Di Bali, Presiden AAYG Tegaskan Kekayaan Tertinggi Indonesia adalah Budaya

Respiratori Saddam Al-Jihad, Presiden Pemuda Asia Afrika (Asian African Youth Government -AAYG), menegaskan bahwa harta terbesar bangsa Indonesia adalah kekayaan budaya dan memiliki sejarah panjang.

September 16, 2023 - 10:30
Di Bali, Presiden AAYG Tegaskan Kekayaan Tertinggi Indonesia adalah Budaya

TIMESINDONESIA, BALI – Respiratori Saddam Al-Jihad, Presiden Pemuda Asia Afrika (Asian African Youth Government -AAYG), menegaskan bahwa harta terbesar bangsa Indonesia adalah kekayaan budaya dan memiliki sejarah panjang.

Hal itu ia ungkapkan pada Seminar Nasional bertema “Memaknai Kebhinekaan, Merajut Persaudaraan” yang diselenggarakan oleh Prodi Antropologi Budaya FIB UNUD di Auditorium Widya Sabha Mandala, Denpasar, Jumat (15/9/2023). 

Pada paparannya Saddam mengungkapkan budaya tidak lahir dan tumbuh secara tunggal tetapi dipengaruhi oleh sejarah panjang sehingga membentuk kebudayaan yang dikenal budaya bangsa Indonesia yang beraneka ragam.

“Jejak sejarah kita di Indonesia begitu kuat dan saling berhubungan di masa lalu, itu yang menjadi akar budaya kita. Sesungguhnya kebudayaan adalah kekayaan tertinggi dari bangsa Indonesia,” tuturnya. 

Menurut Saddam Pancasila lahir bukan hanya dari satu dua orang atau persepsi Soekarno saja, tetapi bangsa ini lahir dari kekayaan budaya dan sejarah yang di tengah-tengah masyarakat Indonesia.

“Indonesia itu indah sekali dengan adanya Pancasila yang penuh pluralisme. Kita mesti sadar, Antropologi adalah bagian ruh terpenting keutuhan bangsa,” tegasnya.

Jika generasi muda Indonesia lepas dari akar-akar budayanya, Saddam menekankan maka jangan berharap Indonesia unggul atau Indonesia Emas bisa terealisasi di 15-25 tahun ke depan. 

“Kalau kita sendiri sebagai anak bangsa lupa kebudayaan dan kesejarahan, masa depan bangsa buram. Mencintai budaya dan sejarah menjadi pilar kuat keutuhan dan persatuan bangsa ke depan,” ungkitnya.

Saddam juga mengajak generasi muda untuk merangkai Indonesia untuk menjadi negara kuat, super power state, itu akan dicapai 10-15 tahun atau 15-25 tahun ke depan.

Berangkat dari kenyataan, Saddam mengungkapkan aktivis dan mahasiswa di Indonesia berlatar belakang kebudayaan dan sejarah panjang, tidak hanya fokus pada satu isu core seperti lingkungan, ekonomi, dan lain sebagainya. 

Sebagaimana, kata Saddam, yang dijelaskan dalam karya bukunya “Pancasila Ideologi Dunia” dan juga dijelaskan lebih lanjut di “Soft Diplomacy: Kaum Muda Indonesia”. 

“Sebab itu, saya berharap kedepannya bisa bersama teman-teman antropologi budaya Unud membuat buku soal Otentik Kebudayaan Nusantara karena selain menjadi kekayaan bangsa dan dengan buku kita tidak pernah hilang dari sejarah,” harapnya.

Selain itu, Saddam juga mengungkapkan fenomena politik identitas beberapa tahun terakhir ini telah melemahkan keutuhan bangsa. Namun bukan berarti itu hanya memunculkan efek negatif, tetapi bangsa ini perlu mengambil positifnya untuk pembangunan politik kebangsaan.

“Politik identitas perlu dimaknai untuk mempercepat tumbuhnya politik kebangsaan, yang mana politik identitas itu keliru. Artinya dengan adanya politik identitas, itu akan memberikan kesadaran kepada masyarakat bahwasanya politik identitas memberikan dampak negatif terhadap keberlangsungan bangsa,” pungkasnya.

Perlu diketahui bahwa seminar juga dihadiri oleh pembicara lain, diantaranya Drs. Made Dharma Putra, MT, CH (Widyaiswara BKPSDM Provinsi Bali dan Alumni Antropologi Budaya FIB Unud) dan Prof Dr. IB. Gde Yudha Triguna, MS (Guru Besar Sosiologi Agama Unhi dan Alumni Antropologi Budaya FIB Unud). (*)

Apa Reaksi Anda?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow