Darurat Air Bersih di Bali, Konservasi Air Sumur Imbuhan Dibangun di Desa Munduk Buleleng
Yayasan IDEP bekerja sama dengan Politeknik Negeri Bali (PNB), Yayasan Save Children Indonesia dan Pokdarwis Desa Munduk, Kabupaten Buleleng meresmikan program sumur imbu ...
TIMESINDONESIA, BALI – Yayasan IDEP bekerja sama dengan Politeknik Negeri Bali (PNB), Yayasan Save Children Indonesia dan Pokdarwis Desa Munduk, Kabupaten Buleleng meresmikan program sumur imbuhan di Desa Munduk, Kabupaten Buleleng, Bali.
Program sumur imbuhan ini merupakan konservasi air dimana telah terjadi indikasi penurunan tingkat air tanah yang signifikan di Pulau Dewata ini sehingga langkah ini menjadi perlu dilakukan demi mencegah hal tersebut.
Hal ini disampaikan Direktur Yayasan IDEP, Muhamad Awal usai penyerahan sumur imbuhan kepada Kepala Desa Munduk, Sabtu (23/3/2024).
"Pulau Bali saat ini dihadapkan pada ancaman serius akibat krisis air tanah yang semakin memburuk. Sumur imbuhan ini diciptakan untuk menanggulangi risiko tersebut," jelasnya.
Ia menjabarkan bahwa dalam rentang waktu 2018 hingga 2021, tingkat air tanah di wilayah Bali Selatan khususnya hanya tersisa 3 kilometer dengan laut. Ini menandakan penurunan yang signifikan dalam sumber daya air di pulau ini.
"Kami telah membangun lebih dari 60 sumur imbuhan di sembilan kabupaten di seluruh Bali. Itu belum ideal untuk mencukupi kebutuhan akan sumur imbuhan," ujarnya
Menurutnya, saat ini kebutuhan air tanah kurang lebih 1/10 dari sumber daya air yang tersedia sehingga secara keseluruhan, membutuhkan sekitar 132 sumur imbuhan lagi untuk memenuhi kebutuhan air bersih di Bali.
"Bali mengalami krisis air yang serius dan beberapa titik darurat air bersih diantaranya adalah di wilayah Sanur, Denpasar Selatan, dan Kuta," sebutnya.
Program sumur imbuhan di Desa Munduk yang diluncurkan Yayasan IDEP dan mitranya diharapkan dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam mengatasi krisis air tanah di Bali.
"Langkah-langkah konservasi air seperti ini diharapkan dapat menjadi langkah awal yang berarti dalam menjaga keberlanjutan lingkungan dan sumber daya alam pulau ini untuk generasi mendatang," harapnya.
Secara teknis, I Putu Bawa Suadi, Program Senior Yayasan IDEP, mengungkap bahwa sumur imbuhan dirancang dengan kedalaman 32 meter dan dimensi permukaan 2 x 3 meter, dengan kapasitas penampungan air hujan mencapai 41 meter kubik per jam.
"Sumur imbuhan dibangun dengan memanfaatkan air hujan di Desa Munduk, yang dikenal karena tingginya curah hujan di wilayah ini," terangnya.
Adapun kedalaman sumur mencapai 32 meter dengan tinggi 2 meter di atas permukaan air tanah yang sudah dilengkapi sistem filtrasi seperti ijuk, arang dan pasir.
"Karena ijuk mengalami pelapukan, kami lakukan perawatan selama lima tahun sekali dengan mengangkat batu kerikil yang ditebar mengelilingi bak penampungan," jelasnya.
Ia juga menegaskan bahwa sumur imbuhan ini tidak dapat dimanfaatkan oleh masyarakat setempat.
"Sumur ini lebih difokuskan untuk mengisi kembali sumber daya air bawah tanah yang terus menurun akibat krisis air. Jadi ini untuk keberlangsungan air bersih di masa yang akan datang di Bali," katanya.(*)
Apa Reaksi Anda?