Sekolah Lapang, Upaya Polbangtan Malang Atasi Kelangkaan Pupuk Kimia dengan Organik
Kelangkaan pupuk kimia yang semakin meresahkan para petani di Indonesia telah mendorong Kementerian Pertanian melalui Politeknik Pembangunan Pertanian Malang (Polbangtan ...
TIMESINDONESIA, MALANG – Kelangkaan pupuk kimia yang semakin meresahkan para petani di Indonesia telah mendorong Kementerian Pertanian melalui Politeknik Pembangunan Pertanian Malang (Polbangtan Malang) untuk berinisiasi untuk melakukan pemanfaatan limbah ternak sebagai pupuk organik yang ramah lingkungan.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan penerapan pertanian organik menjadi salah satu program utama Kementan guna mewujudkan pertanian yang tangguh menghadapi dampak perubahan iklim global khususnya El Nino.
"Program saya tahun ini mengajarkan kembali pupuk organik. Kita tidak boleh lagi bergantung pada pupuk kimia, minimal kita kurangi penggunaan pupuk kimia," kata Syahrul
Kementan memasifkan penggunaan pupuk organik melalui Genta Organik, suatu gerakan pertanian yang pro-organik, kata Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi.
"Genta Organik meliputi pemanfaatan pupuk organik, pupuk hayati, pembenah tanah, dan pestisida nabati. Gerakan ini juga sekaligus mendorong petani untuk memproduksi pupuk organik, pupuk hayati, dan pembenah tanah secara mandiri," kata Dedi.
Ia mengemukakan, salah satu program Kementan untuk memasifkan Genta Organik adalah melalui Sekolah Lapang. Sekolah Lapang merupakan salah satu metode pembelajaran dan penyuluhan yang cukup efektif dalam mendukung peningkatan produktivitas dan produksi pertanian.
"Sekolah Lapang dapat berfungsi sebagai pusat pembelajaran manajemen dan teknologi, wahana pengkajian dan percontohan teknologi baru, tukar menukar informasi dan pengalaman serta fokus pembinaan bagi poktan atau gapoktan," kata Dedi.
Polbangtan Malang melakukan kegiatan pengabdian masyarakat dengan melaksanakan Sekolah Lapang (SL) tematik di Desa Pasinan, Kecamatan Lekok, Kabupaten Pasuruan, pada Selasa (26/9).
Desa Pasinan dipilih karena memiliki kelimpahan kotoran hewan, atau yang biasa disebut dengan "kohe”, yang berasal dari sapi perah.
Selama ini, kotoran hewan tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal sebagai sumber pupuk organik yang berpotensi untuk meningkatkan produktivitas pertanian. Dengan adanya kegiatan pengabdian masyarakat ini, Polbangtan Malang berusaha untuk mengedukasi petani di Desa Pasinan tentang manfaat dan teknik penggunaan limbah ternak sebagai pupuk organik yang efektif.
Luki Amar Hendrastuti, salah satu dosen Polbangtan Malang, mengungkapkan pentingnya memanfaatkan limbah ternak sebagai pupuk organik.
"Limbah ternak yang berlimpah bisa jadi para tani belum mengetahui teknologi pemanfaatan limbah ternak tersebut. Semoga dengan kegiatan SL bisa mengubah dan meningkatkan keterampilan dalam pemanfaatan limbah ternak menjadi pupuk.," ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Pasuruan, Lilik Widji Asri menyebutkan bahwa Desa Pasinan memiliki banyak sapi perah dgn kohe yang berlimpah dan belum dimanfaatkan secara maksimal.
Beliau juga menyatakan harapannya bahwa melalui SL ini, petani akan lebih terbuka terhadap penggunaan pupuk organik sebagai solusi yang berkelanjutan untuk meningkatkan hasil pertanian dengan memanfaatkan limbah ternak sebagai sumber pupuk organik yang bermanfaat bagi tanaman dan lingkungan.
Sekolah Lapang tematikini bukan hanya mengajarkan teknik penggunaan pupuk organik dari limbah ternak, tetapi juga memberikan pemahaman tentang praktik pertanian berkelanjutan dan pengelolaan sumber daya alam yang lebih baik. (*)
Apa Reaksi Anda?