Mendes PDTT Kenalkan Batik dan Makanan Desa ke Delegasi Rwanda Afrika Tengah
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Abdul Halim Iskandar mengenalkan batik melalui baju dan sarung yang ia pakai serta blangkon ya ...
TIMESINDONESIA, JAKARTA – Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Abdul Halim Iskandar mengenalkan batik melalui baju dan sarung yang ia pakai serta blangkon yang merupakan bagian dari budaya milik Indonesia saat audiensi dengan delegasi Pemerintah Republik Rwanda, Afrika Tengah.
Selain itu Mendes PDTT RI juga menjelaskan makanan desa secara rinci yaitu wajik dan getuk dalam forum audiensi dengan delegasi Pemerintah Republik Rwanda, Afrika Tengah.
"Ini makanan Indonesia, bahannya dari ketan dikasih gula aren. Ini dari singkong dikasih parutan kelapa. Kalau ini rasanya gurih asin. Kita bahas tentang bagaimana membangun desa sambil makan makanan desa, silakan dicoba," kata Mendes PDTT saat audiensi dengan delegasi Rwanda Afrika Tengah di Kantor Kemendes PDTT Jakarta, Senin (9/10/2023).
Delegasi Pemerintah Republik Rwanda Afrika Tengah bersama organisasi nirlaba SPARK Microgants bertemu Mendes PDTT untuk mempelajari berbagai aspek pembangunan perdesaan di Indonesia. Termasuk praktik-praktik terbaik, kebijakan, dan inovasi, yang telah diterapkan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.
Selama audiensi berlangsung, pria yang akrab disapa Gus Halim menjelaskan secara rinci terkait cara Indonesia membangun dari desa. Salah satunya melalui Kemendes PDTT membangun desa dengan penyaluran dana desa sejak 2015 hingga saat ini, pembentukan Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa), hingga program transmigrasi dilaksanakan pemerintah sejak 1950.
Gus Halim yakin setiap negara memiliki konsep pembangunan yang berbeda-beda karena menyesuaikan kondisinya dari segala aspek.
Hal ini juga ia terapkan dalam membangun desa di seluruh Indonesia untuk menyesuaikan kebutuhan, potensi yang dimiliki, dan masalah yang dihadapi.
"Di Indonesia lebih dari tujuh puluh lima ribu desa memiliki sejarah pertumbuhan yang berbeda-beda, budaya beda, bahkan bahasanya banyak yang berbeda. Sehingga tidak bisa kita ambil satu kesimpulan umum bahwa model pembangunan desa terbaik adalah jenis tertentu," ujarnya.
Delegasi Pemerintah Republik Rwanda tertarik dan ingin mengkaji secara mendalam tentang konsep Indonesia khususnya Kemendes PDTT dalam melaksanakan pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat.
Selain itu, para delegasi disertai juga akan turun langsung ke desa-desa, di antaranya yang berada di Provinsi Jawa Barat.
"Jadi kami sangat menantikan rincian konsep pembangunan itu, seperti dana desa, bagaimana pengaturan di desa, jadi kami sangat menantikan sesi lebih teknis dengan tim bapak," ujar Kabera Godfrey, salah satu delegasi Pemerintah Republik Rwanda.
Hadir mendampingi Gus Halim dalam audiensi tersebut di antaranya Sekjen Taufik Madjid, Dirjen PDP Sugito, Dirjen PPKTrans Danton Ginting Munthe, Staf Ahli Menteri Bidang Pembangunan dan Kemasyarakatan Bito Wikantosa, dan Direktur Pengembangan Produk Unggulan Ari Indarto Sutjiatmo.
Sementara itu, Kabera Godfrey didampingi delegasi Pemerintah Republik Rwanda lainnya yakni Ngendahimana Pascal dan Uwimana Japhet.
Audiensi ini juga diikuti secara aktif oleh perwakilan dari SPARK Microganst yaitu Nsabimana Gilbert, Mugwaneza Rachel, Mugeni Liliane, dan Harshil Haren Parekh. (*)
Apa Reaksi Anda?