Disbudpar Jatim Kupas Sejarah Perkembangan Islam di Jatim
Kegiatan dibuka langsung oleh Plt. Kepala Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur, Eddy Supriyanto ... ...
TIMESINDONESIA, SURABAYA – Dinas Kebudayaan dan Pariwisata atau Disbudpar Provinsi Jatim melalui Bidang Cagar Budaya dan Sejarah (CBS) menggelar “Sarasehan Sejarah Perkembangan Islam di Jawa Timur” di Movenpiks Hotel, Surabaya, Senin (11/12/2023).
Kegiatan dibuka langsung oleh Plt. Kepala Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur, Eddy Supriyanto.
Sebelumnya disampaikan laporan oleh Kabid CBS Disbudpar Jatim DR Efie Widjajanti, S.Sos, MM yang juga sebagai Ketua Panitia.
Eddy Supriyanto mengungkapkan, Indonesia merupakan negeri yang kaya akan warisan budaya (cagar budaya) baik benda (tangible) maupun bukan benda (intangible) khususnya wilayah Jawa Timur.
Warisan budaya benda (tangible) adalah bentuk budaya yang bisa kita lihat yang berbentuk fisik seperti jembatan, artefak, makam, masjid, manuskrip dan sebagainya. Sedangkan warisan budaya bukan benda (intangible) adalah bentuk budaya yang tidak bisa dilihat seperti ritual, bahasa, tradisi, dan lainnya.
"Sampai tahun 2022 di Jawa Timur terdapat 11.410 Objek Diduga Cagar Budaya (ODCB) dan 177 cagar budaya yang sudah menjadi peringkat provinsi baik berupa benda, bangunan, struktur, situs, dan kawasan cagar budaya," ungkap Eddy.
Tinggalan-tinggalan purbakala tersebut berasal dari berbagai periode baik prasejarah, klasik, Islam, maupun kolonial yang tersebar di berbagai kabupaten/ kota di Jawa Timur.
"Wilayah Jawa Timur seperti yang kita tahu merupakan tempat lahirnya kerajaan-kerajaan besar di Nusantara seperti kerajaan Singhasari dan Majapahit yang menjadi pusat peradaban pada masanya," jelasnya.
Wilayah Jawa Timur juga menjadi titik awal penyebaran agama Islam di pulau Jawa dengan ditemukannya nisan Fatimah Binti Maimun Bin Hibatullah di Wilayah Gresik.
Selanjutnya, perkembangan Islam di Jawa Timur bahkan di Pulau Jawa tidak dapat dipisahkan dari perjuangan Wali Songo.
Di Jawa Timur, para wali tinggal di Surabaya, Gresik, Tuban, dan Lamongan. Mereka menyiapkan fondasi-fondasi yang kuat untuk membangun pemerintahan Islam berbentuk kerajaan. Hingga pada awal abad ke-16, Islam telah berkembang pesat di seluruh Wilayah Jawa.
Berkembangnya agama Islam di Jawa Timur meninggalkan tinggalan seperti situs makam Troloyo (Syeh Jumadil Kubro), Maulana Malik Ibrahim, Makam Sunan Giri, Masjid Sunan Ampel, Situs Sunan Sendang Duwur, Situs Makam Asta Tinggi dan beberapa situs yang lain.
Keberadaan beberapa situs dan cagar budaya tersebut menjadi bukti sejarah akan kejayaan generasi masa lalu.
"Oleh sebab itu, kehadiran sejarah sangat penting untuk menjelaskan dan mendeskripsikan masa lalu berdasarkan bukti adanya beberapa cagar budaya tersebut," tandasnya.
Berdasarkan latar belakang di atas, kata Eddy, maka perlu adanya upaya untuk menjaga dan melestarikan nilai-nilai tersebut sebagai salah satu ciri khas atau karakter yang diturunkan dari generasi ke generasi karena tidak semua warga Jawa Timur tahu dan paham akan ajaran dan manfaat dari adanya tinggalan ajaran moral para wali.
Maka perlu sebuah wadah khusus untuk mensosialisasikan nilai-nilai yang ada itu dalam sebuah kegiatan yang melibatkan beberapa pihak dan warga Jawa Timur agar memunculkan kesadaran untuk melestarikan peninggalan sejarah dan cagar budaya masa Islam.
