Perempuan Penggerak Ekonomi Keluarga: Solusi Tangguh Hadapi Krisis dan PHK Massal

Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) di sejumlah industri besar, seperti kasus PT Sritex yang merenggut ribuan lapangan pekerjaan, memicu krisis ekonomi akut bagi keluarga Indonesia.

Maret 12, 2025 - 10:00
Perempuan Penggerak Ekonomi Keluarga: Solusi Tangguh Hadapi Krisis dan PHK Massal

TIMESINDONESIA, MALANG – Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) di sejumlah industri besar, seperti kasus PT Sritex yang merenggut ribuan lapangan pekerjaan, memicu krisis ekonomi akut bagi keluarga Indonesia. Ribuan kepala rumah tangga tiba-tiba kehilangan penghasilan, meninggalkan beban finansial yang mengancam stabilitas rumah tangga. Di tengah kondisi ini, perempuan muncul sebagai pilar penyelamat dengan peran ganda: tak hanya mengurus domestik, tetapi juga menjadi penopang ekonomi melalui kewirausahaan.

Kelompok perempuan prasejahtera, ibu rumah tangga yang sekaligus menjadi kepala keluarga, serta penyintas kekerasan dan bencana, menjadi aktor kunci yang perlu diperhatikan. Data Kementerian UMKM mengungkap potensi luar biasa: 60% dari 64 juta UMKM di Indonesia dikelola perempuan. Fakta ini diperkuat World Bank yang menyatakan usaha milik perempuan cenderung merekrut lebih banyak pekerja perempuan dan memperluas jaringan distribusi, menciptakan dampak berantai positif bagi ekonomi lokal.

Mengapa peran perempuan begitu krusial? Ketika penghasilan suami tidak stabil atau hilang, perempuan menjadi garda terdepan penyelamat ekonomi keluarga. Sayangnya, mental "hanya ibu rumah tangga" masih kerap membelenggu. Padahal, krisis Covid-19 membuktikan UMKM perempuan mampu bertahan bahkan di situasi terpuruk. Mereka bukan sekadar cadangan, melainkan solusi nyata untuk memutus rantai kemiskinan dan mencegah kehancuran keluarga akibat tekanan ekonomi.

Aksi kolektif harus segera dilakukan, terutama di daerah dengan angka PHK tinggi dan tingkat kemiskinan akut. Pemerintah, swasta, dan komunitas perlu berkolaborasi menyediakan pelatihan kewirausahaan, pendampingan bisnis, serta akses permodalan inklusif. Program seperti Kartu Prakerja atau Kredit Usaha Rakyat (KUR) harus dioptimalkan dengan pendekatan responsif gender, memastikan perempuan prasejahtera dan penyintas bisa menjangkaunya.

Strategi konkretnya meliputi tiga hal. Pertama, membangun mental wirausaha melalui kampanye masif untuk menghilangkan stigma bahwa "usaha mikro tidak bergengsi". Perempuan harus percaya diri menyandang gelar womenpreneur, sekecil apa pun skala usahanya. Kedua, mendorong digitalisasi UMKM perempuan dengan pelatihan pemasaran digital, manajemen e-commerce, dan literasi fintech. Contoh sukses seperti Tangan Desa atau Komunitas Emak-emak Seller membuktikan adaptasi teknologi bisa melipatgandakan omset. Ketiga, menciptakan ekosistem supportif di tingkat keluarga dan masyarakat. Dukungan suami serta lingkungan sekitar menjadi kunci agar perempuan bisa berperan ganda tanpa terbebani stigma.

Fakta berbicara: UMKM perempuan menyumbang 9,1% PDB Indonesia (Kemenkeu, 2023) dan 70% di antaranya bertahan selama pandemi berkat adaptasi digital (UNDP, 2022). Ini bukti bahwa investasi pada pemberdayaan perempuan bukan hanya isu kesetaraan, tetapi langkah strategis membangun ketahanan ekonomi nasional.

“Jangan tunggu krisis menggedor pintu! Saatnya perempuan bangkit dari dapur, merambah pasar, dan kuasai ekonomi digital. Setiap transaksi di warung kelontong, katering rumahan, atau kerajinan tangan adalah bukti: perempuan bukan sekadar cadangan, tapi mesin pertumbuhan ekonomi keluarga dan bangsa!”

*) Tulisan Dr. Imam Muhajirin Elfahmi SH, S.Pd, MM 
Jaringan Indonesia Berdaya
Pendiri Lembaga Inkubator Bisnis Wirausaha Nusantara 
Pendiri Rumah Pemberdayaan UMKM dan Pengusaha Pribumi Indonesia 
Penerima Anugerah Insan Pancasila dari Badan Pembinaan Ideologi Pancasila 2024
Anugerah Inspiring Person of the Year 2024 Legacy Indonesia Times Indonesia

Apa Reaksi Anda?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow