Seminar Ekonomi Internasional The 21st Economix FEB UI Kembali Digelar
The 21st Economix, penyelenggara kompetisi, Model United Nations (MUN), dan Seminar Ekonomi Internasional terbesar yang diadakan oleh mahasiswa di Indonesia, kembali meng ...
TIMESINDONESIA, JAKARTA – The 21st Economix, penyelenggara kompetisi, Model United Nations (MUN), dan Seminar Ekonomi Internasional terbesar yang diadakan oleh mahasiswa di Indonesia, kembali mengadakan seminar internasional.
Pada acara seminar internasional The 21st Economix kali yang digelar oleh Kajian Ekonomi dan Pembangunan Indonesia Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (KANOPI FEB UI), mengusung tema “Indonesia's International Seminar: Navigating the Future of the Global Value Chain and Green Transition”.
Kegiatan seminar internasional The 21st Economix sendiri diselenggarakan secara langsung di Balai Purnomo Prawiro Universitas Indonesia (UI) Depok Jawa Barat pada Senin (27/11/2023) kemarin dan juga melalui kanal YouTube Economix FEB UI.
Dalam seminar internasional The 21st Economix, Wakil Presiden Republik Indonesia (RI) periode 2004-2009 dan periode 2014-2019, Jusuf Kalla sebagai Opening Remarks Speaker mengatakan bahwa globalisasi mempunyai dampak positif dan negatif.
Jusuf Kalla sebagai Opening Remarks Speaker diajang Seminar ekonomi internasional terbesar The 21st Economix kembali digelar. (FOTO: The 21st Economix for TIMES Indonesia)
Ia mencontohkan dampak negatif dari globalisasi bisa dilihat di Eropa dan Amerika yang mulai menerapkan proteksionisme untuk melindungi ekonomi sendiri. Contoh selanjutnya seperti Brexit, perang Rusia Ukraina. Negara semakin memproteksi dirinya sehingga muncul deglobalisasi.
“Dulu orang bebas ekspor - impor namun sekarang dibatasi. Akibatnya, muncul kelompok-kelompok baru di belahan dunia sehingga ekonomi terpecah lagi,” ungkap pria yang akrab disapa JK dalam keterangan pers yang diterima TIMES Indonesia pada Selasa (28/11/2023).
Menurut JK, globalisasi disebabkan karena perkembangan teknologi. Ia menegaskan dua hal krusial yang mendorong perkembangan teknologi yaitu, internet dan container.
“Negara tidak akan maju tanpa penguasaan teknologi. Penggunaan sumber daya alam membutuhkan teknologi. Indonesia masih tertinggal dalam aspek tersebut namun negara lain sudah bisa membuat produk dalam negeri sedangkan kita masih bergantung dengan produk asing,” ujar JK.
Terakhir, JK juga menekankan soal perubahan iklim dan kondisi dunia yang semakin panas karena emisi yang semakin besar yang disebabkan pengurasan sumber daya alam.
“Solusinya menggunakan sumber energi terbarukan. Oleh karena itu, butuh kemampuan anak muda untuk memajukan negeri ini,” tandas JK.
Dalam kesempatan yang sama, Chief Operating Officer (COO) of Economic Research Institute for ASEAN and East Asia (ERIA), Koji Hachiyama mengungkapkan, saat ini manusia hidup di dunia dengan perekonomian yang saling terhubung.
“Pada saat yang sama, kita berada pada titik pengambilan keputusan yang penting dalam menangani risiko pasokan sumber daya alam guna memenuhi kebutuhan perekonomian yang berkembang pesat dengan cara yang tidak melampaui batas-batas planet bumi,” ungkap Koji Hachiyama.
Selain itu, Koji Hachiyama menegaskan bahwa transisi green energy akan menjadi perjalanan panjang yang memerlukan kerja sama, pemahaman dan tekad. Menurutnya, hal tersebut pasti akan membawa perubahan besar, oleh karena itu penting juga untuk memastikan bahwa semua pemangku kepentingan menyadari perlunya energi ramah lingkungan.
“Negara-negara perlu menerapkan kebijakan yang sesuai, transfer teknologi, dan pendanaan tambahan untuk menciptakan sistem energi yang andal. Namun, biaya transisi ramah lingkungan bisa jauh lebih rendah jika ada kerja sama dan inovasi internasional,” tegasnya.
Oleh sebab itu, lanjut Koji Hachiyama, ERIA sebagai organisasi internasional yang telah berdiri sejak 2008 memiliki misi untuk memberikan bantuan pengetahuan kepada negara-negara ASEAN melalui penelitian berbasis bukti.
“Hal tersebut untuk mendukung pengambilan kebijakan yang efektif dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi dan perdagangan yang berkelanjutan,” pungkasnya.
Apa Reaksi Anda?