Mahasiswa Difabel Tuna Rungu FIA UB Jalani Sempro, Bagaimana Caranya?
Sempro atau seminar proposal merupakan hal yang lazim dilakukan oleh para mahasiswa, khususnya yang ada di tingkat akhir. Di dalam Sempro, mahasiswa akan diminta untuk me ...
TIMESINDONESIA, MALANG – Sempro atau seminar proposal merupakan hal yang lazim dilakukan oleh para mahasiswa, khususnya yang ada di tingkat akhir. Di dalam Sempro, mahasiswa akan diminta untuk menjelaskan kerangka penelitian yang akan mereka lakukan dihadapan dosen pembimbing dan penguji. Jika lulus, maka mereka akan melanjutkan penelitan yang mereka lakukan menjadi satu penelitian utuh dalam skripsi.
Proses ini bisa dibilang biasa saja. Tapi bagaiamana jika yang menjalani sempro adalah mahasiswa difabel tuna rungu atau tuna wicara? Hal ini tentu menjadi hal yang luar biasa.
Moment sempro mahasiswa difabel tuna rungu ini terjadi di Fakultas Ilmu Administrasi (FIA) Universitas Brawijaya pada Selasa (19/3/2024). Dengan segala keterbatasan yang dimiliki, mahasiswa atas nama Jauharah Haniyah dari Prodi Administrasi Pendidikan angkatan 2020 itu berhasil menyelesaikan tugasnya dengan sempurna.
Salah satu dosen pembimbing, Aulia Luqman Aziz menerangkan, UB mempunyai banyak mahasiswa disabilitas. Untuk itu kampusnya memiliki Pusat Layanan Disabilitas. Meski begitu dia mengaku bahwa tidak setiap tahun ada mahasiswa disabilitas yang mendaftar di jurusanya.
"Ini jadi pengalaman pertama kami membimbing skripsi mahasiswa tuna rungu. Selama proses bimbingan, tak ada masalah. Masing-masing kami punya style membimbing yang berbeda," ucapnya.
Dia pun menceritakan pengalamannya menguji proposal skripsi dari mahasiswa difabel tuna rungu. "Saat presentasi, Hani dibantu relawan PLD untuk menerjemahkan kalimat-kalimatnya. Dan ternyata, audiens sempro tadi adalah kawan-kawan Hani, sesama penyandang tuna rungu. Ada sekitar 6-7 orang yg datang," kata dia.
Pihaknya pun mengaku tidak pernah membedakan perlakukan kepada seluruh mahasiswa. Sehingga para dosen penguji dan pembimbing tetap memberikan komentar dan feedback atas proposal skripsi yang dibawa oleh mahasiswa.
"Tiap kami memberi komentar atas proposalnya, relawan PLD itu menerjemahkan kepada Hani dan teman-temanya," imbuhnya.
Luqman mengatakan, skripsi yang diambil oleh Hani bertopik penerapan pendidikan inklusi. Lokasinya di SDN 2 Dampit. Pihaknya dan dosen lain juga terus berusaha untuk bisa membantu kelancaran penelitan yang dilakukan oleh mahasiswa. Sehingga mereka bisa lulus tepat waktu seperti teman-temanya yang lain. (*)
Apa Reaksi Anda?