Strategi Komisi X DPR RI Fraksi PKB untuk Siapkan Lulusan SMK Berkompeten
Anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi PKB dapil Malang Raya, M Hasanuddin Wahid mengemukakan strategi untuk mempersiapkan lulusan SMK dan pendidikan vokasi agar siap menghadapi dunia kerja.
TIMESINDONESIA, MALANG – Anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi PKB dapil Malang Raya, M Hasanuddin Wahid mengemukakan strategi untuk mempersiapkan lulusan SMK dan pendidikan vokasi agar siap menghadapi dunia kerja.
Menurutnya, kolaborasi antara institusi pendidikan dengan industri sangat penting. Hal ini diungkapkan dalam Pelatihan Peningkatan Kualitas dan Kompetensi Manajerial Kepala SMK berbasis Industri Angkatan 1, Selasa (12/6/2023) lalu.
"Cak Udin" sapaan akrabnya, mengatakan bahwa strategi Ditjen Pendidikan Vokasi menyarankan agar SMK, Kampus Vokasi, dan lembaga pelatihan keterampilan di Indonesia harus bekerja sama dengan industri atau dunia kerja. Hal ini karena pendidikan vokasi dibentuk dengan fokus pada kesiapan kerja para lulusan. Namun, angka pengangguran yang berasal dari lulusan SMK masih cukup tinggi.
"Idealnya, pendidikan menengah kejuruan (SMK) ditujukan untuk menyiapkan lulusan yang siap bekerja, baik secara mandiri maupun pada industri tertentu. Namun, berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS), terdapat 7,99 juta pengangguran di Indonesia, di mana 9,60 persen berasal dari lulusan SMK. Meskipun demikian, menurut para kepala sekolah yang hadir dalam acara tersebut, tidak semua lulusan SMK masuk ke dunia industri. Ada juga yang memilih berwiraswasta, sehingga hal ini sering luput dari potret BPS," terang Sekjen DPP PKB itu.
Sayangnya, beberapa program SMK masih belum relevan dengan kebutuhan industri. Oleh karena itu, kepala sekolah harus bertanggung jawab atas kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan industri. "Kepala sekolah memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan industri dan mendorong keunggulan akademik. Perlu ada pembaruan kurikulum secara berkala untuk mencerminkan perkembangan terbaru dalam industri," jelas Hasanuddin Wahid.
Salah satu faktor tingginya angka pengangguran dari lulusan SMK adalah minimnya pengalaman kerja para lulusan. Oleh karena itu, kemitraan antara SMK dengan industri perlu diperkuat. "Kepala SMK berbasis industri perlu menjalin kemitraan dengan perusahaan dan lembaga industri lokal. Kemitraan tersebut bisa membantu memfasilitasi magang, kunjungan industri, dan kolaborasi proyek. Para kepala sekolah harus memiliki keterampilan komunikasi dan negosiasi untuk menjalin hubungan yang saling menguntungkan antara sekolah dan industri," tegas Hasanuddin Wahid dengan penuh profesionalisme. (*)
Apa Reaksi Anda?