Kegiatan sarasehan sejarah perkembangan Islam di Jawa Timur yang dilaksanakan oleh Bidang Cagar Budaya Dan Sejarah Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur selain bertujuan untuk menggali lebih dalam berbagai potensi peninggalan sejarah dan cagar budaya peradaban Islam Di Jawa Timur.
Juga bertujuan untuk memberikan masukan dalam pengembangan di zona IV terhadap rencana pembangunan Indonesia Islam Science Park sebagai media dan sarana rekreasi dan edukasi, agar semakin mengenalkan berbagai potensi peninggalan sejarah dan budaya dari masa perkembangan Islam di Jawa Timur.
Hal tersebut sejalan dengan arahan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa untuk menjawab tantangan dalam mengelola potensi sumber daya budaya di Jawa Timur, diperlukan “IKI” yatu Inisiatif, Kolaboratif, dan Inovasi.
"Kegiatan sarasehan ini merupakan implementasi dari “IKI” dengan menyadari tantangan pemanfaatan cagar budaya memerlukan sinergitas berbagai pihak mulai dari birokrasi, akademisi, komunitas, dan masyarakat sehingga lahir inovasi atau langkah konkret yang dapat menjawab tantangan pemanfaatan cagar budaya khususnya di wilayah Jawa Timur," paparnya.
Sementara itu Kabid CBS Disbudpar Jatim DR Efie Widjajanti yang juga sebagai ketua panitia menjelaskan, acara ini bertujuan untuk meningkatkan potensi nilai informasi dan promosi cagar budaya serta pemanfaatan peninggalan di dalam masa Islam di Jawa Timur.
"Kedua, kami ingin menggali potensi pendayagunaan cagar budaya dan dari masa Islam di Jawa Timur yang mana diharapkan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan masyarakat Jawa Timur," ungkapnya.
Ketiga diharapkan dengan pertemuan ini nantinya dapat membangun sinergitas antara instansi lembaga dan tentunya dari pemerintah kabupaten kota dalam upaya pengembangan dan pemanfaatan sejarah dan cagar budaya di Jawa Timur sebagai sarana ilmu pengetahuan dan juga sarana sebagai objek destinasi wisata dari Jawa Timur.
"Keempat, harapan kami ingin mendapat masukan dalam rangka Insya Allah konsep terkait pengembangan Indonesia Islamic Science Park khususnya di zona 4 terkait dengan museum yang ada pada area tersebut," paparnya.
Ia juga berharap dengan pertemuan ini nantinya mendapat saran dan masukan dan juga berkeinginan bahwa nantinya dalam pembangunan itu bisa menjadi media sarana edukasi dan tentunya bisa mengenalkan potensi peninggalan sejarah dan budaya dari masa perkembangan Islam di Jawa Timur.
Peserta pada kegiatan ini terdiri dari 100 orang dari OPD Bappeda dan Biro Pemerintahan dan juga Dinas Kebudayaan dan Pariwisata se Jawa Timur dan juga komunitas sejarah yang ada di Jawa Timur.
Kegiatan ini turut menampilkan kesenian berlatar belakang daerah Keraton Sumenep. Ada Tarian Muwang Sangkal.
Kemudian Tari Sekar Giri yang mengingatkan kembali bahwa di Gresik ada makam Sunan Giri. Beliau adalah merupakan salah satu Wali Songo yang ada di Indonesia.
Adapun narasumber pada kesempatan ini, yang pertama adalah dari Bappeda Provinsi Jawa Timur, dari Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman dan Cipta Karya Provinsi Jawa Timur, juga Prof. Dr. KH. Imam Ghozali Said
Untuk sesi kedua menyampaikan materi tentang Potensi Cagar Budaya Masa Islam di Jawa Timur oleh Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XI dan juga materi terkait dengan pemanfaatan warisan sejarah dan budaya untuk kepentingan pariwisata, kesejahteraan masyarakat Jawa Timur disampaikan oleh H. Alyadi Mustofa, S.I.P. dari komisi B DPR Provinsi Jawa Timur.
Dan juga narasumber ke-6 terkait dengan prospek IISP terkait dengan pemanfaatan warisan sejarah dan budaya untuk kepentingan ilmu pengetahuan akan disampaikan oleh Mathur Husyairi, S.Ag. dari Komisi E DPRD Provinsi Jawa Timur. (*)
Apa Reaksi Anda?