Gerakan Pangan Murah Jadi Solusi Hadapi Inflasi di Banyuwangi
Pemerintah Pusat melalui Badan Pangan Nasional (BPN) menggelar sebuah gerakan yang berhasil memikat hati ratusan warga ...
TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Pemerintah Pusat melalui Badan Pangan Nasional (BPN) menggelar sebuah gerakan yang berhasil memikat hati ratusan warga Kabupaten Banyuwangi.
Gerakan Pangan Murah (GPM) yang berlangsung di Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kalipuro ini tidak hanya memperingati Hari Pangan Sedunia yang jatuh pada 16 Oktober, tetapi juga merupakan bagian penting dari program pemerintah untuk mengendalikan inflasi dan menyediakan pangan terjangkau bagi seluruh masyarakat.
Warga Banyuwangi menyambut GPM dengan penuh antusiasme. Mereka berbondong-bondong untuk membeli berbagai kebutuhan pokok dengan harga yang jauh lebih terjangkau dibandingkan dengan harga pasar.
Berbagai komoditas seperti beras, gula, telur, minyak kelapa, tepung terigu, bawang putih/merah, dan lainnya tersedia dengan penawaran yang menggoda.
Misalnya, beras medium seberat 5kg dapat dibeli hanya dengan Rp51.000, sementara harga pasarannya mencapai Rp54.400. Gula manis yang biasanya dijual dengan harga Rp14.500/kg, hadir dalam GPM dengan harga hanya Rp14.000/kg. Begitu pula dengan minyak goreng, yang biasanya dijual seharga Rp15.800, kini hanya Rp13.500 per liter.
"Kegiatan ini dilaksanakan serentak secara nasional di 411 titik. Kami berharap dengan adanya GPM ini, masyarakat dapat merasakan manfaatnya, khususnya saat fenomena El Nino yang masih berlangsung hingga saat ini," ujar Kepala Badan Pangan Nasional, Arif Prasetyo Aji, yang disiarkan secara online dalam kegiatan tersebut.
Seluruh produk pangan yang dijual dalam GPM memiliki harga di bawah harga pasar, sesuai dengan Harga Acuan Pembelian/Penjualan (HAP) dan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang telah ditetapkan. Hal ini sejalan dengan tujuan awal gerakan ini, yaitu menyediakan pangan terjangkau bagi masyarakat, yang sangat penting dalam menghadapi tantangan inflasi.
"Kami juga mengimbau kepada masyarakat untuk bijak dalam mengonsumsi pangan. Jangan sampai ada food wasting atau pemborosan pangan yang dapat merugikan diri sendiri dan lingkungan," tambahnya.
Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian, yang juga turut hadir secara online, menjelaskan bahwa penyumbang utama inflasi nasional adalah makanan dan minuman.
Oleh karena itu, GPM menjadi salah satu langkah penting pemerintah untuk mengendalikan pasokan dan harga bahan pokok, serta menjaga angka inflasi tetap terkendali.
Asisten Perekonomian dan Pembangunan Kabupaten Banyuwangi, Dwi Yanto, menegaskan bahwa langkah-langkah telah diambil untuk menjaga stabilitas pangan di Banyuwangi.
Salah satu langkahnya adalah mendorong diversifikasi pangan, seperti menambahkan jagung pada nasi. Meskipun beberapa komoditas mengalami kenaikan harga, pasokan pangan Banyuwangi tetap dalam kondisi aman, dan pihaknya terus berkoordinasi dengan instansi terkait untuk memantau perkembangan harga dan stok pangan di pasar.
"Kami ingin mendorong masyarakat untuk tidak bergantung pada beras sebagai sumber karbohidrat utama. Seperti penambahan jagung pada nasi," ucap Dwi.
Dwi juga menyampaikan apresiasi kepada pemerintah pusat atas upaya nyata mereka dalam menjaga ketersediaan dan keterjangkauan pangan bagi masyarakat Banyuwangi.
Selain bahan-bahan pokok yang telah disebutkan, pasar murah ini juga menawarkan berbagai komoditas lainnya, termasuk tepung terigu seharga Rp 11.000/kg, telur ayam seharga Rp 24.000/kg, bawang putih seharga Rp 30.000/kg, bawang merah seharga Rp 18.000/kg, dan daging ayam ras seharga Rp 29.500/kg.
Dengan inisiatif GPM yang berhasil menggoda warga Banyuwangi, masyarakat dapat merasa lega dengan akses pangan terjangkau yang akan membantu mengatasi tantangan inflasi dan memperkuat stabilitas pangan di daerah mereka. (*)
Apa Reaksi Anda?