dapat menjadi peluang sekaligus sebagai tantangan, yang dapat merubah peradaban ke arah yang lebih buruk," ucapnya.
Dalam perkembangan teori kepemimpinan, berbagai literatur modern membahas beberapa pendekatan tentang efektivitas kepemimpinan. Adapun kerangka teoritis dalam studi ilmiah kepemimpinan yang pertama adalah pendekatan larakteristik atau sifat. Selanjutnya pendekatan perilaku, pendekatan situasional, pendekatan teori-teori kepemimpinan modern, dan yang terakhir yakni kepemimpinan baru
"Perkembangan teori kepemimpinan sesungguhnya adalah sebuah proses pencarian formulasi sistem kepemimpinan yang aktual dan tepat untuk diterapkan sesuai situasi dan kondisi organisasi yang hidup pada zamannya, termasuk saat ini yang sedang menghadapi era disrupsi," jelasnya.
Wanita yang juga menjabat sebagai Wakil Rektor (WR) 2 Bidang Administrasi Umum, Kepegawaian dan Keuangan itu menerangkan, Islam sejak berabad-abada tahun yang lalu telah banyak membincang konsep kepemimpinan, baik dalam al-Quran, Hadits, maupun pemikiran para intelektual muslim sejak masa klasik sampai modern. Al-Quran dan Hadits sebagai sumber hukum Islam, mengajarkan banyak tentang nilai-nilai dan akhlak yang harus dipegangi oleh setiap pemimpin.
"Begitupun praktik kepemimpinan pada masa Nabi, Khalifah, dan dinasti sesudahnya, banyak dikupas di berbagai literatur. Al-Quran banyak menjelaskan tentang dasar-dasar dan nilai-nilai serta tugas-tugas kepemimpinan. Begitupun dengan Hadits Nabi banyak memberikan tuntunan tentang tanggungjawab seorang pemimpin," tuturnya.
Kepemimpinan Menurut Para Intelektual Muslim
Selain menggali konsep kepemimpinan Islami dari al-Quran dan Hadits, Prof Ilfi juga melakukan riset tentang kepemimpinan Islami menurut para ulama klasik hingga modern. Hasil riset tersebut menunjukkan bahwa terdapat delapan aspek, yaitu:
1) Kemampuan manajerial
2) Etos kerja
3) Kemulyaan akhlaq/etika
4) Religiusitas
5) Kemampuan intelektual
6) Perhatian pada bawahan
7) Pemberdaya
8) Pengendalian emosi
"Dimensi kepemimpinan Islami dalam al-Quran ditemukan 7 aspek. Aspek pengetahuan yang luas merupakan item dari dimensi profesionalisme. Sedangkan aspek pemberian petunjuk merupakan salah satu item dari dimensi pemberdaya," jelasnya.
Selanjutnya, aspek adil dan kendali diri merupakan salah satu dari item dimensi profesionalisme. Kendali diri merupakan suatu tindakan yang mengedepankan kerjasama dan tidak semena-mena. Adapun problem solver merupakan salah satu item dari profesionalisme. Sedangkan ramah merupakan item dari dimensi kemanusiaan.
"Dalam pandangan Hadits terdapat enam aspek. Adapun aspek keadilan, karakter yang kuat yang meliputi kejujuran dan keterpercayaan, tanggungjawab, komunikatif, kecerdasan dalam memahami situasi dan mengambil keputusan dengan tepat, serta berani mengambil resiko merupakan item dari dimensi profesionalisme," ujarnya.
Aspek keramahan, perhatian pada pengikut, sabar, arif, bijaksana merupakan item dari dimensi kemanusiaan. Aspek pemberian petunjuk merupakan item dari dimensi pemberdaya.
Adapun pemikiran para intelektual muslim terdapat 8 aspek. aspek kemampuan manajerial, etos kerja dan kemampuan intelektual merupakan item dari dari dimensi profesionalisme. aspek perhatian pada bawahan dan pemberdaya merupakan dimensi humanity.
Adapun aspek kemuliaan akhlak dan pengendalian emosi merupakan dimensi keteladanan atau role model. Dengan demikian paradigma baru dimensi kepemimpinan Islami yang dapat menjawab tantangan era disrupsi meliputi 6 indikator, yaitu
1. Spirituality : yakin adanya Tuhan, merasa kehadiran Tuhan, pertanggungjawaban pada
Tuhan
2. Morality : menegakkan kebenaran
3. Humanity : ramah, peduli, sabar, perhatian
4. Professionalisme : pengetahuan luas, bertanggung jawab/ akuntabilitas, adil, berani mengambil resiko, transparan,
5. Agility : kecepatan dan ketepatan
dalam mengambil keputusan
6. Modelling : akhlak yang baik
"Berdasarkan pemaparan tersebut di atas, saya mempunyai proposisi bahwa teori kepemimpinan modern yang berkembang tidak cukup mewadahi untuk menangani
situasi yang dilanda krisis moral dan juga ada pada era disrupsi seperti yang sedang terjadi saat ini. Konsep Al-Quran tentang kepemimpinan lebih luas, yang mana tujuannya tidak semata-mata untuk kebaikan di dunia tetapi juga kebaikan di akhirat," terangnya
Menurutnya, spiritualitas dan religiusitas akan dapat mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang. Artinya, Ketaatan terhadap Tuhan yang ditekankan dalam proses kepemimpinan Islami akan berimplikasi pada sikap dan perilaku seorang pemimpin.
"Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Jika dikaitkan dengan teori modern yang telah berkembang yang menekankan aspek profesionalisme, maka kepemimpinan Islami dalam menghadapi era disrupsi ini menekankan aspek spiritualitas, moralitas dan humanitas di samping ketangkasan atau agility dan profesionalisme," lanjutnya.
"Islam memerintahkan untuk profesional dalam menjalankan tugas (Qs .Attaubah:105 dan hadits Nabi HR.Thabrani: 891, Baihaqi: 334). Begitupun dengan spiritualitas dan moralitas, humanitas yang dimaksud adalah yang berbasis keislaman yang nilai-nilainya sesuai dengan Islam," pungkas Prof Ilfi. (ADV)
Apa Reaksi Anda?