Polkesma Bahas Tanamanam Herbal Sebagai Penunjang Kesehatan
Politeknik Kesehatan Malang (Polkesma) menyelenggarakan Seminar Nasional dengan fokus pada obat herbal dengan tema "Revitalisasi Tanaman Herbal untuk Menunjang Kesehatan ...
TIMESINDONESIA, MALANG – Politeknik Kesehatan Malang (Polkesma) menyelenggarakan Seminar Nasional dengan fokus pada obat herbal dengan tema "Revitalisasi Tanaman Herbal untuk Menunjang Kesehatan di Era 5.0" pada Sabtu (30/9/2023). Acara ini digelar dalam format hybrid dan menampilkan dua pembicara utama di bidangnya, yaitu Elok Widayanti, S.Si., M.Si., Ketua Program Studi D3 Anafarma Poltekkes Malang, dan DR. APT. Rollando. S.FARM., Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Machung.
Seminar ini bertujuan utama untuk memberikan pemahaman dan pengetahuan kepada peserta tentang pentingnya revitalisasi tanaman herbal dalam meningkatkan kesehatan di era 5.0. Selain itu, seminar ini juga menjadi platform bagi peserta untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman mereka.
Ketua Jurusan Anafarma, Tanto Hariyanto, S.Kep Ns., M.Biomed., dalam sambutan pembukaannya, menyoroti peran penting tanaman herbal dalam pengembangan obat herbal di Indonesia. Dia menekankan bahwa pertanyaan mengenai kemampuan mengubah tanaman herbal menjadi konsumsi sehari-hari dan identifikasi ekstraksi yang stabil dengan metode yang digunakan adalah kunci dalam pengembangan obat herbal.
"Kami berharap mahasiswa dapat mengolah tanaman herbal menjadi produk yang luar biasa bermanfaat," ujarnya.
Elok Widayanti, S.Si., M.Si., sebagai salah satu pembicara, membahas berbagai aspek tanaman herbal dan pemanfaatannya. Dia menggambarkan obat tradisional sebagai bahan atau ramuan dari tumbuhan, hewan, atau mineral yang telah digunakan turun-temurun dalam pengobatan sesuai dengan tradisi masyarakat.
Elok Widayanti juga menjelaskan bahwa proses revitalisasi dimulai dari budidaya tanaman herbal, yang mencakup persiapan tanah, bibit, penanaman, dan pemeliharaan, karena semua faktor ini memengaruhi kandungan zat aktif dalam tanaman herbal.
Dia mengkategorikan obat tradisional menjadi tiga jenis, yaitu jamu, obat herbal terstandar (OHT), dan fitofarmaka. Jamu harus memenuhi sejumlah persyaratan, termasuk keamanan, mutu, dan nomor izin edar yang ditandai dengan kode POM TR berisi 9 digit angka. Beberapa produk jamu yang terkenal antara lain Antangin, Laserin, Laxing, dan Entrostop.
Sementara itu, OHT berasal dari tumbuhan dan hewan yang harus melewati uji pra klinik untuk membuktikan khasiatnya secara ilmiah. Persyaratan OHT mencakup keamanan, mutu, uji pra klinik, dan standarisasi bahan baku, dengan nomor izin edar POM HT berisi 9 digit angka. Contoh produk OHT meliputi Mastin, OB Herbal, dan Bodrex Herbal.
Fitofarmaka adalah obat herbal yang sudah memenuhi standar pembuatan obat modern dan telah mengikuti uji klinis. Kriteria fitofarmaka melibatkan keamanan, klaim khasiat yang diuji pra klinik dan klinik, serta persyaratan mutu dan standarisasi bahan baku, ditandai dengan kode izin edar POM FF berisi 9 digit angka. Beberapa contoh produk fitofarmaka termasuk Diabetadex dan Stimuno.
Seminar ini juga memberikan panduan tentang bagaimana memilih obat tradisional dengan bijak, termasuk langkah-langkah seperti memeriksa label, izin edar, kemasan, dan tanggal kadaluwarsa. Manfaat penggunaan obat tradisional mencakup peningkatan sistem kekebalan tubuh, pencegahan radikal bebas, pengobatan demam, flu, batuk, serta dukungan terhadap metabolisme tubuh.
Elok Widayanti juga memberikan contoh tanaman herbal yang bermanfaat untuk menjaga daya tahan tubuh, meredakan demam, dan meningkatkan nafsu makan. Dia juga membagikan resep alami untuk mengatasi sakit tenggorokan dengan jeruk nipis dan madu.
Tak lupa, Elok Widayanti mengingatkan pentingnya menggunakan obat tradisional dengan bijak, sesuai dosis yang tepat, khasiat yang sesuai, dan mematuhi peringatan serta petunjuk penggunaan. Dengan demikian, pemanfaatan tanaman herbal dalam pengobatan dapat memberikan manfaat yang besar bagi kesehatan masyarakat di era 5.0 ini. (*)
Apa Reaksi Anda?