Tekan Penyebaran Hoaks, Puluhan Jurnalis Ikuti Pelatihan Prebunking AJI Kediri - GNI
Untuk menekan penyebaran hoaks, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kediri berkolaborasi dengan Google News Initiative (GNI) menggelar Training Prebunking. ... ...
TIMESINDONESIA, KEDIRI – Untuk menekan penyebaran hoaks, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kediri berkolaborasi dengan Google News Initiative (GNI) menggelar Training Prebunking.
Data Hoisuite We Are Social pada 2023 menyebutkan, jumlah pengguna internet di Indonesia sudah mencapai 212 juta. Sementara, pengguna media sosial mencapai 167 juta atau 67 persen dari penduduk Indonesia.
Dengan jumlah tersebut, masyarakat Indonesia punya risiko lebih besar untuk terpapar hoaks, disinformasi, misinformasi serta malinformasi. Jumlah penyebaran hal-hal negatif diatas makin meningkat beberapa saat lalu ketika Pemilu 2024 berlangsung.
Prebunking sendiri merupakan salah satu strategi yang dapat dipakai sebagai upaya tindakan preventif untuk mencegah penyebaran informasi tidak benar. Prebunking erat kaitannya dengan debunking, yakni strategi membongkar informasi tidak benar melalui pengecekan fakta dan kebenaran.
“Informasi simpang siur masih banyak berseliweran. Jumlahnya semakin meningkat pada saat pilpres dan pemilu. Menyebabkan publik tidak tahu mana informasi yang akurat dan yang disinformasi,” ujar Ketua AJI Kediri, Danu Sukendro, Minggu, (25/02/2024).
Selain teori prebunking, misinformasi dari masa ke masa, pemetaan mis/disinformasi, para peserta pelatihan juga ikut melakukan praktik membuat konten prebunking. Ada 25 jurnalis dari Kediri Raya, Tulungagung, Blitar Trenggalek, dan Jombang yang mengikuti pelatihan tersebut.
“Di pelatihan ini, kami mengharapkan peran dari awak media di Kediri, Tulungagung, Jombang, Trenggalek, dan Blitar aktif untuk mencegah menyebarnya informasi palsu,” tambahnya.
Semua peserta antusias mengikuti kegiatan yang digelar dua hari tersebut. Elsa Dira, salah satu wartawan radio di Kediri mengaku, senang bisa mendapatkan ilmu baru tentang prebunking.
“Tugas kita (sebagai jurnalis) semakin berat karena produksi hoaks terus bertambah. Dari pelatihan ini saya menjadi tahu cara membongkar informasi yang tidak benar,” ungkap wartawan Tas FM Kediri ini.
Elsa berharap pelatihan seperti ini bisa melibatkan lebih banyak jurnalis di daerah. Sehingga setiap jurnalis sudah memiliki bekal untuk memerangi misinformasi dan disinformasi.
Pelatihan ini diisi dua trainer yakni Andre Yuris dan Arsito Hidayatullah. Keduanya mengisi materi tentang memahami misinformasi dan disinformasi, teknik cek fakta, verifikasi informasi, fact-checking tools dan terakhir adalah menyebarkan konten prebunking.
Menurut Arsito Hidayatullah, pelatihan prebunking ini diperlukan karena jurnalis bisa berperan aktif melakukan pencegahan terjadinya kesalahan informasi. “Pelatihan ini bukan lagi untuk memadamkan api tapi mencegah hoaks agar tidak menyebar luas,” ungkapnya.
Untuk diketahui, tahun ini AJI Indonesia berkolaborasi dengan GNI menyelenggarakan Training prebunking di 5 kota di Indonesia, di mana Kota Kediri adalah salah satunya. Kegiatan serupa sudah dilaksanakan tiga kali di Kediri yakni pada 2018, 2022 dan 2024 kali ini. (*)
Apa Reaksi Anda?