Ketua MPR RI Mendorong Penguatan Idiologi Pancasila di Kalangan Generasi Muda

Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo, mengajak untuk melakukan amandemen kelima konstitusi setelah Pemilu 2024. Tujuannya adalah untuk menambah ...

Agustus 13, 2023 - 11:40
Ketua MPR RI Mendorong Penguatan Idiologi Pancasila di Kalangan Generasi Muda

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo, mengajak untuk melakukan amandemen kelima konstitusi setelah Pemilu 2024. Tujuannya adalah untuk menambah ketentuan dalam pasal 33, agar tidak hanya bumi, air, dan kekayaan alam yang dikuasai oleh negara, tetapi juga ruang udara dan angkasa yang keseluruhannya harus digunakan untuk kesejahteraan rakyat.

"Dalam konteks ini, ruang udara dan angkasa sangat terkait dengan kebutuhan manusia di bumi. Salah satu contohnya adalah penggunaan GSO (geo stationary orbit), yang merupakan sumber daya alam yang terbatas. Kehadiran GSO hanya di wilayah khatulistiwa dan Indonesia adalah salah satu negara yang dilewati oleh garis khatulistiwa. Oleh karena itu, konstitusi kita seharusnya juga mencakup aturan tentang penggunaan ruang udara dan angkasa untuk kemakmuran rakyat," ujarnya dalam Sosialisasi Empat Pilar MPR RI bersama Himpunan Putra Putri Keluarga Angkatan Darat (HIPAKAD), di Gedung Nusantara IV MPR RI Jakarta, Jumat (11/8/2023).

Acara ini juga dihadiri oleh Ketua Umum DPP HIPAKAD, Hariara Tambunan, Sekretaris Jenderal DPP HIPAKAD, M. Agus Miftah, serta ratusan kader HIPAKAD dari berbagai daerah.

Bambang Soesatyo juga memberikan dukungan kepada TNI dan Polri, terutama berbagai satuan terbaik seperti Brimob Polri, Gultor Kopassus, Raiders Bravo, dan Denjaka, untuk menumpas Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua. Dia menegaskan bahwa dalam menghadapi KKB dan untuk menjaga keutuhan bangsa, tidak perlu ragu melanggar HAM, karena hal ini sejalan dengan upaya menjaga stabilitas dan integritas negara.

Selain musuh yang nyata seperti KKB, saat ini Indonesia juga dihadapkan pada ancaman yang bersifat non fisik, abstrak, dan sulit terlihat, tetapi berdampak nyata. Ini termasuk degradasi moral generasi muda bangsa, perilaku koruptif yang merajalela, ketidaksetaraan sosial-ekonomi, penurunan nilai-nilai kearifan lokal, serta pergeseran ideologi bangsa.

"Salah satu bentuk degradasi moral generasi muda terlihat dari penyebaran gaya hidup hedonisme, peningkatan perilaku seksual yang bebas, dan penyalahgunaan narkoba. Indonesia Drugs Report 2022 mencatat bahwa sebagian besar pengguna narkoba berada dalam kelompok usia muda dan produktif, yakni usia 25 hingga 49 tahun," katanya.

Selanjutnya, Bambang Soesatyo menjelaskan bahwa masalah perilaku koruptif masih menjadi perhatian utama. Dia merujuk pada indeks persepsi korupsi yang lemah pada tahun 2022, yang diterbitkan oleh Transparansi Internasional Indonesia pada awal tahun 2023.

Indonesia berada di peringkat ke-110 dari 180 negara yang disurvei. Dalam periode 2004 hingga 2022, ada 1.351 kasus tindak pidana korupsi yang ditangani oleh KPK. Perilaku korupsi tidak hanya mengancam perekonomian negara, tetapi juga mengabaikan nilai-nilai nasional.

"Tingkat ketidaksetaraan sosial-ekonomi juga masih nyata. Meskipun Indonesia memiliki banyak miliuner, sekitar 9,36 persen penduduk atau sekitar 25,9 juta jiwa masih hidup dalam kemiskinan. Jika tidak ditangani dengan bijaksana, ketidaksetaraan ini dapat mengancam persatuan negara," tegasnya.

Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila dan Wakil Ketua Umum FKPPI ini menambahkan bahwa ideologi bangsa, terutama di kalangan generasi muda, menghadapi tantangan. Ini terlihat dari hasil survei yang menunjukkan bahwa sekitar 83,3 persen pelajar SMA berpendapat bahwa Pancasila bisa diganti. Survei lain menunjukkan bahwa banyak generasi muda yang menganggap Pancasila hanya sekadar istilah tanpa makna.

Di samping itu, Survei SMRC tahun 2022 menunjukkan bahwa pengetahuan dasar tentang Pancasila di masyarakat masih belum optimal. Nilai-nilai kearifan lokal juga tergerus seiring perkembangan teknologi yang dipicu oleh globalisasi, menyebabkan nilai-nilai asing yang dianggap "lebih maju" dan "modern" mendominasi.

"Gadget canggih seperti smartphone juga membuat generasi muda cenderung menjadi asosial. Keterlibatan berlebihan di dunia maya merampas waktu berinteraksi dengan keluarga," ucapnya. (*)

Apa Reaksi Anda?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow