Siswa SMP di Kota Batu Diajari Bijak Kelola Sampah
Tidak terasa, sebulan sudah TPA Tlekung tidak beroperasi, artinya sudah sebulan Kota Wisata Batu tidak memiliki TPA. Disudut-sudut desa, disemua lini masyarakat terus die ...
TIMESINDONESIA, BATU – Tidak terasa, sebulan sudah TPA Tlekung tidak beroperasi, artinya sudah sebulan Kota Wisata Batu tidak memiliki TPA. Disudut-sudut desa, disemua lini masyarakat terus diedukasi bijak mengelola sampah.
Seperti di SMPN 5 Kota Batu, sebuah SMP Negeri yang berada di Desa Sumberbrantas, sebuah desa yang berbatasan Kabupaten Mojokerto nampak relawan yang tergabung dalam Zona Bening memberikan edukasi sampah.
Sekolah menggandeng relawan lingkungan ini untuk mengedukasi siswanya agar bisa bijak mengelola sampah.
"Nomor satunya tetap mengedukasi para siswa agar mengurangi dan bijak menggunakan plastik," ujar Kepala Sekolah SMPN 5, Bambang eko pribadi, S.Pd.
Kegiatan yang merupakan bagian dari Project Penguatan Profil Pelajar Pancasila Tema Gaya Hidup Berkelanjutan topik SeGo ToRo WaE (Snema Goes To Zero Waste With Ecobrick).
"Peserta wajibnya kelas 7 dan 8, namun kelas 9 diikutkan sekalian sebagai ajang latihan karena nanti SMA juga ada P5 Kegiatan mulai edukasi pilah sampah, workshop starter ecobrick, workshop pembuatan ecobrick dan workshop penyusunan modular," jelas Bambang.
Output yang ditargetkan adalah kesadaran peserta didik untuk mampu memilah sampah, mengurangi penggunaan plastik melalui ecobrick sehingga mereka tidak lagi membuang sampah plastik di sekolah.
"Sisa konsumsi plastik mereka langsung dimasukkan ke botol untuk dijadikan ecobric," ujarnya.
Bambang membenarkan bahwa ide kegiatan ini tercetus karena ada penutupan TPA Tlekung. "Kita tidak bisa lagi membuang sampah seenaknya.
Kita harus bijak memilah antara sampah organik, anorganik dan residu. Harapannya anak-anak bisa mengolah sampah organiknya menjadi komposter atau turunannya, sampah anorganiknya khusus plastik menjadi ecobrick dan yang residunya baru dikirimkan ke TPA," ujar Bambang.
Sesi pertama edukasi, menurutnya dimulai dengan edukasi jenis sampah, dilanjutkan dengan aksi trash hunt berikutnya dilakukan pemilahan sampah jenis (jenis sampah yang dipilah organik, anorganik dan residu) - organik diletakkan dijuglangan sekolah sedangkan an organik akan diamankan ke dalam botol ecobrick, sedang residu ditempatkan di tempat sampah sementara.
Sesi kedua, para siswa diberi materi Perkenalan Ecobrick lalu membersihkan sampah anorganik dan menggunting plastik keras untuk dimasukkan ke dalam botol, sebagian guru dan siswa sudah bisa membuat dasar ecobrick yang cukup padat.
Sesi ketiga, para siswa diajak praktik teknik terbaik ecobrick, logging ecobrick, gotong royong membuat ecobrick dalam kelompok.
Pada sesi keempat dilakukan kolaborasi ecobrick, membuat modular/dingklik, refleksi transisi plastik - ecobrick adalah solusi akhir setelah proses mengurangi konsumsi, bijak menggunakan plastik dan beralih ke organik. (*)
Apa Reaksi Anda?