Penutupan MOSAY, PKAY Unisma Malang Hadirkan Intelektual Muda Sekaligus Penulis Buku Best Seller
Masa Orientasi Santri ‘Ainul Yaqin (MOSAY) Pesantren Kampus ‘Ainul Yaqin Unisma, Senin (11-14/9/2023).
TIMESINDONESIA, MALANG – Masa Orientasi Santri ‘Ainul Yaqin (MOSAY) Pesantren Kampus ‘Ainul Yaqin Unisma, Senin (11-14/9/2023).
MOSAY 2023 dinyatakan secara simbolis telah usai oleh Ketua PKAY Ustadz Muhammad Afifulloh Rifa’I, Ph.D. Dalam sambutan penutup beliau menekankan ulang kepada seluruh santri khususnya santri baru, yaitu terkait menjalankan kefardluan (kewajiban menuntut ilmu) secara sadar dengan segenap hati sebagai kebutuhan hidup, niscaya dapat membukakan pintu keberkahan dan kesuksesan.
Kemudian beliau berpesan perihal adab bahwasannya penyebab terbukanya pintu keberkahan dan kesuksesan bukan hanya mengandalkan akal, tetapi sebagai santri harus memiliki pembeda dari yang lain yaitu menjaga adab serta hormat kepada guru.
INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id
Setelah diingatkan ulang niat, tekad, dan semangat oleh oleh Ketua PKAY. Kemudian dikokohkan bangunan itu oleh Gus Ach Dhofir Zuhry, S.Sos, M.Fil selaku pembicara di mauidloh hasanah pada malam penutupan MOSAY 2023.
Panitia menghadirkan Gus Dhofir di acara tersebut, karena ia dikenal penulis buku-buku best seller, intelektual muda, filsuf dan masih banyak lagi yang berangkat dari santri dan tetap bangga menjadi santri. Hal tersebut ditujukan untuk memberikan motivasi serta figur nyata bahwa santri bisa bersaing bahkan memiliki daya saing lebih di antara yang lain.
Gus Dhofir Zuhry menyampaikan beberapa hal dalam mauidloh hasanah. Adapun yang disampaikan pertama, mengungkap makna rasa syukur salah satunya fath (membuka). Membuka dalam konteks sebagai santri yaitu membuka cakrawala berpikir, hati, serta sumber potensial lain yang dapat menunjang jalan untuk belajar.
Kedua, membahas tentang pola asuh (parenting) dengan memondokkan anaknya merupakan hal tepat. Hal tersebut didukung bukti bahwa kiprah santri telah teruji mulai zaman penjajahan sampai era mengisi kemerdekaan. Beliau berujar “Santri itu istimewa, negara, agama saja dibela.
Apalagi cuma anak mertua. Sontak pecah tawa santriwan santriwati menghiasi Rusunawa 3 (Mabna Ibnu Kholdun). Itulah salah satu khas dari beliau, menyampaikan ceramah disisipi guyonan yang belum sempat terlintas.
Dan yang disampaikan beliau terakhir menyampaikan kandungan dari puisi karya Imam Syafi’i. Kandungan dari puisi tersebut meliputi, sejatinya belajar seperti musafir, berani meninggalkan zona aman dan nyaman, menjauhkan diri dari kenikmatan-kenikmatan sementara, dan jangan berhenti (boyong) sebelum berhasil. Karena pemuda yang merasa aman dan nyaman di zonanya sebagaimana air tidak mengalir yakni justru membawa pengaruh buruk. (*)
INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id
*)Pewarta: M. Indra Riamizad Raicudu, Anggota Bidang Humas, TIK, dan Alumni PKAY Universitas Islam Malang (UNISMA)
Apa Reaksi Anda?