Pengamat: Ada Amerika Dibalik Dukungan Muslim Uyghur ke Israel
Konflik bersenjata Israel-Palestina sejak Oktober 2023 telah memakan korban puluhan ribuan orang. Kementerian Kesehatan Palestina dan Perhimpunan
TIMESINDONESIA, JAKARTA – Konflik bersenjata Israel-Palestina sejak Oktober 2023 telah memakan korban puluhan ribuan orang. Kementerian Kesehatan Palestina dan Perhimpunan Bulan Sabit Merah Palestina mencatat setidaknya ada 15.523 korban tewas, termasuk 6.600 anak-anak dan 4.300 wanita per 4 Desember 2023.
Protes dan kecaman dari komunitas internasional terus berdatangan terhadap Israel, termasuk komunitas Yahudi di Amerika dan negara-negara Eropa. Tetapi pemerintah Israel tidak mengubris protes dan kecaman tersebut dengan terus menembaki warga Palestina, termasuk rumah sakit.
Di antara protes dan kecaman tersebut, ada komunitas Muslim Uyghur yang bermarkas di Amerika turut protes dan mengecam. Tetapi protes dan kecamannya bukan ditujukan ke Israel tetapi ke HAMAS dan mendukung sikap Israel atas tindakan yang tidak berperikemanusiaan.
Dukungan komunitas Muslim Uyghur terhadap Israel, dinilai oleh dosen Hubungan Internasional, FISIP, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terkait dengan proxy warnya Amerika Serikat. Selam aini, kata Robi, komunitas Uyghur yang sedang memperjuangkan kemerdekaan di China dibantu oleh pemerintah Amerika. Robi mengatakan bahwa sikap Amerika dalam konflik Israel-Palestina mendukung Israel.
“Oleh karena itu, kantor pusatnya berada di Amerika, termasuk kampanye Uyghur di banyak negara, itu dibiayai oleh Amerika,” jelas Robi sebagaimana diungkapkan dalam Podcast Rumah Moderasi yang dipandu oleh Sofyan Tsauri, Selasa, 5 Desemeber 2023.
Oleh karena itu, Robi mengatakan dukungan Muslim Uyghur sebenarnya tidak aneh meski tidak ada satupun masyarakat Muslim yang mendukung Israel atas konflik Israel-Palestina apalagi sejak pecah konflik pada Oktober lalu. Mereka, lanjut Robi, semuanya mengecam. “Jadi tidak aneh jika kemudian ada komunitas muslim mendukung Israel karena Amerika juga mendukungnya,” ujar Robi.
Robi juga mengatakan bahwa umumnya, masyarakat muslim di dunia mendukung Palestina lebih banyak dikaitkan dengan persamaan agama. “Selebihnya barulah pada isu-isu kemanusiaan,” ujar Robi yang juga ketua Prodi Hubungan Internasional UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Menuurt Robi bahwa secara kasus, kalaulah boleh dikatakan nasib Muslim Uyghur, itu sama dengan masyarakat Palestina. “Keduanya, sama-sama sedang memperjuangkan kemerdekaan. Palestina terhadap Israel dan Uighur terhadap China. Oleh karena itu, komunitas Muslim Uyghur di Amerika itu harusnya mendukung Palestina jika dilihat dari persamaan nasib,” jelas Robi.
Kemudian, pemandu Podcast Rumah Moderasi Sofyan Tsauri mengatakan bahwa apakah sikap Muslim Uyghur ini terkait dengan sikap politik sebab sebelumnya Israel telah mendukung perjuangan Muslim Uighur dengan mengecam pemerintah China atas dugaan pelanggaran HAM atas Uighur. Selain juga, kata Sofyan bahwa Palestina saat itu mendukung kebijakan China atas Uighur.
Meskipun begitu, kata Robi bahwa peristiwa konflik Israel-Palestina pada Oktober lalu, bukan hanya terkait politik tetapi juga persoalan kemanusiaan yang tidak bisa lagi menggunakan instrumen apapun kecuali atas dasar kemanusiaan. “Israel sudah keterlaluan karena juga menyasar pemboman pada rumah sakit dan anak-anak kecil. Jadi aneh saja kalau ada komunitas muslim seperti Uighur dukung Israel, di mana ras kemanusiaannya?” ujar Robi. (*)
Apa Reaksi Anda?