Dosen Psikologi Ubaya Jelaskan Pentingnya Riset untuk Kembangkan Kurikulum
Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kemendikbudristek RI sekaligus Dosen Fakultas Psikologi Universitas Surabaya (Ubaya),
TIMESINDONESIA, SURABAYA – Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kemendikbudristek RI sekaligus Dosen Fakultas Psikologi Universitas Surabaya (Ubaya), Anindito Aditomo, menjelaskan peran penelitian dari akademisi untuk pengembangan kurikulum. Materi ini disampaikannya di Seminar Doktor Psikologi Ubaya “Riset Sebagai Dasar / Pendukung Kebijakan Pendidikan” pada Jumat (27/10/2023).
Anindito mengatakan, Kemendikbudristek melibatkan peneliti dan akademisi dalam setiap tahap perumusan dan implementasi program atau kebijakan. Tujuannya adalah untuk memahami persoalan dan kondisi awal, merancang aspek teknis, serta memantau dan mengevaluasi implementasi dan dampak program atau kebijakan.
“Dari penelitian yang ada, akademisi bisa menjadi mitra pengambil kebijakan untuk menganalisis kondisi real yang terjadi di lapangan. Selain itu, dapat terlibat merumuskan opsi serta ikut merancang strategi sosialisasi, implementasi, dan dampak dari kebijakan yang ada,” jelasnya.
Lebih lanjut, ia juga menjelaskan dalam empat tahun terakhir, Kemendikbudristek telah meluncurkan 26 program kebijakan Merdeka Belajar sebagai upaya mentransformasi sistem pendidikan. Menurutnya, transformasi harus terjadi pada setiap satuan pendidikan yaitu sekolah. “Kalau teman-teman akademisi tertarik pada topik ini, maka berkecimpung sebagai mitra pengambil kebijakan merupakan salah satu langkah untuk memberikan dampak yang luas bagi dunia pendidikan,” pungkas Anindito.
Sebagai informasi, Anindito Aditomo merupakan Dosen Fakultas Psikologi Ubaya yang saat ini menjabat sebagai Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kemendikbudristek RI. Ia juga pernah menjabat sebagai Direktur Pusat Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Ubaya. Anindito juga memiliki pengalaman menjadi rekan peneliti di Leibniz Institute for Research and Information in Education, Frankfurt Jerman, serta rekan peneliti senior di Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan di Jakarta. (*)
Apa Reaksi Anda?