Cuaca Buruk, Memaksa Nelayan di Banyuwangi Tidak Pergi Melaut
Cuaca buruk telah menghantam perairan Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Keadaan seperti ini memaksa nelayan setempat untuk tetap berada di darat selama seminggu terakhir ...
TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Cuaca buruk telah menghantam perairan Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Keadaan seperti ini memaksa nelayan setempat untuk tetap berada di darat selama seminggu terakhir ini. Pasalnya, dalam beberapa hari terakhir ombak besar dan angin kencang telah menyebabkan ketidakmungkinan para nelayan untuk melaut dan mencari nafkah.
Kondisi cuaca ekstrem ini ditandai dengan hujan lebat dan naiknya gelombang laut, memberikan dampak signifikan bagi para nelayan di Bumi Blambangan. Mereka yang biasanya mengandalkan tangkapan ikan sebagai sumber pendapatan utama, sekarang terhambat dan terpaksa menunda kegiatan melaut. Ketimbang resiko mengalami kecelakaan laut, oleh karenanya para nelayan memilih berhenti beroperasi.
Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Banyuwangi, Hasan Basri mengaku, sudah sepekan pihaknya bersama para nelayan lainnya tidak bisa pergi mencari ikan.
“Selain cuaca buruk, saat ini juga bulan purnama. Jadi, nelayan libur total sejak seminggu terakhir," katanya, Jumat, (7/6/2023).
Untuk mengisi waktu kesibukannya yang tidak bisa pergi melaut, masih Hasan, para nelayan memilih untuk memperbaiki peralatan melaut seperti, menambal jaring, memperbaiki mesin dan perahu yang bocor, sambil menunggu keadaan cuaca membaik.
"Kalau kita paksakan melaut, ini juga berbahaya," cetusnya.
Meskipun para nelayan menghadapi tantangan yang serius akibat cuaca buruk ini, mereka tetap berharap bahwa kondisi akan segera membaik dan dapat kembali melaut dengan aman.
“Semoga kondisi cuaca segera membaik. Sehingga, nelayan bisa kembali melaut untuk mencari ikan. Karena, fenomena seperti ini berdampak pada aktivitas ekonomi para nelayan yang membuatnya tidak memiliki penghasilan,” jelasnya.
Disisi lain, dampak adanya cuaca buruk yang membuat para nelayan tidak bisa pergi melaut ini adalah lonjakan pada harga ikan, akibat sepi tangkapan.
Fenomena seperti ini membuat para nelayan resah. Karena mereka tidak tahu mulai kapan bisa pergi melaut lagi.
"Kalau liburnya sampai kapan, kami tetap mengikuti perkembangan cuaca," imbuhnya.
Berdasarkan catatan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Stasiun Meteorologi Kelas I Juanda, Sidoarjo, saat ini wilayah Jawa Timur tengah berada pada musim kemarau dengan pola angin dominan dari arah Timur hingga Tenggara. Namun, adanya gangguan pada atmosfer menyebabkan peningkatan potensi terjadinya cuaca ekstrem di beberapa wilayah di Jawa Timur, salah satunya Banyuwangi.
Adapun dampak akibat bencana yang disebabkan fenomena kali ini diantaranya yaitu, hujan lebat, tanah longsor, puting beliung, hujan es dan genangan air. BMKG Juanda sementara ini memprediksikan pada tanggal 7 hingga 13 Juli 2023 mendatang, beberapa wilayah di Jawa Timur dilanda cuaca ekstrem. Karena itu, pihaknya menghimbau agar masyarakat untuk tetap waspada terhadap dampak potensi bencana hidrometeorologi dan selalu memantau informasi perkembangan cuaca terkini. (*)
Apa Reaksi Anda?