Menggali Kekayaan Budaya Indonesia melalui Kreativitas Visual: Inspirasi dari Kesenian Rengganis dan Ragam Hias Nusantara
Sebuah pernyataan yang tak pernah kehilangan makna, seperti yang pernah disampaikan olehMarcus Garvey, seorang politikus Jamaika
TIMESINDONESIA, MALANG – Sebuah pernyataan yang tak pernah kehilangan makna, seperti yang pernah disampaikan olehMarcus Garvey, seorang politikus Jamaika: "Orang yang tidak mengetahui sejarah, asal usul, dan budaya masa lalunya seperti pohon tanpa akar". Pernyataan ini mengingatkan kita pada pidato tak terlupakan Bung Karno: “Bangsa yang besar adalah bangsa yang tak melupakan sejarahnya”. Kedua kutipan ini mengisyaratkan konsep penting bahwa sejarah dan kebudayaan menjadi kunci kebermaknaan bagi suatu bangsa. Refleksi atas kedua pernyataan tersebut sangat relevan bagi Indonesia, yang dikenal sebagai negeri dengan beragam kebudayaan yang melimpah. Di mata dunia, Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan budaya.
Pendidikan Tinggi, dengan seluruh keberadaannya sebagai "universe" akademis, memiliki peran penting dalam pelestarian dan pengembangan budaya di seluruh wilayah Indonesia secara interdisipliner. Peluang bagi kebudayaan lokal untuk bertransformasi seiring perkembangan zaman dapat ditingkatkan melalui kolaborasi dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, melibatkan berbagai pihak termasuk akademisi.
Menyadari potensi ini, mahasiswa program studi Desain Komunikasi Visual di Sekolah Tinggi Informatika dan Komputer Indonesia (STIKI) telah mengangkat tema-tema yang berhubungan dengan kebudayaan. Beberapa topik Tugas Akhir mereka termasuk perancangan buku untuk mengenalkan budaya kesenian Rengganis dari Banyuwangi, serta penggunaan ragam hias Nusantara sebagai dasar perancangan karakter dalam sebuah permainan digital bernama Nuswantara.
Karya Yasmin Wita yang di pamerkan di Pameran Tugas Akhir STIKI Malang Sparasial 5.1
Kesenian Rengganis, juga dikenal dengan sebutan Umar Moyo, merupakan kesenian asli dari Banyuwangi yang telah diakui oleh UNESCO sebagai budaya tak benda. Sayangnya, saat ini pementasan Rengganis sudah jarang ditemui dan dokumentasinya sangat terbatas. Oleh karena itu, mahasiswa merasa penting untuk menggunakan media informasi, terutama yang dapat diakses oleh generasi muda, sebagai usaha preservasi kesenian Rengganis.
Sementara itu, topik kedua mengenai perancangan desain karakter mengambil inspirasi dari ragam hias Nusantara yang kaya. Ragam hias ini biasanya ditemukan dalam produk kerajinan tradisional seperti batik dan kriya. Dalam proyek Tugas Akhir ini, ragam hias tersebut diaplikasikan untuk menciptakan karakter dalam sebuah permainan digital berbasis telepon pintar. Namun, penggalian data yang mendalam mengenai ragam hias dari berbagai kerajaan di Nusantara menjadi tantangan tersendiri karena keterbatasan sumber kepustakaan visual.
Meski demikian, diharapkan bahwa perancangan ini mampu memperlihatkan kekayaan budaya Indonesia yang tercermin dalam ragam hias tersebut. Kreasi karakter permainan yang dihasilkan dari proyek ini diharapkan dapatmeningkatkan kesadaran generasi muda terhadap keberagaman budaya Indonesia.Kedua aktivitas perancangan media komunikasi visual tersebut merupakan bentuk kepedulian nyata terhadap pelestarian budaya Indonesia. Hasil dari Tugas Akhir ini dipamerkan dalam kegiatan "Sparasial" di Malang Creative Center (MCC) pada tanggal 7 sampai 9 Juli tahun 2023. Pameran tersebut telah mendapatkan apresiasi yang positif dari masyarakat yang mengunjunginya.
STIKI memiliki komitmen tinggi untuk memfasilitasi berbagai aktivitas kemahasiswaan yang mampu menunjang prestasi akademis maupun non akademis. Sebagai perguruan tinggi yang memiliki fokus pada bidang ICT, STIKI Malang membuka kesempatan bagi generasi muda untuk bersama-sama bergabung mengembangkan kompetensi, dan kreativitas yang sesuai akan kebutuhan masa depan. STIKI Malang memiliki komitmen untuk menyiapkan lulusan yang mampu dan siap berkompetisi di era globalisasi. Informasi kegiatan di STIKI Malang, silahkan mengunjungi website www.stiki.ac.id. (*)
Apa Reaksi Anda?