Alumni Polbangtan Malang Terjun di Sumba Barat Tingkatkan Ketahanan Pangan
Dalam upaya mendukung salah satu program strategis Kementerian Pertanian (Kementan) yang bertujuan menyediakan pangan bagi masyarakat dan mencapai ketahanan pangan yang l ...
TIMESINDONESIA, MALANG – Dalam upaya mendukung salah satu program strategis Kementerian Pertanian (Kementan) yang bertujuan menyediakan pangan bagi masyarakat dan mencapai ketahanan pangan yang lebih baik, Politeknik Pembangunan Pertanian Malang (Polbangtan Malang) mengirim 14 alumninya ke Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Pengiriman belasan orang tersebut termasuk dalam Program Alumni Mengabdi tahun 2023. Bertempat di Kantor Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Sumba Barat, Minggu (17/9/2023), Polbangtan Malang menggelar acara pelepasan Alumni Mengabdi tahun 2023 di Sumba Barat.
Program "Alumni Mengabdi" yang merupakan program unggulan Polbangtan Malang untuk mendampingi petani Indonesia dalam program pengembangan kawasan sentra produksi pangan. Dengan fokus pada peningkatan kompetensi SDM pertanian menjadi profesional, mandiri, berdaya saing dan berjiwa wirausahawan milenial.
Sejalan dengan komitmen pemerintah di bawah komando Presiden Joko Widodo untuk meningkatkan kesejahteraan di daerah tertinggal.
Food Estate merupakan Program “Super Prioritas” Kementerian Pertanian ini menjadi sumbangsih nyata untuk upaya meningkatkan ketahanan pangan dan taraf hidup masyarakat serta mengangkat derajat kemiskinan.
“Keberhasilannya akan mengurangi jumlah warga miskin di salah satu kabupaten di Pulau Sumba, sehingga warga miskin menjadi berkurang," kata Mentan Syahrul.
Kepala Badan penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi sepakat untuk meningkatkan kualitas SDM melalui penyuluhan, pendidikan dan pelatihan pertanian.
“Tak hanya itu, akselerasi pemanfaatan inovasi teknologi pertanian, dukungan sarana dan prasarana dalam rangka pengembangan SDM pertanian sesuai kebutuhan dunia usaha dan dunia industri," kata Dedi Nursyamsi.
Dia juga mengajak seluruh insan pertanian di NTT untuk memanfaatkan potensi alam yang dilimpahkan oleh Tuhan.
"NTT itu surganya petani, peternak dan nelayan, akan sia-sia apabila tidak dimanfaatkan dan diolah dengan baik," tuturnya.
Sebanyak 14 Alumni Polbangtan Malang tersebut akan melakukan pendampingan di kawasan sentra produksi pangan di Sumba Barat selama 3 bulan.
Kegiatan pendampingan ini juga melibatkan dosen pembimbing dari Polbangtan Malang, yaitu Kartika Budi Utami. Menurutnya, salah satu fokus utama dari kegiatan ini adalah peningkatan kelas bagi anggota kelompok tani di desa penempatan masing-masing alumni.
Dalam pelaksanaan pendampingan, para alumni Polbangtan Malang akan melaksanakan penyuluhan pertanian kepada petani di tiga lokasi berbeda, dengan cara membuat lahan percontohan, agar petani bisa melihat dan membuktikan terhadap objek yang didemontrasikan. Mereka akan mengusung konsep pertanian organik sebagai bagian dari upaya meningkatkan kualitas produksi pangan.
Kartika berharap para alumni dapat bekerja sama dengan Pemerintah Daerah setempat (Pemda) untuk mencapai hasil yang lebih baik.
Salah satu aspek penting dari kegiatan ini adalah pelatihan dalam bidang pertanian organik. Para alumni akan memberikan pelatihan kepada petani setempat mengenai teknik-teknik seperti pembuatan pestisida nabati dan bokashi. Selain itu, mereka juga akan memperkenalkan teknologi irigasi tetes, yang dapat meningkatkan efisiensi penggunaan air dalam pertanian.
"Kami sangat bersemangat untuk berkontribusi dalam program ketahanan pangan ini. Melalui pendampingan ini, kami berharap dapat membantu petani di Sumba Barat meningkatkan hasil panen mereka dan mendukung upaya Kementan dalam mencapai ketahanan pangan nasional." kata Kartika.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Sumba Barat yang didampingi Sekretaris Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, memberikan arahan kepada para pendamping pertanian di wilayahnya. Dalam arahan Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Sumba Barat, Jantje Lakumau, menyoroti sejumlah tantangan yang mungkin dihadapi oleh para pendamping pertanian, tetapi juga menekankan pentingnya semangat, ketahanan dan penyesuaian dalam menjalankan tugas.
"Tantangan akan selalu ada, dan pekerjaan ini tidak selalu mudah. Salah satu hal terbesar yang perlu diingat adalah bahwa merubah pola pikir petani tidak bisa dilakukan secara instan. Ini adalah proses yang memerlukan waktu dan kesabaran." katanya.
Menurut Jantje, Kabupaten Sumba Barat memiliki beragam tantangan infrastruktur, seperti ketersediaan air dan listrik yang tidak selalu stabil. Oleh karena itu, para pendamping pertanian diharapkan untuk dapat menyesuaikan diri dengan kondisi yang ada.
"Kita mungkin menghadapi berbagai rintangan, tetapi jika kita bekerja keras dan dengan niat yang tulus, hasil yang baik pasti akan datang," katanya.
Program ini merupakan contoh nyata dari kolaborasi antara institusi pendidikan tinggi dan pemerintah dalam upaya meningkatkan ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat. Diharapkan, hasil dari kegiatan pendampingan ini akan memberikan manfaat jangka panjang bagi petani di Sumba Barat dan menjadi langkah positif dalam mencapai ketahanan pangan yang lebih baik di Indonesia. (*)
Apa Reaksi Anda?