Dosen Teknik Kimia UNIPMA Latih Warga Desa Kenongorejo, Madiun Membuat Ecoenzym
Permasalahan sampah sampai saat ini masih menjadi hal serius yang harus ditangani oleh semua kalangan. T
TIMESINDONESIA, MADIUN – Permasalahan sampah sampai saat ini masih menjadi hal serius yang harus ditangani oleh semua kalangan. Tim dosen Teknik Kimia UNIPMA Madiun (Universitas PGRI Madiun) hadir dalam membantu permasalahan sampah yang ada pada warga dalam wadah pengabdian kepada masyarakat.
Kegiatan pengabdian ini diwujudkan dalam pendampingan produksi ecoenzyme sebagai upaya pengolahan sampah organik berbasis Green Ethical. Tim dosen program studi Teknik Kimia dalam pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat ini diketuai Sri Wahyuningsih, beserta anggota dosen Dr. Nur Ihda Farikhatin Nisa, S.T., M.T., dan Ade Trisnawati, S.Pd., M.Pd.
Selain itu mahasiswa Program Studi Teknik Kimia juga turut andil dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini.
Tujuan kegiatan ini adalah agar mampu menumbuhkan semangat mengelola sampah secara bijak dan menumbuhkan karakter peduli lingkungan di tengah masyarakat. Sehingga mampu menjadi solusi dan menjadi jalan keluar dari permasalahan yang tengah dihadapi masyarakat sasaran.
Produk hasil pelatihan yang akan difermentasi selama tiga bulan. (Foto: Humas UNIPMA for TIMES Indonesia)
Sasaran pengabdian masyarakat kali ini adalah warga Desa Kenongorejo, Kecamatan Pilangkenceng, Kabupaten Madiun. Desa Kenongorejo merupakan sentra produksi utama hortikultura khususnya sayuran dan buah. Namun pada lokasi tersebut terdapat permasalahan yang sangat mendasar terkait pemanfaatan limbah pertanian khususnya sampah organik. Sampah tersebut menumpuk di sisi jalan dan persawahan, mengakibatkan visibilitas yang buruk dan bau yang tidak sedap.
Pelaksanaan pelatihan pembuatan eco-enzyme dilakukan melalui serangkaian tahapan yang melibatkan partisipasi aktif 21 peserta ibu-ibu PKK di Desa Kenongorejo dalam setiap tahap kegiatan. Dalam pelatihan pembuatan eco-enzyme ini diperlukan bahan-bahan di antaranya: (a) Buah-buahan dan sayuran yang sudah tidak layak konsumsi, misalnya kulit buah, batang, daun, atau sisa-sisa sayuran; (b) Gula merah sebagai sumber energi untuk fermentasi; (c) Air bersih; (d) Wadah plastik yang bersih dan tertutup rapat, sebagai tempat fermentasi; (e) Saringan atau kain kasa untuk menyaring hasil fermentasi; (f) Botol atau wadah untuk menyimpan eco-enzyme yang telah jadi.
Tim dosen Teknik Kimia UNIPMA melakukan sosialisasi pembuatan ecoenzyme. (Foto: Humas UNIPMA for TIMES Indonesia)
Ida salah satu peserta mengatakan bahwa produk ecoenzyme sudah selayaknya dijadikan pengganti bahan-bahan kimia yang beredar di masyarakat sehingga dapat menekan timbulnya sampah. Selain itu, Heni juga mengatakan bahwa pembuatan ecoenzyme ini sangatlah mudah dan bahan-bahan yang digunakan juga mudah didapat.
Pada akhir kegiatan, tim pengabdian melakukan sesi refleksi atau wawancara dengan peserta untuk menggali masukan, saran, serta kendala yang dihadapi dalam pembuatan eco-enzyme. Umpan balik ini dapat digunakan untuk memperbaiki program pelatihan di masa yang akan datang dan meningkatkan kualitas pelatihan yang diberikan.
Sri Wahyuningsih, S.Si., M.Si sebagai ketua kegiatan ini berharap bahwa kegiatan pelatihan pembuatan eco-enzyme tidak hanya berakhir dengan sesi pelatihan, tetapi juga diikuti dengan tindak lanjut yang berkelanjutan. Peserta pelatihan didorong untuk melanjutkan praktik membuat eco-enzyme di rumah atau di komunitas. (*)
Apa Reaksi Anda?